|Part 12| Tak Tahan Lagi

5.9K 792 308
                                    

Memahami kenyataan memang hal yang paling sulit untuk dilakukanNamun jika kamu menyembunyikan itu lebih mempersulit diri kamu sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Memahami kenyataan memang hal yang paling sulit untuk dilakukan
Namun jika kamu menyembunyikan itu lebih mempersulit diri kamu sendiri.

Jika ditanya apa ia menerima? Benar. Pada dasarnya kita hanya bisa menerima takdir yang sudah ditentukan oleh yang Maha Kuasa. Tentang jalan dan apa yang kita lakukan di dunia. Namun ada dua yang tak bisa ia terima. Pernikahan dan takdir dirinya yang sangat sulit untuk diterima. Walau ia ingin menyangka dan tidak mau menganggap ini semua, namun raga dan jiwanya tak bisa melakukan itu semua.

Mungkin hari ini ia sudah mendapatkan status seorang istri, tapi tidak dengan kasih sayang seorang suami. Malam ini beberapa menit lalu tepatnya, ia melewati masa-masa indah dalam hidupnya. Menganggap bahwa apa yang dikatakan oleh suaminya adalah hal nyata, namun ia salah. Momen itu hanyalah sebuah kebohongan dan berujung luka di dasar hatinya.

Siapa yang terima? Jika di hari penting seperti ini suami kita memilih untuk meninggalkan kita demi wanita idaman lain yang justru sahabatnya. Memang ia yang merebut Firlangga, namun ia juga tak bisa melepaskan suaminya begitu saja. Jujur ia ingin bahagia, walau pernikahan ini tak ada cinta. Namun malam ini ia percaya, bahwa pengharapan pada orang yang salah akan membuat kita semakin terluka parah. Terluka dalam hati maksudnya.

Brak!

suara pintu dibanting terdengar keras di penjuru hotel. Ayunda tak peduli lagi dan tak mau tahu apa yang ada di pikiran orang-orang terhadap dirinya. Ayunda dengan cepat meraih sebuah pisau yang ada di dekat meja makan, pisau itu ia gunakan untuk makan roti. Ayunda masuk ke dalam kamar mandi. Terduduk di bathtub dan menyalakan shower yang mengguyur tubuhnya. Tak peduli lagi gaun mahal yang diberikan, tak peduli lagi yang ada di wajahnya, yang ia butuhkan sekarang adalah sebuah akhir dari segala beban yang begitu menyesakan.

"Semuanya udah berakhir!" pekik Ayunda mengema di penjuru kamar mandi hotel yang tak akan dengar suaranya.

Matanya menatap pisau kecil yang ada di genggamannya. Ia terus menatap pisau yang seolah memanggil dirinya untuk melakukan hal yang tidak-tidak. Ayunda memang selalu melarikan atau melampiaskan rasa emosinya pada benda-benda tajam. Ia terkadang melukai diri sendiri karena rasa emosi yang tak bisa disalurkan. perlahan namun pasti, pisau itu ia dekatkan di tangannya, kemudian dengan mata yang terus memandang ia menggoreskan pisau itu cukup dalam di atas pergelangan tangan.

"Argh!" teriak Ayunda kesakitan saat pisau itu terus menerus ia perdalam.

Tubuhnya sudah terguyur oleh shower yang terus menetes deras di atas kepalanya. Badannya menggigil dan tetesan darah masuk ke dalam air yang ia gunakan. Ia seperti mandi darah sekarang. Ayunda justru terus menangis. Menangis karena hidupnya tak sebaik sahabatnya yang masih memiliki akses untuk bebas dan berkumpul. Ia juga iri karena Soraya telah merebut Firlangga cinta masa kecilnya dari dalam hatinya. Ia benci semua  kesakitan yang ia rasakan selama ini. Ia benci pernikahan.

Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)Where stories live. Discover now