|Part 40| Teman Hidup

5.9K 977 208
                                    

Karena tidak semua kebaikan akan terbalaskan baik, tidak semua kasih akan di balas dengan hangat, tidak semua senyuman di balas oleh senyuman.

Untuk sekarang aku percaya, bahwa di dunia ini bukan hanya kebahagiaan tapi ada fase di mana kita berjuang untuk mendapatkan. Dibalik itu semua, ada hikmah yang akan kita dapatkan.

Pepatah pernah mengatakan hidup adalah sebuah perjalanan, bukan tempat pelarian. Percuma saja, jika kita berlari apa semua masalah akan sirna? Yang ada hanya beban pikiran di hati dan jiwa kita. Ada kalanya hidup tak selalu bahagia. Susah, senang, sedih, dan derita selalu menjadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan begitu saja. Pada saat itu kita sadar, bahwa roda kehidupan akan terus berputar dan posisinya tak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan. Terkadang roda yang kita minta berhenti, justru maju dan meninggalkan tempat semula. Begitu juga dengan arus kehidupan. Yang kita harapkan bahagia, belum tentu sesuai dengan takdir yang ditetapkan-Nya.

Begitu juga dengan takdir untuk hidup kita. Ayunda yang tak mau menikah muda, justru harus menikah dengan sahabat karibnya. Sahabat yang menikahi dirinya hanya karena balas dendam semata, justru mencintai dirinya kembali untuk selamanya. Ya, ia harap begitu akan selamanya. Fakta kehidupan memang terlihat sempurna, yang menikah muda akan menaruh bahagia, padahal jika dijalankan belum tentu bahagia. Pernikahan menyatukan dua insan yang saling cinta, lalu kalau tak cinta? Harus menunggu waktu lebih lama untuk saling mencinta. Bagaimana pun perasaan tak bisa di paksa.

"Pernikahan kalian baik-baik aja?" tanya Lembayung ketika anak perempuannya datang menemui dirinya.

Ayunda yang sedang bermain dengan adiknya terdiam dan menoleh tepat di belakangnya. Senyuman jelas terlihat dari sudut bibirnya. "Baik, kok, Bun."

"Iya, bunda harap kamu berkata jujur. Bunda merasa gak tenang, ketika kalian berdua sudah resmi menjadi sepasang suami istri." Lembayung kemudian duduk di dekat jendela menatap sang anak yang saat ini duduk di kasurnya.

Lembayung terdiam sejenak. Dari sorot mata Ayunda mengatakan yang sebaliknya. Ia terus berpikir apa anaknya bernasib sama? Namun melihat Firlangga yang sangat baik, ia rasa tak mungkin itu terjadi dalam rumah tangga mereka. Firlangga adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan menikah karena cinta dengan anaknya. Walau sejujurnya ia tak merestui Ayunda menikah muda, namun dengan Firlangga ia setuju karena sudah kenal sangat lama.

"Apa pun masalah yang kamu hadapi saat ini, bunda yakin kamu bisa melewati itu semua. Bunda siap jadi tempat cerita kakak. Kakak mau cerita sesuatu sama bunda?" tanya Lembayung lembut.

Ayunda menundukkan kepalanya. Helaian napas panjang sangat terlihat jelas dari sudut pandang Lembayung. Tak lama setelah itu Ayunda menghampiri Lembayung yang tengah duduk di sebuah sofa. Ayunda menyenderkan kepalanya di bahu sang bunda. Matanya terus menatap ke bawah seolah ia tak bisa menyembunyikan apa yang ia rasa. Saat ini ia membutuhkan bundanya. Seorang wanita yang mencintai dan memberikan solusi terbaik untuk dirinya. Ia harap saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya.

"Kalau Ayunda kuliah, bunda dukung?" tanya Ayunda membuat Lembayung terdiam sejenak memikirkan.

"Bunda dukung-mendukung saja, tapi bagaimana dengan Firlangga? Walau bagaimana pun kamu sudah menikah dan istri sah dari seorang pria. Suami kamu orang yang pantas mendapatkan pertanyaan ini," balas Lembayung membuat Ayunda menatapnya.

"Firlangga gak setuju Ayunda kuliah. Bunda tahu, kan? Cita-cita Ayunda mau menjadi dokter kalau tidak kuliah bagaimana? Ayunda mau menjadi dokter." Ayunda menatap dalam tepat di manik mata Lembayung yang juga menatapnya.

Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora