|Part 11| Tipu Daya

5.6K 772 118
                                    

Demi membahagiakan orang lainKita harus menjadi sosok yang acuhSosok yang acuh pada istri kita sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Demi membahagiakan orang lain
Kita harus menjadi sosok yang acuh
Sosok yang acuh pada istri kita sendiri.

Hari sudah malam. Waktunya persepsi kedua dimulai. Malam ini tema pernikahan adalah indoor wedding. Banyak sekali lilin berwarna putih berjejer rapi di meja makan malam untuk acara kedua ini. Tirai pembatas berwarna putih sudah ada sebagai pelengkap acara kedua ini. Lampion yang seolah memberikan sentuhan warna emas tua pun sudah tampak jelas menghiasi pesta mereka berdua. Setiap meja pasti ada lilin dan bunga untuk menerangi suasana mereka di malam hari.

Kala semua terasa indah, dua pasangan ini jutsru gugup karena harus berjalan bergandengan tangan menuju jejeran tamu keluarga yang sudah menunggu. Ayunda tampak canggung mengingat kejadian tadi yang membuat ia malu sendiri. Sementara Firlangga hanya menatap datar sembari sesekali mengeluarkan senyuman.

"Sandiwara kita di mulai. Lakukan dan ikuti gue selama di sini. Ini tamu dan kolega bisnis papa dan keluarga lo, jadi demi mereka kita harus baik-baik saja. Paham?" tanya Firlangga dengan suara yang lirih menatap Ayunda yang terus tersenyum sembari melangkahkan kakinya menuju kedua orang tua mereka.

Ayunda pun menoleh dan langsung memalingkan wajahnya. Hanya sandiwara. Iya dia juga akan berusaha sekuat mungkin agar terlihat baik-baik saja, walau hatinya ingin mengatakan ini real dan bukan sandiwara saja. Ayunda kemudian tersenyum terus menerus sampai pada mereka berdekatan dengan kedua orang tua masing-masing. Ayunda tetap saja tersenyum seolah mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Apa lagi ketika ia melihat bundanya bahagia, ia merasa bahwa ia juga harus bahagia. Sedang ia usahakan untuk tetap baik-baik saja.

"Waduh, pengantin baru," goda Rio membuat mereka saling tatap.

"Romantis banget, ya? Inget zaman gue nikah, ya gak Lembayung?" tanya Dewi meminta pendapat sahabatnya.

"Ais. Lo mah kalah sama merek."

Saat mereka sedang berbincang santai, Zidan datang dengan kewibawaan yang memang selalu ada di tubuhnya. Zidan kemudian menghampiri mereka dan menatap Firlangga dingin. Bukan karena apa-apa, tapi karena Zidan mempunyai tatapan seperti itu bukan? Zidan pun menunjuk ke arah yang berlawanan, tepat di mana dua pria sedang berjalan kemari dan melambaikan tangan pada Zidan yang kemudian membalas.

"Itu kolega bisnis papa. Kalian harus sapa dengan hormat, ya." Zidan meminta kedua anaknya untuk menghormati kolega bisnis spesial.

"Iya, pa. Pasti kalau gitu." Firlangga pun meraih tangan Ayunda untuk lebih erat dan berusaha untuk memberikan kode agar mereka terlihat baik-baik saja.

"Wah, bro! Anak lo udah nikah aja," sapa kolega bisnis orang tua Ayunda yang kemudian menatap mereka dengan tatapan senang.

"Ya, seperti yang lo lihat. Ayunda udah gak sabar mau nikah, jadi ya, ada jodoh yang tepat gue jodoh, kan, aja," balas Zidan kemudian memberikan kode agar keduanya memperkenalkan diri.

Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)Where stories live. Discover now