[SNAoD 10 ]

14 4 0
                                    

Happy reading guys

***
Alana menatap malas papan tulis di depannya, sesekali iris coklat terangnya melirik jam dinding di atas papan tulis.

Kenapa istirahat lama banget?

Gadis berambut pendek itu menghembuskan napas dalam, matanya telihat mengantuk. Seperempat siku kadang muncul didahi kala penjelasan sang guru di depan sana mengalun tegas.

Bahas apa sih, kok gue kagak ngerti yak?

Pelajaran kewarganegaraan adalah salah satu kelemahan gadis tersebut. Ia selalu heran kenapa tak bisa mengerti akan hukum, pasal dan tata bengek perundang-undangan. Padahal dirinya ini termasuk warga negara Indonesia yang di kenal akan negara hukum.

Itu sih kata orang, tapi sejauh Alana menyaksikan hiruk pikuk kehidupan di Indonesia, pepatah tajam ke bawah tumpul ke atas benar adanya.

Selagi ada uang, kekuasaan dan nama baik, hukumpun tak ada artinya.

Alana mengembusakan napas yang kesekian kalinya. Kenapa dirinya harus memikirkan tentang hukum yang jelas tak bersahabat dengan otaknya.

Mata pelajaran yang tak pernah mau berkompromi dengan otaknya hanya PKN, mata pelajaran yang saat ini dirinya pelajari.

"Alana? " suara yang tidak bisa dikatakan pelan itu, menyentaknya yang asik dengan pikirannya.

Gadis itu menoleh ke arah bu Gina–guru PKN–yang kini tengah menatapnya tajam, mengarahkan tatapannya ke sekeliling, dia meringis pelan.

Lagi-lagi gue jadi seleb dadakan kalau udah jam pkn, herman sekali.

"Alana, kamu mengerti dengan penjelasan saya? " bu Gina kembali bertanya dengan nada menununtut.

Alana tersenyum kikuk, dengan polos menggeleng. "Enggak, bu, "jawabnya jujur sekali.

Dirinya memang tidak pernah bisa mengerti tentang mata pelajaran tersebut.

Bu Gina tersenyum kecut melihat kepolosan muridnya itu, ia sedikit kesal kala setiap jamnya, muridnya itu akan selalu bertingkah sama–tidak memperhatian penjelasannya–

"Bagian mana yang tidak kamu mengerti, Alana? "

"Semuanya, bu. "

Hembusan napas sang guru membuat semua murid di kelas tersebut kecuali Deana dan Cahaya, mengehela napas lelah.

Sudah kuduka.

"Ibu heran sama kamu, Alana. Selama ini kamu belajar apa kalau ujian? " tanya bu Gina yang mulai kesal.

Alana hanya cengengesan. "Nyontek bu, hehehe."

Jawaban itu membuat bu Gina melotot kesal. Jadi nilai rata-rata yang didapat gadis itu murni hasil contekan? Astaga anak siapa sih dia?

"Jangan bilang kamu juga nggak hapal pancasila, Alana? " kini bu Gina menahan napasnya, matanya menyelidik pergeranakan muridnya itu.

Semoga muridnya ini tak sebodoh yang ia piki–

"Hehehe, udah lupa bu."

"Astaga, Alana! Mau jadi apa kamu kalau pancasila saja kamu enggak hapal? " ucap bu Gina mulai emosi. Tatapanya menatap tajam pada Alana.

Yang ditatap malah menggaruk keningnya yang tak gatal. "Ya, mau gimana lagi bu. Dari Sd saya nggak pernah bisa belajar Pkn, saya juga heran bu kenapa nasib saya seperti ini, hiks.. Saya sedih ini."

Drama queen di mulai, pemirsya. Alana dengan dramatis mengusap matanya yang tak berair, wajah melangsa yang di buat buat itu membuat teman-teman satu kelasnya menahan tawa. Bisa mati muda mereka kalau sampai menyemburkan tawa di depan bu Gina yang di kenal killer.

She's Not Angle Or Devil [On Going]Where stories live. Discover now