1. Elang dan Andira

285 33 4
                                    

Jakarta, 11 Januari 2014

DIMULAI dari hari ini, dan seperti biasanya. Disambut oleh sejuknya udara pagi disertai turunnya hujan rintik-rintik, membuat Andira enggan untuk pulang dan tetap ingin bermain disini. Ya, di halaman pohon pembatas sebelah rumahnya.

Bukan hal yang tak biasa, lagi-lagi ia mendengar pecahnya suara tangis dari telinga sebelah kirinya. Sudah hampir setiap hari semenjak Andira mengenalnya.
"Elang, kamu kenapa nangis?"

Masih sama, anak laki-laki itu terus dan selalu saja menangis saat akan menghampiri untuk bermain. Tak akan berhenti jika Andira tidak menghentikannya, dan memang seharusnya ia tidak seperti ini. Anak laki-laki itu gaboleh cengeng.

"Yaampun Elang, kita itu udah umur 10 tahun. Kamu itu anak laki-laki, kamu gak boleh cengeng kayak gini!" Andira terlihat marah didepannya, seperti Elang yang biasanya, ia akan mengalihkan pembicaraan jika Andira sedang marah seperti saat ini. Sebenarnya, Andira merasa iba kepada teman kecilnya ini, namun, ia juga tak ingin Elang terbiasa untuk terus bergantung padanya.

Elang menghapus air matanya,
"Andira, aku laper!"

"Yaudah ayo kerumah aku, kita makan bareng-bareng! Mama aku masak enak-enak loh, ayo!"

Inilah kehidupan Elang, selalu menangis, menangis, dan menangis. Karena orangtuanya yang selalu memarahi, membuat ia yang masih kecil sudah harus menahan batin dibuat oleh kedua orangtuanya. Hingga cahaya Andira menerangi hidupnya, membuat Elang merasa tak sendirian lagi. Ada Andira yang selalu membuatnya tertawa, dan orangtua baru yang selalu memperhatikannya. Menggantikan peran orangtua kandung, yang tidak pernah ada untuknya.


Sesampainya dirumah, mama Andira turun dari tangga. Seperti biasa, ia akan menenangkan Elang yang baru saja menangis.

"Elang sayang, kamu disini dulu, ya. Sana masuk ke kamar Andira, nanti biar tante yang ngomong sama Mama kamu"

Tak perlu tau bagaimana hasilnya, karena sudah pasti Mama Andira akan mendapat penolakan dari Orangtua Elang secara mentah-mentah.

"Elang, besok lusa hari apa?"

"Elang!" tambah Andira kemudian merebut PSP yang sedang dimainkannya.

"Ih apa sih Andira? emang ada apa?" tanya Elang balik.

Andira berdesis. "Ah. Gakjadi!"

Ya inilah sifat buruk perempuan, lebih suka mengode daripada to the point.

"Yaudah, kalo ga jadi siniin PSP nya!" pinta Elang.
"Cepetan kasih dong, Andira! Aku mau nontonin Dracaryth!"

Andira menimang. "Dracaryth? apa itu?"

Elang berpindah posisi dengan antusias. Seolah mengatakan bahwa Andira memang harus mengetahui betapa hebatnya Team Dracaryth.

"Dracaryth itu tim basket yang isinya orang hebat-hebat semua lho, Ra! Aku pengen deh jadi salah satu dari mereka, apalagi David, captain nya!"

Andira tertawa renyah. "Kalo kamu mau jadi orang keren kaya mereka, gausah sering nangis! Kalo kamu cengeng gini terus mah, gaakan bisa kamu jadi sehebat mereka!"

Anak laki-laki itu bersedekap dada. "Ah liat aja. Nanti kalo Elang udah besar, Elang bakal jadi kaya mereka!"

"HMMMMMM"

Elang tertawa,
"Hehehe, kamu lucu banget sih!"

🎶

Setelah 8 jam tertidur pulas akhirnya Andira pun bangkit dari mimpi buruknya. Seperti ada gempa dalam mimpi, yang ternyata Mama Andira lah yang menggoncangkan tubuhnya agar cepat bangun untuk pergi ke sekolah.

