Perfect Home || Prolog

36.2K 1.1K 7
                                    

Acara reuni SMA yang diadakan di salah satu klub malam mengharuskan Hanin duduk diantara suara bising yang membuat telinga pecah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Acara reuni SMA yang diadakan di salah satu klub malam mengharuskan Hanin duduk diantara suara bising yang membuat telinga pecah. Musik dan alkohol tentu saja menjadi teman mereka malam ini dan Hanin tidak suka itu.

"Nin, nggak minum?"

Penawaran dari salah satu temannya langsung dijawab gelengan oleh Hanin. Tentu saja dia menolak. Jangan gila, Hanin tidak mau berakhir mabuk hanya karena cairan itu.

Sial, harusnya Hanin tidak ikut malam ini. Namun karena rengekan dari teman-teman seangkatannya membuat gadis itu terjebak di situasi yang sangat tidak ia sukai.

Acara reuni ini diadakan setiap dua tahun sekali dan Hanin sudah dua kali tidak ikut sejak reuni pertama. Jelas dia tahu jika mereka tidak mungkin membuat acara ini tanpa ditemani alkohol. Dan tentu saja itu benar.

Sekarang apa yang harus dia lakukan? Pamit dengan alasan ada urusan mendadak? Oh, ya itu bisa saja dan sepertinya itu memang harus ia lakukan sekarang karena Hanin tidak bisa berlama-lama di sini.

"Guys, gue balik duluan ya? Ada urusan penting nih."

Ringisan kecil Hanin keluarkan ketika melihat mereka memandangnya dengan pandangan aneh. Duh sial, harusnya dia memberikan alasan yang lebih baik dari itu.

"Tiba-tiba banget? Kita bahkan baru satu jam di sini."

Oh, satu jam tapi berhasil membuat Hanin hampir mati bosan dan dia tidak mau lebih lama dari itu.

"Hm, ini urusan mendadak," jawabnya seadanya tanpa penjelasan berarti. Jelas saja, dia berbohong. Ini karena dia malas berlama-lama di situasi bising dengan musik keras dan aroma alkohol yang menguar.

"Lo bahkan nggak minum walau hanya segelas."

Hanin mendengkus. Harus banget gitu minum? Dia tidak suka alkohol dan dia tidak kuat minum.

"Ini jus, nggak ada alkoholnya," tawar salah seorang teman.
"Paling tidak lo udah ngehargain kita."

Ragu.

Hanin menatap gelas yang ditawarkan. Dengan perasaan gelisah dia mengambilnya tetapi tak langsung diminum. Dipandanginya lama, kemudian ia dekatkan dengan hidung, dicium aromanya.

Aroma buah.

Masih dengan perasaan tak nyaman, dengan ragu ia meminumnya. Hanya satu teguk.

"Udah ya, gue pamit."

Namun baru saja dia berdiri rasa pusing mengantamnya kuat. Sial. Minuman itu ada alkoholnya!

Hanin menatap teman-temannya yang tampak tak terpengaruh sama sekali dengan dia. Mereka bahkan sudah kembali bercengkrama bebas dan tertawa lepas.

Dengkusan keras ia keluarkan sambil menahan sakit di kepalanya. Gadis itu melangkah menjauh, berjalan tak tentu arah karena rasa pusing yang ia rasakan. Dia bahkan tak bisa menemukan pintu keluar.

Perfect Home✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang