Perfect Home || 01

21.1K 1.1K 15
                                    

-3 Bulan Kemudian-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-3 Bulan Kemudian-

"Apa?!"

Suasana di rumah besar milik keluarga Darmawan mencekam. Mita, sang nyonya besar sudah duduk di atas sofa dengan air mata di wajahnya. Sedangkan Rendra, sang kepala keluarga, berdiri dengan wajah memerah karena amarah.

"Ulangi perkataanmu Hanin!"

Hanin menunduk, mundur selangkah karena takut. Wajahnya sudah basah dengan air mata. Tak kuasa menatap wajah ayah dan ibunya.

"ULANGI!"

Teriakan Rendra membuat Hanin terlonjak kaget, dengan terbata dia berujar.

"A-aku hamil."

Plak

Satu tamparan keras bersarang di pipi mulus miliknya yang sedetik kemudian terdengar pekikan dari sang ibu. Hanin menutup mata ketika tubuhnya nyaris terjatuh ke lantai. Rendra mengusap wajahnya sendiri, frustasi atas apa yang ia dengar dari anaknya. Helaan napas keras Rendra keluarkan.

"Siapa?"

Pertanyaan dengan nada rendah milik sang ayah membuat Hanin menutup matanya kuat-kuat. Pertanyaan yang paling ia takuti kini terdengar, keluar dari mulut ayahnya. Seketika Hanin merasa menggigil, ketakutan.

"Siapa Hanin?" tanya Rendra lagi.

Hanin menggeleng sebagai jawaban. Tak tahu. Ia benar-benar tidak mengenal siapa pria itu. Bahkan Hanin tidak melihat dengan jelas wajah si lelaki yang tertidur pulas di atas ranjang yang sama dengannya. Dia terlalu kaget, terlalu takut dan panik dengan kondisinya saat itu.

Plak

Satu tamparan lagi ia rasakan di pipinya, kali ini lebih kuat karena berhasil membuatnya terduduk di lantai dengan sudut bibir berdarah.

"Jalang!"

Satu kata yang keluar dari mulut ayahnya membuat Hanin mendongkak, menatap tak percaya kepada sang ayah yang selama ini memanjakannya dengan penuh kasih sayang.

Mita menangis keras mendengar ucapan suaminya itu. Suaranya bahkan hilang karena memekik keras, tak kuasa mendengar apa yang dikatakan suaminya kepada anaknya sendiri. Sedangkan Rendra menatap Hanin dengan sorot mata dingin, menyiratkan kekecewaan yang teramat sangat.

"Dengan nama Darmawan aku membesarkanmu tidak untuk menjadi seorang pelacur! Apa yang kurang hingga kamu merasa tak puas?" ujar Rendra membuat Hanin menggeleng dengan wajah penuh air mata.
"Memalukan Hanin, memalukan!" seru Rendra dengan wajah memerah, emosi menguasainya.
"Tak sudi aku memiliki anak sepertimu! Pelacur! Bahkan sekarang kamu hamil dan tak tahu siapa ayah dari anak itu! Sudah berapa pria yang tidur denganmu?!"

"A-ayah..."

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu!" Rendra berseru keras.
"Kamu adalah aib untuk keluarga Darmawan."

Perfect Home✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang