#6. teman

463 125 68
                                    

pagi-pagi buta taruna menemukan atma si nona di bawah beringin seorang diri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

pagi-pagi buta taruna menemukan atma si nona di bawah beringin seorang diri. duduk meringkuk menelungkup wajah di lipatan tangan dan kaki. saat taruna mencoba mendekat, suara taruni terisak semakin pekat. jevon melangkah cepat.
dirasa si nona terjingkat. kemudian mengangkat pandang, mengendus cairan bening yang mencoba keluar.

"jevon..." ucapnya dengan netra berkaca-kaca. seperti kucing yang ditinggalkan sang ibunda.

jevon ikut duduk, sejajar di samping jehara.
lantas bertanya ada apa.

"semoga itu suka bercanda, ya." ujarnya tiba-tiba sembari menerawang ke arah siuh manusia yang sedang berolahraga.

"jangan menggantung asa, ra."
"yang ada hanya doa lalu takwa."
lanjutnya.

"aku bincang sama tuhan, kuselipkan semoga di sana.

..tapi dijawabnya dengan bercanda."

"sepertinya tuhan murka, aku bincang dengannya saat sedang kesepian saja seolah ia adalah pelampiasan semata."

kemudian jevon tertawa, jehara menoleh ke arahnya. dahinya berkerut hampir menyatu.

"jangan salah paham sama tuhan.

..dia mengancurkan rencanamu, sebelum rencanamu menghancurkanmu."

dahinya semakin berkerut tutur. kalimat jevon terlalu berbelit.

kalakian jevon menarik lengan hingga jehara terpaksa berdiri. menarik mereka ke riuh siuh anak manusia.

jehara melirik genggaman lengan mereka, jehara berandai itu aliaksa masa.

keduanya berhenti di kedai kopi, mereka duduk di bangku yang diisi oleh beberapa muda mudi juga. semasa menunggu kopi racikan, jevon izin memainkan jemari jehara, awalnya ia tidak terima tapi pemuda itu maksa berakhirnya jehara mengiyakan.

jevon menggerakkan jari telunjuk dan manis berkali-kali. jehara disuruh membantu memegang jari tengahnya yang timbul di antara kedua jemari. tahu-tahu si nona memekik kesakitan saat jemarinya menimbulkan bunyi 'krek' seakan patah tulang.

jevon tertawa seperti biasa, hingga jehara mulai terbiasa dengan nadanya.

"biar kamu nggak sedih terus." katanya.

ya tapi sakit!

"orang kalo sedih dikasi boneka dan benda manis semacamnya. bukan malah pletekin tangan sama beli kopi begini!" keluh jehara saat menerima kopi latte di genggamannya.

"itu orang, ini nona jehara." sembari tangannya merambat ke pipi cacat jehara yang bersemu tertawa saat pipinya dicubit si pemuda.

"aku baru tau kamu punya lesung pipit." menekan lekukan kecil di sisi muka nona jehara. buru-buru ditepis pemiliknya.

"dia ada kalo lagi bahagia."

satu kalimat yang membuat jevon tahu, bahwasannya sejak sua mereka temu, bahagia si nona hanya semu.

rotasi kesadaran di ambang hingga kontak dengan taruni serasa kabur digantikan kalimat si nona tadi yang menerawang di otaknya sampai berkali-kali dipanggil tak ada sahutan nyata hingga akhirnya tersentak dengan tepukan keras di lengannya. si nona mengeluh ditinggal melamun sendirian, jevon hanya terkekeh semu sembari menyeruput kopi yang berangsur mendingin.

"boleh aku panggil, je?" tanya jehara mengalihkan seluruh perhatian dan pikiran pemuda.

"ma-maksudnya nggak aku-kamu." jehara tersenyum kaku menunggu jawaban jevon.

"boleh." jawab jevon seadanya.
"eh tapi kenapa?" tanya jevon penasaran.

"karena... ini jevon dendalion, bukan orang lain." lekuk cacat itu kembali terlihat. sangat kentara sampai jevon ikut tertawa.

"sekarang kita temenan ya."

ternyata temenan.

"yang kemarin-kemarin apa?"
"itu kebetulan."

asa yang kubangun nyata hanya terhitung kebetulan, semesta.

desember 29, 2020

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

desember 29, 2020.

plano.Where stories live. Discover now