5

183 31 0
                                    

HARI ini, hari pertama Fannie dan Dinda masuk sekolah. Agak deg-deg an, karena ini kali pertama Dinda bersekolah di Indonesia. Hawa tidak enak juga dirasakan Fannie semenjak ia melangkahkan kaki di gerbang sekolah ini. Sedikit ada kesan berbeda, Fannie tak tahu apa maksud dari hawa tak enak ini.

Mereka memasuki wilayah sekolah pukul 7 pagi, tepat dimana semua siswa-siswi sudah masuk ke kelas masing-masing. Kedatangan mereka berdua pun, membuat gempar seisi sekolah.

"Itu bule beneran masuk sekolah kita? gak salah alamat, kan?"

"Gila woi! Itu kan Fannie Hadley yang terkenal banget itu di UK!!!"

"Fannie im your bigfan!!!"

"Fannieeee! Sampein salam gue ke Shawn Mendes donggg!"

"Gebet sabi, lah!"

Sekiranya seperti itu, hehe.

Diruang kepala sekolah, sudah ada anak osis yang menemani. Perempuan, mungkin, ia Ketua Osisnya.

"Gue dengar, kalian fasih Bahasa Indonesia. Jadi, nggak perlu ribet-ribet ya, Hehe"
"Nama gue Adiva Selsa, Ketua Osis SMA Dirgara. Salam kenal, ya. Fannie, Dinda" Ia mengulurkan tangannya, tanda ingin bersalaman. Cewek ini sangat cantik, seperti layaknya primadona disekolah.

"Kita, panggil lo apa?"

Cewek itu menjawab. "Sesuka kalian aja"

"Oke, hai, sesuka kalian!" Seru Dinda. Astagfirullah, mimpi apa Fannie punya manager modelan begini.

Fannie menyenggol lengan Dinda. "Yang sopan kek, Din. Jangan malu-maluin gue."

"Hehe, bukan gitu, Din, maksud gue. Kalian bisa panggil gue Diva, ataupun Selsa. Anak-anak sini sih, lebih seringnya manggil Selsa, hehe."

"Okedeh, Selsa."

Selsa, Fannie, dan Dinda dipersilahkan untuk datang ke kelas. Selsa mengantar kami ke kelas kami yang baru. Kata Selsa, sih, kita nggak sekelas sama dia. Sayang banget, padahal Fannie suka dengan kepribadian Selsa yang sangat kalem dan terlihat disiplin.

Saat dipertengahan lorong, dering telfon Fannie berbunyi. Kepalanya menoleh kearah layar, diikuti oleh Dinda yang membaca siapa nama si penelpon.
Langkah Fannie terhenti untuk mengangkat telfon terlebih dahulu, reflek Selsa dan Dinda ikut diam ditempat.

"Maaf ya, Selsa. Sebentar"

Ponsel itu terangkat di telinga sang penerima,
"Kenapa, El? Aku lagi di sekolah"

"Ada paket datang untuk kamu, katanya penting, gimana?"

"Bawa aja kesini kalau kamu mau ke Indonesia. Mungkin isinya nggak penting-penting amat. Udah dulu, ya."

"Yaudah, daaah."

Sempat terhenti, kita bertiga pun melanjutkan perjalanan. Sedetik setelah berjalan lagi, Selsa berbicara,

"Yang tadi itu, Elvero Matthew ya Fan?"

Fannie mengangguk. "Iya, lo tahu dia?"

ELANGWhere stories live. Discover now