|Part 61| Dua Nyawa

5.9K 856 263
                                    

Ajari aku untuk berdiri setelah di hantam badai
Ajari aku untuk pergi ketika tak lagi dibutuhkan.

Pintu mobil ambulance yang terbuka membuat tubuh Ayunda yang terkapar lemah di keluarkan dari mobil itu. Kata-kata penuh semangat, dan isakan tangis terus di keluarkan oleh Firlangga yang berusaha untuk saling menggegam tangan walau Ayunda tak membalas genggaman tangannya. Brankar yang di dorong menuju ruang UGD membuat ia dan Dani terus mengikuti ke mana perginya. Tak ada yang tahu bahwa akan seperti ini. Membuat mereka sama-sama terluka dan tak berdaya.

"Please, aku mohon bertahan. Aku cinta sama kamu," ujar Firlangga tak kuasa menahan tangisannya kala Ayunda terus memejamkan mata tanpa suara.

Tiba-tiba tangannya di putus begitu saja. Ia menatap marah pada dokter yang meminta dirinya untuk menunggu di luar, padahal sampai saat ini ia ingin selalu berada di samping Ayunda. Menjaga dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Mohon untuk tunggu di luar. Serahkan kepada kami, ya, Mas." Suster itu kemudian menutup pintu ruangan UGD membuat Firlangga duduk sembari memegang kepalanya. Pria itu menangis di tempatnya. Menangis dan terus menangis meratapi semua kebodohannya.

Hati Dani tergerak untuk mengangkat tubuh sahabatnya. Ia meraih tubuh Firlangga untuk duduk di kursi ruang tunggu, tepatnya di depan ruangan UGD itu. Ia tahu seberat apa kondisi Ayunda saat ini untuk Firlangga, namun ini hanyalah takdir dari yang Maha Kuasa. Sekuat apa pun mereka mencegah, jika takdir Ayunda seperti ini maka terjadilah.
Semua yang ada saat ini hanyalah titipan, termasuk Ayunda yang saat ini sedang di ambang batas kematian.

"Stop salahkan diri lo sendiri. Ayunda akan baik-baik aja, gue yakin itu," ucap Dani sembari menepuk-nepuk punggung sahabatnya.

Sementara Firlangga berusaha untuk menenangkan hatinya. Berusaha untuk menyinkronkan hati dan pikirannya yang kalut karena Ayunda. Ia tak bisa baik-baik saja, ketika orang yang ia cinta terluka parah. Jika ia boleh meminta, ingin rasanya ia yang menggantikan itu semua agar Ayunda baik-baik saja. Namun tak bisa karena Ayunda lebih dulu merasakannya. Bahkan ketika memegang tangannya yang dingin hatinya terluka parah. Seolah tak ada lagi harapan Ayunda hidup bersama dirinya. Ia tak bisa hanya diam, sementara Ayunda terluka di dalam sana. Semua ini karena salahnya. Semua ini karena salahnya.

Dani yang mengalihkan pandangannya seolah tak sengaja melihat para tenaga medis sedang terburu-buru sembari membawa pasien yang seperti korban kecelakaan. Dilihat dari darah yang menetes di lantai seolah menimbulkan fakta bahwa itu adalah korban kecelakaan. Semakin dekat korban itu mendekat, semakin dekat juga ia melihat wajah seorang wanita yang ternyata sahabatnya. Sontak Dani memberhentikan tenaga medis yang baru saja ingin masuk untuk bertanya.

"Maaf, yang baru saja masuk kecelakaan atau bagaimana?" tanya Dani membuat suster itu menatapnya.

"Korban tabrak lari. Permisi." Suster itu kemudian menutup pintu dan membuat Dani terduduk kembali di kursi. Ia tak menyangka bahwa dua sahabatnya sedang terluka parah di dalam sana.

Dani tak menyangka bahwa takdir selalu merebut kebahagiaan yang ada. Mungkin ini adalah karma, atas semua kesalahan yang telah dilakukannya. Soraya telah mendapatkan karma dari perbuatan yang telah ia lakukan selama ini pada Ayunda. Tapi mengapa harus melibatkan Ayunda yang justru korban dari semua kejahatan mereka? Ia tak tahu apa yang ia rasakan saat ini. Yang jelas ia sakit dan sesak yang bersamaan kala Ayunda dan Soraya terluka parah seperti ini.

Seorang laki-laki paruh baya yang tiba-tiba datang membuat ia berdiri. Pria paruh baya yang diketahui adalah Zidan begitu marah dan emosi. Sampai pria itu menarik kerah baju yang digunakan oleh Firlangga membuat Firlangga hanya bisa pasrah dan menatap Zidan dengan rasa bersalah.

Pilau Cinta Ayunda (Completed✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang