|Part 20| Paket Cinta

5.3K 871 112
                                    

Emang kamu siapa?
Kok berharap lebih sama dia?

Yang bukan siapa-siapa
Mana bisa dapat apa-apa.

Terik matahari sudah terlihat dari jendela kaca. Embun sudah tergantikan oleh mentari pagi yang siap untuk menerangi bumi. Semua orang sibuk dengan aktivitas masing-masing, tapi tidak dengan seorang wanita yang masih bergelut dengan selimut tebal yang menutupi separuh tubuhnya di atas kasur. Wanita itu tampak hangat di balik selimut yang ada di kamar. Padahal hari ini merupakan hari libur tepat di mana ia bisa mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Hari Sabtu merupakan hari libur yang memang digunakan untuk mengistirahatkan badan.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi dan hari sudah mulai berganti. Tak ada yang akan menganggu waktu tidurnya pada hari ini, karena ia tinggal di tempat di mana tak ada yang peduli, baru saja ia merubah posisinya namun suara ketukan di pintunya membuat ia terjaga sejenak. Matanya menatap pintu yang kemudian terbuka, dan menunjukkan pelayan yang ada di rumahnya.

"Maaf, Non. Sarapan sudah siap," tutur pelayan itu sembari menundukan kepalanya.

"Firlangga udah bangun?" tanya Ayunda membuat pelayan itu mengangguk.

"Oke. Saya akan segera ke bawah dan membangunkan Firlangga," balas Ayunda membuat pelayan itu mengangguk dan menutup pintu lagi.

Ayunda kemudian duduk di atas ranjangnya, menutupi mata yang tampak silau karena cahaya matahari yang menembus ventilasi kamar. Ayunda mengucek matanya, kemudian menyibak selimut dan jalan menuju kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka. Setelah itu wanita ini langsung keluar sembari membawa ponsel dan mengenakan pakaian tidurnya.

Pertama kali yang ia tatap saat keluar kamar adalah lorong panjang namun terang yang harus ia lewati. Tujuannya saat ini adalah membangunkan sang suami, namun saat berada di awal tangga ruangan khusus Firlangga, Ayunda menghentikan kakinya. Ia teringat dengan perjanjian di atas kertas yang tak boleh di langgar.

"Ais, gue bangunin gak, ya?" tanya Ayunda pada dirinya sendiri.

Cukup lama Ayunda berpikir kemudian ia memutuskan untuk tak pergi. Ayunda lebih memilih untuk menuju tangga bawah dan berjalan masuk ke ruangan makan yang sudah terisi penuh oleh makanan. Ruang makan memang berada dilantai bawah, dan sangat mewah. Di dominasi warna gold dan ornamen juga ada televisi yang ada di ruangan ini. Bangku makan berwarna putih dengan meja makan yang sudah terisi penuh oleh makanan membuat Ayunda duduk di atas kursi. Ayunda memainkan ponselnya sembari menunggu seseorang yang belum bangun juga.

Ayunda yang merasa bosan kemudian mencoba untuk menghubungi Firlangga, namun beberapa kali tak di jawab. Ia tak menyerah, dan mencoba untuk menghubungi lagi sampai pria itu mengangkatnya.

"Hm?"

"Sarapan udah siap. Lo ke bawah."

Tut.

Tak ada jawaban. Hanya sambungan telepon yang tiba-tiba terputus membuat Ayunda hanya menatap ponselnya kesal. Ia kemudian menatap makanan yang sangat banyak. Untuk apa makanan sebanyak ini? Di sudut ruang makan terdapat beberapa pelayan yang sedang berdiri dan menundukkan kepalanya. Ayunda kemudian tersenyum dan memanggil tiga pelayan untuk bergabung bersama dirinya.

"Ayo sini makan bareng," tutur Ayunda mendapatkan gelengan kepala dari mereka semua.

Ayunda kemudian berdiri dan berjalan mendekati mereka. Dengan senyuman ramah Ayunda mengajak salah satu dari mereka untuk makan. Ia bukan tipe orang yang suka memandang seseorang atau membedakan. Jadi ia berharap semua pelayan yang ada di sini bersedia untuk menerima ajakannya.

Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt