[SNAoD 11]

14 2 0
                                    


Selamat malam guys, yang budiman. Maaf telat up

Selamat membaca

***

Yang namanya kantin ketika jam istirahat tentu akan ramai, dipenuhi oleh para jombi pemakan segala jenis makanan yang disebut manusia.

Dan begitulah yang terjadi di kantin SMA Dirganantara, suara para mahluk yang berteriak memesan makanan, ricuhnya antrian di setiap stand menambah penampakan yang sudah biasa di kantin.

Hilir mudik para pembeli dari berbagai kelas-sepuluh sampai dua belas-mendominasi tempat tersebut.

Ya, kantin SMA dirganantara memang memiliki pintu masuk khusus untuk setiap angakatan.

Suasana yang memang awalnya riuh itu semakin riuh kala sepasang remaja dengan jenis berlawanan memasuki area kantin.

"ERGA SAMA SIMURID BARU BENERAN PACARAN? "

"DEMI APA? "

"ASTAGA! YANG EMPUK-EMPUK MANA? GUE MAU PINGSAN."

Mendengar suara histeris dari beberapa arah, sontak membuat semua kepala yang tengah asik dengan urusan masing-masing termasuk para penjual di stand makanan ikut menoleh ke arah pintu khusus kelas XII.

Di sana, dua sejoli yang beberapa hari ini selalu di bicarakan tengah melangkah masuk dengan tangan yang saling bertautan. Hal itu menjadi pemandangan yang tidak biasa.

Kenyataan bahwa si penerus kekayaan Dirganantara telah mendapatkan belahan jiwa membuat para perempuan yang menggilai pemuda itu harus menelan kekecewaan, bahwa mereka tidak lagi memiliki harapan untuk mendapatkan hati si tunggal Dirganantara.

Patah hati nasional adalah ungkapan bagi mereka-para perempuan-yang mendengar dan menyaksikan langsung bagaimana si termuda Dirganantara telah memiliki kekasih.

Tepat setelah sampai di meja biasa yang selalu Erga tempati bersama kawanannya, dia belum juga melepaskan tautan tangan mereka. Bibir pemuda itu tersenyum konyol, bahkan senyum itu telah lahir semenjak perjalanan muju kantin.

Suara decakan kagum, iri bahkan makian yang terdengar tak di perdulikan.

Erga menyorot lekat wajah datar gadisnya. Gadisnya bahkan tidak terusik akan komentar dan tatapan sinis dari beberapa orang di kantin ini.

Deana tidak peduli.

Tangannya melepaskan tautan yang sialnya selalu terasa hangat di tangannya.

Dia duduk kala Erga menarik kursi untuknya, menyorot malas pemuda jangkung itu tanpa mengucapkan terima kasih.

Irisnya menatap satu persatu wajah-wajah yang ada di meja tersebut. Ah, ada teman-teman Erga dan ternyata teman-temannya juga ada-Cahaya, Alana dan Ghea-

"Mau makan, apa? " Erga mengusap lembut pipi gadisnya. Tersenyum lebar kala iris hitam gadis itu meliriknya tajam.

"Don't touch me, if you don't wanna die," sentaknya lirih namun tajam dan datar.

Bukannya takut Erga malah terkekeh. bukannya menjauhkan tangannya, pemuda itu malah semakin mengusapnya lembut. "Gue enggak ada niat mau nyakitin lo, mine, "bisiknya mendekatkan wajahnya lalu kembali duduk tegak.

Deana menoleh dengan wajah datar, sedetik kemudian ia kembali menatap ke depan, menoton interaksi dua sejoli yang tengah berdebat kecil.

"Ih Digo, lo dengerin gue enggak, sih? " ucap gadis dengan bendana hijau yang menghiasi rambut tergerainya.

Pemuda di sampingnya mengangguk lalu menggeleng. "Gue denger tapi gue kagak peduli, "jawabnya santai.

"Ck, gue aduin tante Rosa, tau rasa lo. "

She's Not Angle Or Devil [On Going]Where stories live. Discover now