Setelah mandi dan memakai seragam, Andira segera pergi ke meja makan untuk melaksanakan sarapan pagi.

"Ini mama bawain kamu bekal 2 kotak, seperti biasa, yang satu kasih ke Elang ya sayang," ucap mama Andira dengan penuh kasih sayang terhadap anak semata wayangnya.

"Iya mama. Nanti Andira juga mau langsung pulang, gak kemana-kemana lagi" ujarnya, "Kan besok kata mama, kita bakalan sibuk banget"

"Iya nak, bilang ke Elang hari ini gak bisa main dulu, ya. Ayo berangkat, udah ditunggu Elang didepan. Naik sepeda nya hati-hati!"

"Iya ma, assalamu'alaikum."


🎶

Dikelas, sudah saatnya murid-murid untuk beristirahat. Para murid mengisi perut, dan merefresh otak masing-masing.

Dua sejoli yang juga satu bangku ini langsung menghentikan kegiatan menulisnya.

"Ini mama bawain kamu bekal juga, Lang" sembari memberikan kotak bekal itu kepada Elang.

Mata Elang berbinar. "Makasih Tante Bulan, makan nya di meja kantin aja yuk, Ra?"

"Ayok!"

Suasana sekolah sangat ramai. Banyak yang berlari kesana kemari, mencari posisi teman yang bersembunyi, tak terkecuali saling kejar mengejar.

Hingga saat mereka berdua sedang berjalan, tiba-tiba tangan dimana tempat makan Elang bertumpu terjatuh. Makanan itu berserak kemana-mana.

Tak disangka, bukannya Elang yang marah, justru kakak kelas yang menabrak itu yang marah.

"Jalan tuh lihat-lihat dong! Sepatu gue kotor, tahu!"

Ia mendorong Elang sampai terjatuh. Dan Elang menangis.

"Gitu doang nangis! Huuuu!" Ujarnya lagi, diikuti oleh teman-temannya yang mengejek Elang karena cengeng.

"Eh! Minta maaf dong sama Elang!" Andira memarahi anak kelas 5 yang sudah menabrak Elang hingga bekalnya terjatuh.

"Kamu tahu tata krama, nggak?! Kalau salah itu minta maaf! Masa nggak malu? Dikasih tahu sama adik kelasnya?"

Andira berusaha melindungi Elang yang sudah menangis dibelakangnya. Dalam hati, ia kesal. Karena Elang tidak seharusnya menangis seperti itu.

Anak kelas 5 itu terdiam, ia langsung meninggalkan Elang dan Andira bersama teman-temannya.

🎶

"Ini udah ke 100x nya aku ngelindungin kamu dari anak-anak nakal yah, Lang. Habis ini aku gak mau lagi. Kamu gak boleh penakut, cengeng, dikit-dikit nyerah."

ya memang benar, setelah ini, Andira memang tidak akan bisa melindungi Elang lagi.

"Aku takut, Ra." ucapnya sembari menunduk.

Andira melotot

"Iya-iya, Ra. Habis ini aku gak cengeng lagi. Aku bener-bener janji. Aku tuh, cowok. Aku gaboleh kayak gitu, aku harus berani"

"Ini, Elang punya hadiah buat Andira. Karena mau membantu Elang setiaaaaap hari" seru Elang sembari memberi sebuah gelang berwarna coklat ke telapak tangan Andira.

"Jangan pernah tinggalin aku, ya, Ra. Nanti aku gak tau harus kemana lagi kalau mama sama papa marah sampai diemin aku berhari-hari"

Andira tersenyum. "Wah, bagus banget! Makasih, Elang. Kamu emang kreatif banget, aku iri deh, sama kamu"

"Jadi gimana, Andira?"

"Iya, gak akan ninggalin. Kita, kan, bakal tetep selalu jadi sahabat baik. Andira akan selalu disebelah Elang terus."

Gelang itu kemudian ia pakai hingga tak ingin dilepaskan. Bagus banget! Elang selalu tahu apa kesukaannya.

Hai guys, thankyou buat yang udah baca sampe sini ya, hehe:') Boleh kan? Minta kalian buat vote cerita ini? Hehe sekali lagi, makasih yaa

ELANGWhere stories live. Discover now