#13. tumpah ruah

334 82 67
                                    

terhitung beberapa hari nomor tak diketahui kerap mengganggu aktivitasnya, setelah diterima ternyata jenoff aliaksa, oh jehara lupa ia telah menghapus nomor pemuda itu dari daftar kontak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


terhitung beberapa hari nomor tak diketahui kerap mengganggu aktivitasnya, setelah diterima ternyata jenoff aliaksa, oh jehara lupa ia telah menghapus nomor pemuda itu dari daftar kontak. demikian sehingga mereka bercakap beberapa kata dengan jeno yang berusaha memancing perasaanya.

gadis itu kembali mereject panggilan jeno.

dengan lahap sandwitch yang jehara makan menjelajah ruang mulutnya. mengecap lidah dengan gurih telur di sisi tengah. pipi pemudi itu tampak kembung di dua sisi sembari berjalan melihat keramaian menuju kedai kopi di seberang toko buku tempatnya bekerja.

jehara meraih ponsel di saku saat merasakan benda itu bergetar lagi, dengan cepat ia mengangkat lalu mengumpat.

"sial! kau ini mengganggu sekali!"

"ra, lo ngumpat? apa gue ganggu?"

jehara kontan melotot, bahana berat nan serak menghalau rasa kesalnya. taruni itu melirik gawai di sisi rungu, asma jevon dendalion tertera di sana.

nona gelagapan mengibas tangan hendak bertanya-tanya ini harus bagaimana. "ah maaf je, i-itu tadー"

"ra, bisa lebih cepat nggak? kita udah nunggu nih."

jehara menghembus lega, kendati jevon tak bertanya lebih jauh tapi dahinya berkerut bingung. kita?

tenggat beberapa meter betis nona mencapai loka. mendapati pemuda dengan nona cemara bercanda gurau layaknya dua manusia diliput cinta.

langkah nona lamban memelan, kabut binar mulai berkaca-kaca senada dengan lengannya mengepal tak terima, ada sisi egois yang mendominasi di hati tuan putri. birai katup nona bergetar menahan tirta agar tak meluruh.

"ra!" panggil jevon seraya cemara melambai bahagia ke arahnya.

jehara menahan, mengontrol napasnya yang terasa panas dan menggebu, perasaannya membuncah bukan tengah merekah melainkan menyembunyikan amarah.

bukannya lanjut melangkah nona sekonyong mundur, tapaknya ia putar lalu menarik langkah menjauh dari dua pigura itu.

semesta jehara tidak seharusnya begini, seharusnya ia menghampiri mereka memasang senyum pura-pura kemudian hancur di belakangnya. siapapun akan benci terlihat lemah hanya karena pria yang bahkan bukan siapa siapa. jika reinkarnasi itu ada maka nona memilih menjadi batu, tidak perlu merasakan suka dan duka, cukup jadi pelengkap di bumantara. jehara berjalan tergesa mengabaikan panggilan cemas nona cemara.

benar katanya hal terberat menjadi manusia adalah memiliki hati.

"h-hei tunggu."

jejak tapak tersera mengikuti langkah nona. menarik lengan satu hentak sehingga jehara berbalik terpaksa. pemuda itu hampir saja memeluknya secara tak sengaja.

jehara hanya menunduk menyembunyikan wajah dibalik geraian surai panjangnya. terpujilah surainya yang tidak dicetak cepol hari ini.

sementara jevon mencoba menunduk melihat roman wajah nona. jemarinya meraih dagu kecil jehara menerangkan nona untuk mengangkat kepala menjatuhkan atensi penuh padanya. namun netranya masih memandang bawah.

"hei liat sini, ada apa?"

"nggak kenapa kenapa."

"kalau nggak ngomong gue mana tau, ra."

"katanya mau main berdua tapi ada cemara, aku nggak suka cemara." tukas nona apa adanya. ia ingin, ia ingin sekali saja jujur pada dirinya pada perasaannya.

jevon hanya diam menunggu kalimat selanjutnya.

"kalian deket banget, aku tau je temenan layaknya sama aku. tapi aku nggak suka, je bisa ketawa lebih lepas saat bersama cemara, ara iri." mata nona membola dengan lapisan kaca yang memantul cahayanya, mendongak menatap jevon.

pemuda itu tersentak. apa jehara menangis karenanya? hidung mungil gadis itu memerah kembang kempis menahan isak yang hampir menyeruak.

bisa-bisanya jevon gemas saat gadis di depannya sedang meratap lara.

kurvanya hendak tertarik jika jevon tidak mampu mengontrol diri. perasaannya sedang mengembang. bak api yang memanas kala tirta menderas.

rupanya si nona tengah cemburu.

"I'm getting used to your existence, until you disappear it feels like something is empty."

lama, keduanya bungkam. jehara mencoba mencari kata untuk mendeskripsikan segalanya. tak perlu panjang lebar kali tinggi hanya dengan satu beberapa patah kata mampu menjelaskan perasaannya.



"je, ra kangen."

diam-diam perasaan lega nona dera. kata yang ingin ia sampaikan pada pemuda itu akhirnya terutarakan. meski bawah pelipisnya mungkin tengah merona menahan malu.

jehara ingatkan, riuh manusia tengah berlalu lalang di pematang.

jevon menyerah, sesuatu di dalam dirinya meluap-luap. senyumnya tak lagi sungkan hingga menampakkan geligi yang mengalahkan indahnya pelangi. pemuda itu merentangkan lengan.

"mau peluk?"

jehara melipat katupan bibirnya melangkah bersemu menarik daksa pemuda sampai tenggelam di dadanya. gadis itu menyembunyikan perasaanya yang tumpah ruah, menggesekkan wajahnya mencari posisi ternyaman seraya kelima ruas gagah jevon mengusak surainya lembut menyalurkan afeksi yang selama ini bersembunyi.

"mau tau rahasia?" nada beratnya mengalun membisikkan rungu jehara.

taruni itu mengangkat kepala bertanya apa melalui sorot mata. lengannya masih menggantung di pinggang pemuda.

didekapnya semakin erat, menunduk membisikkan seutas kalimat yang selalu nona harap. "je sukanya cuma sama nona jehara."

berakhir lesung pipitnya mendalam bagai palung mariana.

selain hal terberat, memiliki hati adalah hal terindah menjadi manusia.

januari 13, 2021

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

januari 13, 2021.

plano.Where stories live. Discover now