#5. kereta

595 144 72
                                    

suara tik-tik dari sisa-sisa air keran yang mengalir seusai mencuci piring bekas sarapan mengisi seisi sudut ruang sepi rumah jehara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

suara tik-tik dari sisa-sisa air keran yang mengalir seusai mencuci piring bekas sarapan mengisi seisi sudut ruang sepi rumah jehara.

gadis itu tak ambil pusing. kupingnya butuh musik alami, ditambah gemerisik dedaunan besar di sudut tembok dekat jendela. secercah cahaya melingkup masuk menemani sepinya.

tampak sofa disandingi meja kecil berkaca transparan penuh dengan jejeran kertas berwarna putih juga. sekotak plastik krayon dan berbagai jenis pensil pun pensil warna melengkapi sesi menghabiskan waktu pagi ini.

senin, hari yang pas untuk bolos. bukan bolos sesungguhnya tapi ia bangun terlambat akibat pulang larut malam tadi.
usah peduli ia amalkan di bilik hati. kendati rasa cemas akan beasiswanya yang sudah diujung tanduk akibat bolos terus menerus.

suara ketukan pintu menggerakkan otaknya untuk berfikir siapa yang bertamu pagi-pagi begini. sungguh ini baru pukul delapan.

saat daun pintu ia sematkan ke dalam ruang menampakkan senyum riang dengan kamera di atasnya.

dua sukma itu terperanjat berbarengan.
flash kamera yang tiba-tiba mencetak wajahnya juga menyentak kerja jantungnya. sedangkan pemuda dengan hajat memotret wisma nomor enam puluh itu melongo. niat mengetuk pintu hanya dalam urutan adegan iseng, tahu-tahu tuan rumah ada di singgasananya.

"jevon, ngapain di sini?!"

"jalan-jalan."

pemudi jehara menilik dari bawah hingga atas. celana jogger hitam dan kaus putih tanpa lengan. jangan lupakan, seonggok benda berlensa yang selalu di dekapannya.

pemuda itu memandangnya dengan sangat polos seolah mengatakan bahwa ia tidak berbohong. jujur itu lucu. kontras dengan otot bisepnya yang menonjol. jehara terkesima kemudian menghalau durja.

diam, jevon melirik garis pintu di bawahnya. "boleh aku masuk?" ujarnya ragu-ragu.

"emang mau?" hara mengangkat dua lengkung alis penasaran.

"apapun tentang kamu, aku mau."

secahaya binarnya tenggelam tertimbun guratan kurva mengembang.

jika jehara boleh ibaratkan. senyum jevon itu adiksi. barisan geligi indahnya mengalahkan deretan warna pelangi.

jehara mengerjap. lalu mengecai tungkai ke dalam rumah minimalis bersama jevon di belakangnya.

indah.
kesan pertama anjangsana.

jevon tebak, rumah ini hanya ada tiga ruang. saat melewati pintu masuk, matamu akan disuguhkan sebuah tembok berisikan berbagai bingkai foto yang tertata secara estetika. memasuki dua tenggat untuk lewat, maka ruang utamanya terlihat. ternyata dibalik tembok besar tadi ada yang lebih indah. dapur di sudut terjauh sebelah kanan dilengkapi meja kecil untuk dua kursi, diberi sekat rak piala-piala dengan medali segala warna, di sampingnya ada ruang khusus belajar, gitar kuno dan buku buku usang mungkin berisi catatan catatan harian. di tengah ada tangga rendah untuk mencapai ruang tadi. di tingkat yang lebih sedikit rendah, hanya ada sofa dan meja dengan satu pot bunga berdaun besar di sudut samping jendela besar pula. ruang terakhir di belakang, satu pintu kamar dengan gambar anjing lucu, dan satu kamar mandi tepat di hadapannya dengan note-note rancu di daun pintu. jauh di belakang dua bilik itu setitik cahaya dari atap kaca dengan di bawahnya taman kecil dan juga bangku untuk dua atma satu deret rak baca di sampingnya.

mungkin rumah ini ditata untuk mereka berdua. berpasangan semua soalnya.

cukup segitu aja. jika diperpanjang lagi maka jatuhnya sedang marketing rumah. jatuhnya indah semua.

"heii!!" jehara sungguh berteriak lepas saat pemuda di belakangnya menjelajah tembok-tembok dengan kamera.
dianggapnya sebagai kacamata.

"jangan memotret apapun!" tunjuknya pada taruna.

"aku ingin bikin kereta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"aku ingin bikin kereta." ungkat jehara membuka percakapan setelah jevon duduk bersila di depannya.

"kereta buat kehatiku?" dengan sedikit godaan alis naik turun.

jehara mendelik. meski tersenyum geli.

sehabis dua jam, menginjam pukul sembilan. semuanya semakin hancur momen di mana jevon mencolek pipinya dengan dengan cat air yang bersembunyi dibalik gorden jendela, lantas dibalas nona jehara sekuat tenaga hingga setengah muka pemuda dibalut cat merah muda.

jehara tertawa menahan lambungnya yang serasa mulas. "je, udah ya, perut aku sakit!"

"sini aku gelitikin biar berenti." ujarnya sembari meregangkan kesepuluh
jemarinya.

BUNDAAA DEMI TUHAN IA BISA KENCING!!!

"BERENTI DISITUU!!"

"kenapa?"
"takut hati-nya aku ambil cuma-cuma?" kata pemuda jevon dendalion semakin usil mendekat.

"b-bukan gitu." tiba-tiba nadanya berubah merengek. jika sisi logika jehara tahu maka maka ia akan mengumpat malu.

"ak-aku hanya ingin menyelesaikan gambaranku." jehara menghebus lega meski gugup mendominasinya. entah kenapa.

lalu secepat detik berubah menit semuanya seperti semula, jehara mewarnai seluk setiap garis kereta dibantu jevon, kendati taruna memandang atma si nona hingga merona durjanya meski pura-pura seolah retina tak menerima secercah cahaya.

"ngegambar gini bisa bikin tenang tau."
"iya? masa?"
"eum, percaya deh, gambar sesuai keadaan atau perasaan aja. karena tersalurkan jadi merasa tenang."

jevon mendengarkan meski tak memperhatikan. tangannya beralih ke arah kertas baru dengan pensil meliuk membetuk sebingkai sudut sketsa kamera kesukaannya.

"aku sangat suka kamera, apalagi isinya."
ujar jevon menyeringai penuh arti.

jehara tak ambil otak. ia melirik kereta yang setengah berwarna.

"aku mau bikin kereta buat ke surga. kata guru jehara dulu, apapun yang kita mau ada di sana,

. . mau ke sana bareng-bareng?"

"aku bikin dua kursi deh!"

lagi-lagi berpasangan.











sudah jehara bilang, ia hanya ingin mengekspresikan diri.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
plano.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang