#4. pulang

736 159 82
                                    

jehara buru-buru mengemas baju sekolahnya kemudian keluar dari toko saat waktu hampir menunjukkan pukul sepuluh malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

jehara buru-buru mengemas baju sekolahnya kemudian keluar dari toko saat waktu hampir menunjukkan pukul sepuluh malam.

sepertinya bulan dan sekawanannya sedang libur kerja, tampak nabastala menghitam kelam. sedangkan sekumpulan muda mudi bercanda ria seolah besok tidak ada.

si nona meremat tali tasnya tak ayal taruna bermata buaya dengan tampang preman berkeliaran mencari tumbal, beruntung pusat kota selalu ramai sanak manusia meskipun ia pernah menjadi korban bualan pemuda kurang belaian. ini kedua kalinya ia pulang jauh malam menginjak mimpi hendak menggantung di awang-awang, semoga kesan pertama tak jua sama.

"hei."

baru harap-harap ia langitkan seseorang menyentak kesadaran puan dengan lengannya menambah beban di bahu. jehara diam terus berjalan seolah ia tidak merasakan apa-apa.

suara tapak masih mengikuti jejak sepatunya. terdengar senada, ia tergesa anonim dibelakangnya ikut tersera.

sampai sekon kelima jehara berlari tak berirama tak ada kesan estetika, arah rumah pun ia langsung lupa, kata hatinya asalkan lari saja.

"ngapain lari?" tanya anonim yang tampak berlari santai di sampingnya yang rusuh cemas bukan kepalang. jelas saja panjang kakinya tidak main-main dengan kaki jehara yang kerdil.

jika ini mobil maka jehara diartikan ngerem mendadak. tungkainya seketika engkat terangkat dari tumpu bumi. wajah piasnya berubah datar dengan ranum ternganga. kemudian memukul pemuda itu membabi buta.

ternyata begini rasanya ingin membunuh orang?

pemuda itu menutup-nutupi wajahnya dengan lipatan tangan di atas muka sembari meringis pura-pura.

jehara hampir menangis dibuatnya.
kendati ia benar-benar terisak. resah nya tumpah ruah. beban di hatinya langsung kosong. meskipun kesal, setidaknya jevon lebih baik dari segala prasangkanya.

dalam sedetik gadis itu berubah memeluk jevon. bisa jehara rasakan pemuda membeku.

"ada apa?"

ada apa?!

seandainya neraka itu tidak diisi oleh wanita, jehara ingin mencekik jevon rasanya. namun gadis itu hanya menggeleng pasrah.

"mau ku antar pulang?"

jehara mengangkat kepala, masih di dekapan si pemuda, secara tidak sadar.

"pake motor?"

"jalan-jalan, nggak papa?"

sejujurnya jehara hanya merendah dengan berucap motor padahal hasrat melepas lelah dibalik punggung kendara roda empat.

tahu-tahu tetap roda dua meski jevon sebagai tunggangannya setelah berjalan hampir setengah jam lamanya.

"je, lelah?" ujar jehara pelan. takut diturunkan di tengah jalan.

punggung jevon nyaman juga. tapi jehara tidak ingin mengakuinya.

"kalau jawabnya pake perasaan,
pasti enggak."

jehara terdiam, lama. hingga menit menit kebersamaan mereka semakin terkuras.
ia tidak berniat membalas.

gadis itu mengetuk-ngetukkan dagu kecilnya di atas bahu lebar jevon seirama dengan detik-detik yang berjalan di jam tangan pemuda itu yang sesekali terlihat berhenti, menanti jawaban selanjutnya.

"karena ketika jatuh cinta
semuanya terasa mudah."

jehara mendadak membatu, tak ada pergerakan selain langkah ringan jevon seolah di atas awan yang tampak senang. entah karena kalimatnya atau dua pasang anak manusia yang baru saja lewat. jantungnya berdetak satu tingkat dari biasanya.

desember 28, 2020

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

desember 28, 2020.

plano.Where stories live. Discover now