#14. bandul monyet

263 77 23
                                    

pada akhirnya mereka berdua berjalan menyusuri toko-toko di pusat kota

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

pada akhirnya mereka berdua berjalan menyusuri toko-toko di pusat kota.

tentu berdua, karena cemara tidak jadi ikut ada keperluan katanya. entah sengaja maupun tidak jehara enggan peduli. yang terpenting pemuda di sampingnya kembali seperti biasa lagi. layaknya sahabat yang saling mengasihi.

"ra, enaknya beli hadiah apa ya?" tungkainya serasa ditarik oleh bebatuan bumi, jehara berhenti memandangi punggu jevon yang sekon berikutnya berbalik karena jehara tertinggal di belakang. pemuda itu menarik alisnya terangkat.

jehara tersenyum menggeleng lalu melangkah kembali mendekati jevon.

"gimana kalau cincin?" usul nona berat hati.

jehara kira jevon hanya bercanda ingin menyatakan cinta pada seseorang yang ia suka. yah, meski jevon mengatakan suka padanya tapi suka itu banyak ragamnya.

"kenapa?"

gadis itu membolak balik ruang pikirnya mencari alasan yang tepat, sejujurnya karena ia suka cincin. tapi jehara mana mungkin mengungkapkan motifnya. "karena cincin itu eternity, simbol keabadian."

jevon tersenyum remeh membentuk pelangi hampir tertawa melihat raut muka ragu nona saat menyebutkan kata-katanya. pemuda itu balas dengan anggukan singkat seraya melepas jaket hitamnya disampirkan pada bahu jehara.

"punggung kamu keliatan ra. mau di gigit buaya siang siang gini?"

jehara terkekeh sembari memakaikan jaket pada kedua lengannya. cuaca lagi lembab jadi tak masalah menggunakan dress hitam dan jaket hitam milik jevon dibalut sepatu putih cantik.

"buayanya je?"

jevon malah memperagakan auman macam yang ingin menerkam mangsanya dengan kedua tangannya seakan ingin meraih nona.

jehara tertawa namun sekon selanjutnya ia mematung.

je benar-benar melakukannya pemuda itu menggigit nona pada bagian hidungnya. si mangsa melotot ternganga. kemudian memukul jevon sekuat tenaga meski terasa belaian di indra peraba pemuda.

"jangan bilang bilang pacar kamu ya."
ujarnya terkekeh sumbang.

jehara berkerut bingung, "pacar? ara udah putus." ujarnya santai berjalan dengan tatapan kosong ke depan.

suara suara tawaran pedagang street food menggedor rungu nona yang terdengar pengar.

"serius?!" jevon menghampiri nona di depannya. apakah jehara tidak salah lihat? pemuda itu terlihat bahagia, binar di matanya tidak bisa menyembunyikan senyum merekah di bibirnya, terlihat ingin di tahan tapi tidak bisa.

"eum!" ucap nona meyakinkan hingga bibirnya sedikit menjorok maju.

lagi lagi jehara berkerut kening melihat jevon menghela napas sangat lega.

"apasih!" sarkasnya.

"nggak papa yaudah ayo! kita beli cincin di situ aja kali ya." tunjuknya pada pedagang aksesoris kecil kecilan.

"serius je beli di sini? ntar gadismu malah kesal dibeliin cincin seperti ini." jehara memperhatikan barisan cincin di atas busa yang diselip-selipkan. ya meskipun menurut nona itu lucu tapi bisa saja gadis itu tidak suka.

"nggak dia bukan orang pemilih, yang penting itu dari aku pasti nona bahagia." nona menangkap rona suka yang membuncah di setiap kata taruna itu.

jehara hanya tersenyum semu saat jevon memuji-muji perempuan lain.

"pilih yang mana gih!"

"hah?"

"pilih, ra."

taruni itu menunjuk dirinya tak percaya. jevon mengangguk, katanya pilihan perempuan lebih bagus karena sesamanya. jehara senang senang saja, bahkan ia berubah semangat memilih cincin cincin perak dengan bandul lucu di atasnya.

jehara tersenyum puas. karena cincin yang dipakai oleh siapapun gadis itu, adalah pilihan nona bukan jevon.

jemarinya menyusuri bagian pinggir barisan cincin, ia akan memilih yang terbaik untuk perempuan anonim itu. jemarinya meraih cincin dengan bandul kepala monyet.

"serius ra?"

"iya, ara suka monyet."



"tapi ini bukan untuk kamu, ra."

jehara sedikit melengos kecewa. terbawa suasana membuatnya lupa. bahwasannya ini bukan untuk nona jehara. sekon berikutnya nona menaruh cincin itu. moodnya berubah drastis. wajahnya ditekuk cemberut.

kendati jevon memilih sebuah cincin bandul beruang, katanya pemudi itu mirip sekali dengan beruang, bear face.

nona memilih mengabaikan dengan berjalan duluan menghampiri jajanan jalanan pusat kota.

senyum mirisnya tak lepas dari durja. nona menelan paksa odeng pedas di tangannya padahal dirinya tak terbiasa dengan cabai. rasa kesalnya mengalahkan ketakutan memakan makanan pedas.

"ra." panggil jevon meraih bahunya.

gadis itu menoleh malas.

"ra, kamu nangis?!"

"enggak."

terang terangan jevon menghela kasar.

"lisan memang pandai berkata, tapi netra lebih pandai terbuka, tak bisa berdusta maksudnya."

pemuda itu mencemooh kebodohan jehara kendati air matanya mengalir tapi bibir berdalih lain. sakunya mengeluarkan selembar kain lantas dilapnya cairan yang semakin merembes ditambah wajah nona merah merekah.

nada isak mulai keluar dari surai merahnya. "je, pedes!"

nona misuh misuh di tempat meminta air. sementara jevon membatu di tempat. genggaman kainnya melemah.

ia pikir, nona berderai tirta pasal cemburu karena cincin itu. tapi ia menangis hanya karena odeng pedas sialan itu.

rasa percaya diri jevon turun satu tingkat. diam diam ia menggerutu malu karena salah paham.

januari 16, 2021

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

januari 16, 2021.

a.n
book ini repub tapi nggak direvisi jadi
agak bukan agak sih emang  gajelas dan amburadul, maafkan.

plano.Where stories live. Discover now