15. KHITBAH

58 3 0
                                    

"Yaallah kenapa masih ada keraguan di hati hamba."
Adinda Az-Zahra

"Assalamualaikum," sapa nya.

Adinda kaget siapa yang datang, "wa'alaikumsalam," jawab mereka kompak. Adinda segera kembali menundukkan pandangan, "ehmm,bisa kita bicara sebentar Din," tanya nya. Adinda yang mendengar itu pun kaget, para sahabat nya pun di buat kaget dengan pernyataan dia.

"Ehh,kamu mau apa?" Tanya Nia dengan nada tidak santai. Adinda pun angkat bicara,"mau bicara apa ya,kalau mau bicara aja di sini karena saya tidak mau kalau berduaan," balas Adinda masih dengan posisi yang sama.

"Enggak apa-apa nih aku bicara di depan mereka?" Tanya nya lagi. Sontak itu membuat para sahabat Adinda kesal,"maaf ya mas nya,kalau Adinda minta langsung bicara di sini ya di sini saja," balas Pita kesal. Ia sudah lapar namun laki-laki di depannya ini masih saja menghalangi dan tidak mau berbicara.

Adinda yang melihat itu, langsung mencoba untuk berbicara lagi,"mau bicara apa tidak apa-apa kalau di sini karena saya tidak ingin berduaan saja," balas Adinda dengan laki-laki di depannya.

Laki-laki nya langsung mengutarakan niat nya," begini saya kan sudah mengirim CV ta'aruf kepada abang kamu dan saya juga sudah menerima CV kamu dan saya dan keluarga saya rasa perkenalan nya sudah cukup dan saya tidak mau terlarut-larut dalam perasaan ini, maka dari itu saya berniat datang ke rumah kamu dan mengkhitbah kamu," jelas laki-laki itu, membuat semua orang kaget termasuk Adinda.

Ya laki-laki tadi adalah Arkan, orang yang mengajak Adinda ta'aruf dan baru saja ia bilang mau mengkhitbah Adinda.

"Ehmm,kalau soal itu langsung saja bicara sama abang," balas Adinda. Dan langsung saja Adinda dan ketiga sahabat nya meninggalkan Arkan yang masih melamun dengan pandangan tidak terlepas dari Adinda.

Sahabat Adinda, mereka kebingungan dengan apa yang di katakan oleh Arkan tadi. Adinda dan Arkan sudah ta'aruf? pertanyaan itu ingin sekali di tanyakan pada Adinda,namun tidak jadi karena melihat Adinda yang masih syok dengan apa yang di katakan Arkan tadi.  Mereka tidak jadi pergi ke kantin,dan membelokkan arah menuju taman.

Mereka berempat, menuju bangku taman dan duduk menunggu Adinda siap cerita dengan mereka,"Din,"panggil Nia. Adinda yang di panggil mendongkakkan kepalanya dan langsung memeluk Nia,ia menangis kelihatan dari cadar nya yang basah.

"Nangis Din nangis,kalau dengan nangis kamu tenang maka menangislah kami siap mendengar cerita kamu setelah kamu tenang," balas Nia seraya membalas pelukan Adinda mengusap-usap punggung Adinda agar Adinda tenang.

Adinda sudah tenang, segera ia menghapus jejak air mata yang masih membekas. "Maaf maaf, maaf aku belum cerita sama kalian karena aku belum siap aku takut.

Takut bila ini gagal akan kecewa nantinya, maka dari itu aku belum memberitahu kalian soal ini maafkan aku," ujar Adinda masih dengan keadaan yang sama.

Pita dan Nia yang melihat sahabat nya seperti ini ikut merasakan, sedangkan Ela yang melihat itu juga sedih walaupun belum mengerti ada apa dengan Adinda sekarang.

Mereka bertiga memeluk Adinda ,"kami selalu ada untuk kamu Din,jangan pernah nangis seperti ini lagi ya Din," ucap mereka kompak.

**

Adinda kini sudah sampai di rumahnya,ia sudah sedikit tenang karena sudah menceritakan semua pada sahabat nya saat di kampus tadi. Ia kini, tengah berada di kamar nya melamun dengan apa yang tadi ia dengar dari Arkan.

Tiba-tiba pintu terbuka dan masuklah Abang nya Azzam, ia ingin menjelaskan pada adik nya Adinda. "Assalamualaikum dek," sapa Bang Azzam. Adinda terkejut,karena sedari tadi dia tidak menyadari bahwa abangnya sudah berada di situ sejak beberapa menit lalu,"eh wa'alaikumsalam bang,sejak kapan abang di sini?" Tanya Adinda.

