Devian sedang memeriksa dokumen-dokumen yang memenuhi meja kerjanya ketika dering di ponsel miliknya berbunyi, tanda ada seseorang yang menelepon.
Setelah melepaskan kaca mata minus dan meletakkan benda itu di atas meja, dia bergerak untuk mengambil ponsel dan sedetik kemudian mengangkat panggilan tersebut
"Hallo."
"Selamat siang, Pak. Maaf sudah mengganggu waktunya. Saya hanya ingin menyampaikan jika mobil yang diperintahkan Bapak untuk kami bawa pagi tadi sudah selesai diperbaiki. Lantas, di mana kami mengantarnya, ya, Pak?"
Ucapan itu membuat Devian tak bisa menahan senyumnya.
"Biarkan di situ dulu. Nanti saya sendiri yang akan mengambilnya.""Oh, baik kalau begitu, Pak."
"Hm."
Masih dengan senyum yang terlukis di wajahnya, Devian menutup panggilan tersebut dan meletakkan ponselnya di atas meja. Belum ada 24 jam dan dia kembali memiliki alasan untuk berjumpa dengan wanita itu.
Devian melirik jam yang melingkar di tangan kirinya, sudah akan memasuki waktu makan siang. Apakah dia harus pergi menemui wanita itu sekarang? Apakah itu tidak mengganggunya?
Tetapi, Devian akan kehilangan alasan jika tidak segera bergerak sekarang.
Tanpa memakai jas kantornya dan hanya membawa dompet, kunci mobil juga ponsel, Devian keluar dari ruang kerjanya. Berbicara sebentar kepada sekretarisnya, selanjutnya melangkah pergi, berjalan menuju mobil yang sudah menunggu untuk segera melaju.
Tak butuh waktu lama mobil mewah milik Devian terparkir di depan sekolah menengah atas. Tetapi Devian tidak langsung masuk, dia menenangkan dirinya di dalam mobil, mendadak gugup. Seperti seorang remaja yang akan mengajak orang yang ia cintai untuk berkencan di kali pertama.
Duh, 'kan, jadi makin ngaco begini pikirannya.
Setelah menghela napas, Devian keluar dari mobil yang langsung ditahan oleh satpam penjaga.
"Selamat siang, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"
Devian berdehem sebentar.
"Ah ya, saya ingin bertemu seseorang."Satpam itu kembali bertanya, "Boleh tahu dengan siapa anda ingin bertemu?"
Tanpa sadar Devian mengusap belakang kepalanya.
"Saya baru bertemu dengannya hari ini dan saya lupa menanyakan namanya.""Waduh, Pak, maaf. Jika seperti itu saya tidak bisa mengizinkan anda masuk. Ini sudah menjadi peraturan kami di sekolah ini," jelas si satpam yang ditanggapi anggukan maklum oleh Devian.
"Saya tidak ingin bertemu dengan siswa, Pak. Tetapi seorang guru," kata Devian.
"Ini penting, ada sesuatu yang mengharuskan saya bertemu dengannya."Si satpam menatap Devian sesaat.
"Begini saja, apakah anda ingat bagaimana ciri-ciri guru yang anda maksud? Mungkin saya bisa menebaknya dan memanggilkan orang itu padanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Home✓
RomanceCover by : Amanda Budiman ----- Ini bukan tentang romansa anak sekolahan. Bukan pula soal kisah cinta di bangku perkuliahan. Pun bukan tentang nikah paksa atau perjodohan. Ini tentang ketidaktahuan, pun juga tentang kesalahan yang membuat sebuah per...