#15. stargazing

533 80 48
                                    

stargazing?  how romantic!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

stargazing?  how romantic!



pikir jehara pertama-tama saat jevon membawanya sedikit jauh dari hiruk pikuk kota.

selepas satu jam berlalu. nona menghembus bertalu.

tau begini lebih baik mereka pulang saja. pasalnya taruna di sampingnya malah tidur di bahu nona. alih alih memandang bintang bersama. asa ia gantung tinggi bersama bintang yang menyala terang, suasana romantis dengan berbagi rempah rempah bincang di tengah tengah tali sahabat.
hanya saja asa tetaplah asa. tingkat realisasinya mungkin terhitung debu di muka bumi.

“je ayo pulang!”
“udah jam sembilan lebih.”

jehara menghembus kasar. sekeliling tampak sepi hanya bebunyian hewan liar di malam hari.

“je,” jehara hampir merengek seraya menepuk pipi jevon pelan. nona menggigil samar, mengenakan jaket jeans saja tidak cukup karena hawa pepohonan yang sedikit lebat dihembus bayu malam.

hendak menarik telapaknya jemari jevon justru menggenggam kelima ruasnya yang mendingin dibalut telapak besar menghantarkan rasa hangat.

pemuda itu terbangun.

jehara mencoba menarik paksa tangannya dari pipi jevon namun berakhir sia- sia.

“bentar aja, pipi je kedinginan.”

“jangan lama lama ya, ara pegel.” ucapnya jujur.

satu dua tiga menit dilalui dengan lengang, hanya tersisa suara jangkrik yang mengerak kesepian. netra nona bergulir   segala warna di alam semesta berubah menghitam hanya bulan dan bebintangan yang menyala-nyala mendominasi nabastala yang menghitam kelam.

dilipat bukaan bibir ragu memikirkan sesuatu. nona bergerak pelan meraih bahu jevon sebelah kiri merengkuh pemuda dengan sedikit canggung.

“masih dingin?” masalahnya jevon hanya mengenakan kaus hitam tipis, jaketnya ia sumbangkan ke nona.

jevon terbangun dari sandaran beralih menggenggam kedua telapak nona membawanya ke lipatan bibir merahnya meniupkan hangat napas taruna.

“maaf ya stargazingnya jadi membosankan.”

pernah dengar? jika sedang menyukai seseorang maka rasa membosankan itu teramat menyenangkan asal bersama sang pujaan. itu yang nona rasakan saat ini. ia hanya tersenyum simpul.

“je suka bintang ya?”
“lebih tepatnya sih bulan.”

jehara memandang surai pun durja pemuda tatkala masih menghangatkan sela sela ruas jemarinya.

“ketika anak manusia menolak peduli, hanya bulan yang berkenan menemani.”

jevon bercerita ia seringkali berjalan sendiri di bawah atap malam menengadahkan wajah sembari berjalan diikuti bulan. dengan begitu, rasa sepinya sedikit terobati, bulan selalu peduli apapun yang terjadi.

“ara dulu juga sering jalan malam.”

“sendirian?”

“sama jeno.”

“oh.”

jehara memeluk lipatan lututnya sembari mencabut-cabut rerumputan kecil di hadapannya.

“jeno sosok tulus, penurut. dulu apapun mau ara jeno selalu tepati.  tapi mungkin ara yang lengah hingga ia jengah, jeno mulai berbohong sering bonceng siyona abai dengan keberadaan ara.. ”

“oh.”

jehara menoleh ke jevon. mengerutkan kening bingung. lantas menghedik acuh.

ia lanjut bercerita tanpa diminta, “padahal dulu kita deket banget. selama satu tahun waktu ara hanya tentang jeno. ke mana mana sama jeno mau ngapain sama jeno, setiap harー”


secepat kilat bibir je meraup kecup ranum merah nona jehara menghentikan suara rindu nona perihal sang mantan.










matanya menatap jevon nyalang, sementara pemuda itu balas menatapnya redup, mata hitamnya semakin tampak kelam sedalam rawa sampai nona takut untuk memandangnya. gadis itu mengedip-ngedip mencerna kejadian beberapa detik lalu seraya sebuah tangan meraih kedua bahunya.

jehara sontak memundurkan kepala.

“bisa nggak kalau lagi berdua nggak usah bawa si jeno jeno itu.” pintanya dengan raut sayu.

“aku cemburu, ra.”

nona menoleh  memusatkan atensi pada taruna dihadapannya. mengangkat alis lantas berkata, “bisa nggak kalau ara ajak main nggak usah bawa si cemara cemara itu.”  beonya.

sedangkan jevon terdiam memandang bola mata nona yang memantulkan wajahnya.



“ara cemburu, je.”

air muka pemuda berubah girang. kurva di bawah durjanya terlihat enggan mengembang. pemuda itu mengedip-ngedip lantas berdehem, masih menahan senyum.

“oke, sepakat!”

“i'm yours, you're mine.” 

satu dua kata itu mampu membuat nona tersenyum lebar, menggigit bibir bawahnya menahan perasaan buncah yang tumpah ruah. detak jantungnya naik satu tingkat. nona menunduk saat jevon menarik jari manisnya.

ia pandang lekat gerak geriknya. jevon mengambil sesuatu dari saku celana panjang hitamnya. mengeluarkan sebuah bulatan perak dengan kepala monyet di atasnya, cincin bandul monyet nona. bukannya jevon beli yang beruang?

jevon memasangkan cincin itu di jari manis nona. kontras dengan kulit pucatnya.

“je taruh di jari manis, karena pembuluh darah yang mengalir pada jari manis mengarah langsung ke jantung, yang melambangkan dua hati menjadi terhubung.” ucapnya sembari tersenyum menatap jemari lentik nona.




“nona jehara, mau bangun ceritera bersama?”

“nona jehara, mau bangun ceritera bersama?”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


a.n

/3/
gatau ryu ngawur.
/4/
caution, there is damn kisses!
.
januari 17, 2021.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 23, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

plano.Where stories live. Discover now