|Part 4| Awal Mula Perang

6.5K 852 64
                                    

Namanya ingin berbuat baik pasti ada ujian dan segala kerusuhan, namun tetap ingat suatu saat kebaikan kita akan menyadarkan orang.

Kebaikan itu memang tak ada habisnya untuk dilakukan. Bisa datang di mana saja dan kapan saja ketika orang lain membutuhkannya. Tak pernah melihat seberapa dan orangnya siapa. Seperti Dani kala membela ketua rekannya tadi. Awalnya ia akan pergi ke kelas, namun ketika melihat Ayunda yang di dorong pertama kali ia masih bisa menerimanya, karena ia yakin Ayunda bukan wanita lemah. Namun ketika berandal itu mulai melakukan kesalahan yang sama, entah kenapa ia tak bisa menerima dan rela memasang badan untuk ketua OSIS nya ini.

Ada tujuan di mana ia melakukan semuanya. Ia hanya ingin Ayunda tetap baik-baik saja dan tak terluka karena ulah Firlangga. Ia tahu siapa pria itu dan ia tak mau Ayunda kenapa-kenapa. Sebagai seorang pria mana mungkin ia bisa menolak pesona Ayunda? Walau ia tak melihat dari fisik, tapi tetap saja pesona yang ada membuat ia tertarik untuk mengenal dan melabuhkan cintanya pada Ayunda yang tak lain adalah rekannya.

"Makasih, ya. Lo seharusnya biarkan aja gue di pukul gitu," tutur Ayunda sembari berjalan menuju ruangan OSIS.

"Mana bisa? Waras lo?" tanya Dani membuat Ayunda tertawa.

"Waras, lah. Ya, kali, gue atur dia tapi diri gue sendiri gila." Ayunda tertawa lepas ketika dirinya bersama kutub es dingin yang tak lain adalah wakilnya.

Mereka berdua berjalan berdampingan menuju ruangan OSIS yang ada di dekat taman belakang sekolah. Banyak sekali para murid yang melihat ke arah mereka dengan tatapan iri dan memuja. Bagaimana mungkin mereka tak menjadi pusat perhatian? Yang satu lagi primadona dan yang satunya lagi most wanted nomor dua. Tak mungkin tak ada yang melihat mereka berdua berjalan bersama.

Mengabaikan semua tatapan suka dan tak suka, mereka berjalan masuk ke ruangan OSIS yang terlibat terang namun hanya satu orang yang ada di sana. Soraya sendiri menatap Ayunda yang baru saja masuk bersama Dani. Wanita itu langsung mendekat dan memeriksa keadaan sahabatnya.

"Astaga, gue minta maaf. Gue gak bermaksud gak bela lo di depan dia," tutur Soraya merasa bersalah.

Ayunda hanya diam dan terus berjalan ke ruangannya. Soraya juga terus mengikuti sembari membawa buku catatan merah milik anak-anak berandal yang ada di sekolah mereka. Ayunda kemudian menatap Dani yang masih berada di hadapannya.

"Dan kembali ke kelas aja. Gue tahu lo lagi ada ulangan. Kasus mereka serahkan aja ke gue. Lo balik aja. Makasih, ya," ucap Ayunda sembari tersenyum pada Dani yang kemudian menganggukkan kepala dan pergi dari ruangan OSIS yang meninggalkan mereka berdua.

Ayunda sibuk membuka laptopnya. Sementara Soraya hanya bisa menatap sahabatnya. Ia tahu bahwa Ayunda tengah marah pada dirinya, tapi ia juga tak bisa membela sahabatnya di depan sang kekasih. Padahal ia boleh melakukan apa saja, tapi ia tak berani untuk membela sahabatnya di depan Firlangga. Katakan lah ia penakut dan tak setia pada sahabatnya, tapi memang itu faktanya. Ia selalu diam ketika sahabatnya berhadapan dengan sang kekasih. Sejujurnya ia takut ingin membantah Firlangga karena ia tahu ketika kekasihnya marah itu seperti apa, walau ia ingin, tapi sekuat mungkin ia menahannya.

"Gue minta maaf. Gue gak berani bela lo di depan dia. Walau gue ingin," tutur Soraya membuat Ayunda menatapnya.

"Gue lagi gak mau ribut, jadi lo bisa pergi dari sini," balas Ayunda kemudian memusatkan perhatiannya lagi pada layar laptop yang masih menyala.

Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)Where stories live. Discover now