ELINAII23✔

155 13 11
                                    

NOTE:
Aku hanya author amatir, yang sangat-sangat membutuhkan saran atau pun kritikan dari orang lain. Jika author punya kesalahan silahkan komentar.

Tapi jangan berkomentar untuk menjatuhkan semangat.

Dan kalau kalian g suka karyaku, silahkan keluar dari cerita/lapak ini, memaksamu menyukai karya ini bukan hak aku. Aku bukan orang sukses, hanya orang biasa yang memerjuangkan cerita yang sederhana ini.

HAPPY READING>3


***


"Udah lama bang?"

"Apa lagi bang? Geng abal-abalan lo? Gak cukup bang? Atau mau ngebela Billa lagi?" Tanya Elina melanjutkan pertanyaannya dengan santai.

Aldo melirik Elina dengan sinis, "GENG ABAL-ABALAN? TAU APA LO TENTANG GENG GUE HAH?!" Bentak Aldo.

"Kalau bang Aldo kesini hanya mau bentak-bentak gue, pergi aja bang dari sini." Usir Elina tanpa basa-basi.

"BIADAB EMANG! GAK DI AJARIN SOPAN SANTUN! Emang ya lo dan Billa b.e.d.a jauh."

Perkataan itu keluar dari mulut Aldo penuh penekanan yang kini sudah berjalan keluar dari mansion Elina. Meninggalkan Elina yang terdiam seribu bahasa mendengar ucapan Aldo yang menusuk relung hantinya.

"Siapa yang mau ajarin gue bang?" Gumam Elina tersenyum lirih.

Elina menyender di sofa. Entah Elina terlalu sensitif jika Elina di beda-bedakan oleh orang lain.

"Gue ya gue, gue gak bisa jadi diri orang lain kalau bukan diri gue sendiri." Monolog Elina.

Geng Xerost yang sudah terkenal di kalangan jakarta, terkenal akan kebingasannya. Xerost bahkan di takuti, tapi lebih di takuti dengan gangster Red Devils. Lebih kejam Xerost, lebih kejam lagi Red Devils.

Bedanya, Xerost tidak pernah mau membantu siapa pun. Sementara Red Devils membantu apa pun saja. Entah itu polisi yang meminta tolong, pengoroyokan atau pun yang lain.

Xerost, iya yang Elina maksud geng abal-abalan. Yang ada Aldo di geng tersebut. Geng Aldo yang suka mengajak tawuran semau mereka, dan sering kali melakukan pengoroyokan, dan itu lah mengapa Elina bilang hanya geng abal-abalan saja.

Elina pun melangkah gontai naik lift, lift yang tersambung dari kamarnya dan kamar Lili toh. Hanya saja Elina jarang pakai Lift. Elina lebih menyukai naik turun tangga, karna bisa membuat merenggang otot kaki.

Lift terbuka Elina langsung masuk di kamarnya. Membuka baju menyisakan tanktop di tubuhnya yang mulus. Lalu mengeluarkan handphonenya di saku celana, menyetel lagu kesukaannya.

Lalu membaringkan tubuh di ranjang yang luas itu. Tak lama mata Elina pun terpejam.

***

"Dari mana aja lo Do?" Tanya Aldi saat Aldo baru saja membuka pintu kamar mereka berdua.

Aldo membuka baju melempar asal. Kemudian celana menyisakan bokser pikachu. lalu membaringkan tubuhnya di mana Aldi sedang baring sambil memainkan handphone di tangannya.

"Gue abis ketemu Elina tadi. Tu anak gak ada akhlak bener, biadab emang. Dan Elina ngatain geng kita abal-abalan juga." Ujar Aldo menggebu-gebu.

Aldi melirik sekilas. "Gak sekalian lo sikat aja si bocil, kurang ajar emang. Sok tau tu si Elina. Lama-lama gue injak-injak dia."

"Eh bentar bentar! Di mana lo ketemu Elina?"

Bahu Aldi menggontai lemas melihat Aldo yang sudah tidur dengan dera nafas yang terdengar. Aldi berdecak kesal lalu bangun men-cas handphonenya. Kembali membaringkan badannya lalu menutup mata ikut tidur.

Tanpa sepengatahuan Aldi, Aldo kembali membuka matanya yang hanya berpura-pura memejamkan mata. Aldo memang sengaja, Aldo tadi tidak sadar bahwa Aldo keceplosan.

NOTE:
Aku hanya author amatir, yang sangat-sangat membutuhkan saran atau pun kritikan dari orang lain. Jika author punya kesalahan silahkan komentar.

Tapi jangan berkomentar untuk menjatuhkan semangat.

Dan kalau kalian g suka karyaku, silahkan keluar dari cerita/lapak ini, memaksamu menyukai karya ini bukan hak aku. Aku bukan orang sukses, hanya orang biasa yang memerjuangkan cerita yang sederhana ini.


PART PENDEK!!!

VOTE+KOMEN!

ELINA [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now