[14]; Tradisi

7 0 0
                                    

#Akan direvisi
#Bersifat sementara untuk lolos seleksi

Kearifan khas budaya sunda kuningan pertama adalah Cingcowong. Cingcowong merupakam salah satu upacara ritual untuk meminta hujan yang dilakukan orang-orang jaman dulu dan sampai sekarang pun masih ada. Upacara ini dilakukan pada saat musim kemarau panjang ±3 bulan. Pemimpin upacara ritual Cingcowong sebelum melaksanakan upacara ritual Cingcowong ini, terlebih dahulu dirinya melakukan puasa selama dua hari sebagai peribadatan kepada Sang Maha Kuasa agar setiap doa dapat terkabulkan. Peralatan yang dipakai pada ritual meminta hujan ini, yaitu satu buah tangga bambu, satu buah tikar dan boneka Cingcowong. Sementara untuk boneka Cingcowongnya sendiri terbuat dari batok kelapa yang dilukis menjadi putri cantik dengan badan yang terbuat dari rangkaian bambu yang diberi baju dan kalung yang terbuat dari bunga kamboja. Tradisi Cingcowong ini dilakukan turun temurun oleh masyarakat Luragung guna untuk melestarikan budaya serta menunjukan bagaimana suatu permintaan kepada yang Maha Kuasa apabila tanpa adanya patuh terhadap perintahNya.

Kearifan khas budaya sunda kuningan ke dua adalah Seren Taun. Upacara Seren taun merupakan upacara masyarakat agararis dengan penyerahan hasil panen yang diterima pada tahun yang akan berlalu serta salah satu media dalam mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah yang telah diterima seiring dengan harapan agar dimasa yang akan datang, hasil panen seluruh anggota masyarakat dapat lebih melimpah lagi.  Penyelenggaraan dimulai dengan upacara ngajayuk (menyambut) pada tanggal 18 Rayagung, kemudian dilanjutkan pada tanggal 22 Rayagung dengan upacara pembukaan padi sebagai puncak acara, dengan disertai beberapa kesenian tradisional masyarakat agraris sunda tempo dulu, seperti ronggeng gunung, seni klasik tarawangsa, gending karesmen, tari bedaya. Upacara Saran Taun menggambarkan akan bagaimana membalas dengan rasa syukur kita panjatkan kepada Tuhan terhadap apa yang telah kita dapatkan di dunia yang sementara ini. Serta perolehan apa yang didapatkan tidak sepenuhnya milik kita, adakalanya itu milik orang lain sehingga dari upacara Seren Taun ini ada istilah berbagi berkat (kotak Nasi, beserta Buah-buahan).

Kearifan khas budaya sunda kuningan ke tiga adalah Kawin Cai. Upacara Adat Kawin Cai merupakan tradisi masyarakat Desa Babakanmulya Kecamatan Jalakasana Kabupaten Kuningan untuk memohon turun air hujan untuk mengairi lahan pertaniannya serta kebutuhan hidup lainnya, dilaksanakan apabila terjadi kemarau panjang atau sangat sulit untuk mendapat air antar bulan September, dengan mengambil lokasi searah intinya disumber mata air telaga balong Tirta Yarta pada malam Jum'at Kliwon yang pada pelaksanaannya selain dihadiri dan diikuti oleh pamong desa. Tokoh masyarakat dan masyarakat desa setempat juga oleh masyarakat desa tetangga yang lahan pertaniannya terairi atau memanfaatkan air yang berasal dari sumber mata air telaga Balong Dalem Tirta Yarta. Selesai berdo'a punduh sesepuh desa mencampurkan air yang diambil dari mata air telaga Balong Dalem Tirta Yarta dengan air yang diambil dari mata air Cikembulan (Cibulan), inilah istilah yang dipakai masyarakat sebagai Upacara Adat Kawin Cai yang intinya mengambil barokah air dari dua sumber mata air. Upacara adat Kawin Cai ini guna bagaimana masyarakat menggunakan air sebagai sumberdaya alam pemberian Tuhan dipergunakan sebaik baiknya sehingga pada musim kemarau panjang tidak kekurangan air dan Tuhan mengabulkan setiap apa doa dari kita ketika dalam kesulitan seperti muim kemarau panjang dengan bentuk menggunakan sumberdaya Air seoptimal mungkin.

Kearifan khas budaya sunda kuningan ke empat adalah Sintren. Sintren adalah jenis kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang secara turun temurun sejak tahun 1957. sintren berasal dari kata Sasantrian yang pada mulanya kesenian ini adalah merupakan seni hiburan rakyat yang sering di tampilkan pada sore hari sambil melepas lelah setelah seharian bekerja keras di sawah. Pada pertunjukannya peran sintren harus dibawakan oleh seorang gadis yang masih suci (belum adil balig). Begitu pula dengan pawang sintren tidak boleh diperankan oleh orang sembarangan, akan tetapi harus dibawakan oleh sesepuh semacam kiyai sehingga peran sintren yang sudah di ikat dalam kurungan akan dapat berubah memakai pakaian sintren dalam keadaan transparan. Bentuk gambaran dari acara tradisional ini adalah bagaimana kita menyikapi suatu usaha dengan rasa ikhlas disetiap hasilnya.

Kearifan khas budaya sunda kuningan ke lima adalah Tari Buyung. Tari Buyung adalah tari tradisional yang berasal dari daerah Cigugur, Kuningan, Jawa Barat, Indonesia. Tari Buyung merupakan tari adat dengan nilai simbolik rasa syukur terhadap nikmat Tuhan tentang alam semesta yang indah permai yang bermanfaat bagi manusia, yang salah satunya air. Tari Buyung dilakukan pada saat upacara Seren Taun yang diselenggarakan pada bulan Rayagung untuk penanggalan Jawa. Gerakan yang ada pada Tari Buyung mengandung makna tersirat yaitu diantaranya menginjak kendi sembari membawa buyung di kepala mengandung ungkapan dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Tari Buyung mengungkapkan suatu kuasa Tuhan dimana kita tidak boleh lupa akan pemberian Tuhan dengan kayanya sumber daya alam ini disertai rasa syukur. Serta mengajak bagaimana masyarakat menjaga sumber daya alam yang tersedia tersebut sebaik-baik mungkin.

https://ajisyhr.wordpress.com/2016/02/25/kearifan-khas-budaya-sunda-kota-kuda-kuningan-jawa-barat/

Tapak Tilas Untuk BerkaryaWhere stories live. Discover now