Bang Azzam mencubit hidung adiknya gemas,"Abang panggil kamu dari tadi tapi nggak kamu jawab,Abang juga ketuk pintu kamu tapi nggak kamu buka pintu nya," balas bang Azzam.

"Maaf bang," ucap Adinda meminta maaf dan menunduk. Azzam memegang dagunya dan mengangkat kepala adiknya agar melihat dirinya. "Hey adik abang,gak apa-apa," ucap Azzam dan menarik adiknya untuk masuk di pelukannya di balas oleh Adinda dengan pelukan erat dan menangis di dada bidang abangnya.

Setelah agak tenang, Azzam memegang bahu Adinda "dek abang udah tau,tadi dia bilang sama abang semua tergantung kamu nanti malam dia kesini kamu siap-siap ya," ucap Azzam menarik kembali adiknya kedalam pelukannya.

**

Kini Adinda sedang di kamarnya,ia baru saja selesai melaksanakan salat dan akan bersiap-siap untuk menyambut Arkan dengan niat baiknya.

"Yaallah kenapa masih ada keraguan di hati hamba,hamba mohon mantapkan hati hamba agar hamba bisa menerima dia sebagai pendamping hamba meraih ridho mu, hamba hanya ingin membahagiakan orang tua dan kakak hamba yaallah bantulah hambamu ini,"batin Adinda.

Tidak lama terdengar suara ketukan pintu dari luar, ternyata bundanya yang mengajaknya untuk turun ke bawah karena Arkan dan keluarga nya sudah menunggu di bawah.

"Sayang,semua ini tergantung kamu,kamu boleh menerima atau menolak dia bunda tidak akan memaksamu untuk menerima nya. Tapi coba kamu pikirkan baik-baik,ini untuk masa depan kamu nak," ucap bunda memberi nasihat kepada Adinda.

Adinda tidak membalas namun ia memeluk erat sang bunda, ia kembali menangis di dalam pelukan bunda nya. Bundanya langsung melihat wajah anaknya Adinda dan menghapus jejak air mata yang ada di sudut mata nya.

"Anak bunda gak boleh nangis,jelek nanti," kekeh bundanya mencairkan suasana. "Ya udah yuk kita turun udah di tungguin loh sama calon suami mu," ujar bunda menggoda Adinda.

"Udah yuk bun," ajak Adinda mengalihkan pembicaraan.

Bunda dan Adinda turun ke lantai bawah,di mana di sana sudah ada Arkan berserta kedua orangtuanya. Adinda sempat gugup,karena di dalam hatinya masih ada keraguan namun di sisi lain ia ingin membahagiakan Abang dan bunda nya.

Kini Adinda sudah duduk di sebelah abangnya,"baik karena Adinda sudah ada di sini silahkan untuk Arkan sampaikan apa yang membawamu kesini," ucap Azzam memulai percakapan antara dua keluarga.

"Bismillah, assalamualaikum saya datang kesini ingin mengutarakan niat saya untuk menjadikan Adinda sebagai pelengkap separuh agama saya dan menjadikan Adinda sebagai istri pendamping hidup hingga ke Jannah-Nya," ucap Arkan tegas.

"Baik terimakasih Arkan,karena kamu sudah datang dan mengutarakan niat baik kamu ingin menjadikan Adinda adik saya sebagai pendamping hidup, saya sebagai wali nya setuju dengan niat Arkan. Tapi ini semua kembali kepada Adinda, karena dia yang akan menjalani nya, bagaimana dek apa kamu bersedia," jelas Azzam sebagai wali dari Adinda adiknya.

Adinda gugup ia berusaha untuk meyakinkan kembali hati nya agar bisa menerima ini semua, "bismillahirrahmanirrahim dengan ke ridhoan bunda dan abang saya menerima lamaran ini," ucap Adinda.

Semua orang yang ada di sana mengucapkan Alhamdulillah dan  menghela nafas lega. Azzam sempat berbicara bahwa ia ingin Arkan melihat dahulu wajah adiknya,namun Arkan menolak ia tidak ingin selalu terbayang-bayang wajah Adinda nantinya dan itu akan membuat dosa.

Acara pun selesai, Adinda dan Arkan berserta keluarga nya sudah menentukan tanggal pernikahan mereka berdua. Satu bulan lagi mereka akan menikah dan menjadi pasangan suami istri.




Assalamualaikum warahmatullahi wabarahkatuh para Readers, terimakasih sudah vote dan komen di cerita sebelumnya 🖤ohiya jangan pernah bosan untuk mampir di ceritaku yaa ajak semua teman-teman nya🖤

Buat kalian yang ingin bertanya silahkan DM ke Instagram aku yaa,🙌jangan sungkan🖤
Instagram: @nnda1129

CINTA DALAM DIAM (ON GOING)Where stories live. Discover now