11

57 19 8
                                    

"Lang,"

Dua insan yang tengah dipertemukan oleh takdir itu sedang berjalan bersama dikoridor dekat lapangan outdoor SMA Dirgara. Tidak, bukan berjalan bersama, lebih tepatnya, salah satu memaksa takdir agar bisa mensejajarkan langkah seseorang yang tengah menjadi pujaan hatinya.

"Kamu tambah ganteng."

"Pasti banyak ya, yang suka kamu?"

"Tapi kamu nggak punya pacar kan Lang?"

Namun Sang Pujaan Hati hanya diam, terlihat seperti tidak mempedulikan siapa dan apa yang terjadi disekitarnya. Itu membuat Sang Pemaksa menjadi merasa tidak dihargai. Jika seperti ini terus bagaimana nantinya? Perjuanganku nggak boleh sia-sia. Pikirnya.

"Lang, kamu masih marah sama Aku?"

"Tolong Lang, bicara sama aku, sekali aja," ucapnya sembari memohon.

Masih tidak ada suara dari sang lawan bicara. Hanya ada suara langkah kaki yang saling berbalas-balasan. Kesal karena tidak dipedulikan, kali ini cewek itu nekat menghadang langkah cowok itu dan merentangkan tangannya. Berharap jika cowok itu mau berhenti dan berbincang bersama.

"Minggir," cowok itu membuka suara.

Gelengan kepala menjadi jawabannya.
"Nggak."

"Minggir,"

"Enggak."

"Minggir," kali ini cowok itu sedikit meninggikan suaranya.

"Nggak mau, Elang, kita harus bicara, kamu nggak senang aku datang lagi di hidup kamu?"

"Berisik. Udah dibilang kan nggak usah sok akrab, lo nggak bisa denger? Atau lo pura-pura lupa?"

"Nggak, aku nggak pura-pura lupa. Aku yakin yang kemarin itu kamu cuma bercanda!"

Cowok itu berdecih.
"Yakin banget lo? Minggir, gausah pancing gue buat kasar sama lo."

Cewek itu memasang raut muka layaknya meremehkan,
"Emang kamu bisa kasar sama aku? Nggak usah ngancem, aku tahu kamu banget. Bahkan mukul nyamuk yang ada ditangan aku aja nggak tega, apalagi—"

Belum sempat meneruskan perkataannya, cewek itu jatuh tersungkur dan mendapati dua luka di lututnya. Benar saja, Cowok itu sudah bisa berbuat kasar padanya. Ck, cuma didorong. Pasti Elang cuma khilaf tadi, batinnya.

"Sok kenal."

×××

Koridor kelas 11 sangat ramai. Pandangan seluruh siswa terpaku pada seorang cowok yang sedang berjalan sembari memasukkan kedua tangan disaku celana. Sifatnya yang murah senyum membuat para siswi tak perlu susah payah untuk mendapatkannya. Sungguh, senyuman Bara adalah moodboster 90% siswi disekolah. Inilah penyemangat sekolah yang sesungguhnya. Ya, ini Bara.

Pandangan cowok itu menangkap seorang cewek yang terlihat kesakitan namun tetap berusaha untuk kuat berjalan. Kedua lututnya terluka, lumayan banyak darah yang keluar. Bukannya khawatir Bara justru tertawa kemenangan, walau aslinya ia tak tega. Perkataannya tadi telah dibuktikan oleh lutut Fannie yang sekarang terluka. Bara tidak tahan dan langsung menghampiri cewek itu, ingin membawanya ke Unit Kesehatan Sekolah.

"Ayo,"

Bara mengaitkan tangan kirinya ke telapak tangan kanan Fannie.

"Kemana?"

"UKS,"

"Nggak usah."

ELANGWhere stories live. Discover now