Tujuh~~

106 102 13
                                    


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatu 🙏 maaf lama up nyata karna aku ujian jadi ga sempat up😭🙏

Happy enjoyed

Jangan lupa vote dan komennya yaa.. makasii ♥️

Aku menghela nafas panjang menundukkan sedikit kepala menyapu mataku yang sudah berair. Aku duduk memandang layar monitor dengan posisi duduk yang tak lagi sehat, bahkan mataku berair seolah meminta waktu untuk menutup mata. Aku telah duduk satu jam lebih disini  dengan posisi duduk yang sudah berubah berkali-kali, punggungku rasanya sangat pegal.

Liburan 2 minggu katanya. beberapa bulan yang lalu begitu memperjelas keadaanku yang sekarang, tidak ada ujian nasional tidak ada pesta perpisahan dan tidak ada bertemu teman-teman sebuah kebohongan yang nyata.

Hanya dua minggu.. aku pikir itu sangat menyenangkan tapi semua di luar kendali kami libur bahkan hampir setengah tahun. Semua dilakukan secara online mendaftar sebagai mahasiswa dan juga kegiatan-kegiatan lainnya.

kota ku berubah menjadi kota mati tidak ada satu pun pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya yang buka hanya mini market dan supermarket bahkan mall dan tempat wisata pun tutup. Menyedihkan!

Aku lulus disebuah universitas negri di kotaku mungkin karna virus ini semua orang diluluskan saja atau memang diseleksi betul entahlah aku juga tak tahu hanya saja aku bingung kenapa aku bisa lulus masuk universitas yang lumayan bergengsi ini. Aku bahkan tak belajar sedikit pun aku hanya bermain game bersama zen, oh iya zen lebih keren dari padaku ia di terima di salah satu universitas negri di luar kota yang sangat bergengsi.

Aku tak kaget lagi dengan berita itu. Zen memang selalu  unggul dalam bidang akademik padahal kerjaaannya Cuma bermain video game dan tidur.lagi-lagi aku menaruh rasa iri kepada Zen.

"Baik anak-anak sampai disini kuliah kita pada hari ini, kita sambung minggu depan. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.”

Kalimat yang kutunggu akhirnya datang dari dalam layar monitor. Satu persatu wajah hilang dalam layar monitor itu, aku mengklik tanda merah bertulisan leave meeting di layar monitor, layar laptopku kemudian berpindah ke layar desktop.

“Bagaimana kuliahmu hari ini?” tanya kakakku yang datang tiba-tiba dengan membawa satu piring pisang goreng.

Aku mengangkat bahu berbalik menatapnya yang sudah berada di atas kasurku sembari mengigit pisang gorengnya, “setiap hari kek gini bisa-bisa aku mati,” ujarku kesal.

Demi Tuhan, aku menginginkan perkuliahan yang normal.

Kakakku tertawa renyah melihat wajahku yang aku yakin sudah tertekuk jelek, “Rasain tuh! Haha, ini baru awal tau dan kamu juga belum ngrasain semester-semester selanjutnya.” Kakakku mengejek dengan wajahnya yang sangat menyebalkan lalu pergi meninggalkanku sendirian di kamar lagi.

Aku hanya bisa menghela nafas panjang karena aku tidak pernah membayangkan akan seperti ini, sungguh jauh dari ekspetasiku. Menyedihkan

Aku pikir menjadi mahasiswa baru merupakan kegiatan yang menyenangkan, bisa bertemu teman baru dari berbagai daerah, tidak ada peraturan sekolah yang menyebalkan dan super ketat. Namun, bagaikan mimpi di siang bolong kegiatan perkuliahan penuh dengan tugas, tugas, dan tugas. Belum lagi keadaan bumi yang tidak sehat mengharuskanku melakukan perkuliahan online setiap hari.

Aku ulangi, setiap hari dengan layar monitor segi empat.

Aku menghela nafas panjang sembari menatap layar monitor laptopku lagi yang mampu membuatku mataku berkedut akibat radiasi

Aaaaahhh, benar-benar menyebalkan.” Erangku.

Tring tring tring.

Ponselku juga tak berhenti berbunyi akibat perkuliahan online. Notifikasi grup kelas yang tak berhenti berbunyi seolah menambah beban tak kasat mata.

Aku bergabung di grup kelas belum lama, sekitar beberapa hari yang lalu, aku belum mengenal semua teman-teman kelasku.

Aku mengecek grup kelas yang sudah penuh dengan balon chat, “mereka ngomong apa aja sih,” batinku.

Aku membaca satu persatu balon chat, sesekali aku tersenyum dengan candaan mereka, dan aku juga mendapat beberapa informasi yang diberitahu oleh ketua kelas. Aku mencoba melihat satu persatu profil akun teman teman kelasku.

“Pada cakep-cakep semua” gumamku pelan setelah melihat beberapa profil teman kelasku yang menggunakan wajahnya sendri selebihnya hanya animasi dan gambar-gambar lainnya.

TING

Tertera notifikasi dari Zen dengan cepat aku membuka chatnya

“udah selesai kuliah?”

Aku tersenyum riang hari ini Zen rencana akan mengajakku nobar dirumahnya menggunakan infokus milik ayahnya. Aku berbegagas mengambil kerudung hitam yg tergantung dibelakang pintu dan sweater abu-abu langsung aku kenakan.
“bu!! Dhani kerumah Zen” teriakku meninggalkan rumah dengan langkah cepat

“Jangan pulangnya kemalaman! Ibu sama ayah mau pergi sore nanti!” terdengar teriakan ibu terdengar samar.

Aku melangkah dengan semangat hari yg melelahkan akan tergantikan dengan menonton film bersama Zen. Gadis yg satu itu aku yakin ia tak mengikuti perkuliahan kali ini.

“woi tunggu gue!” terdengar suara melengking tak jauh dariku. Aku menoleh ke kiri dan kanan melihat sumber suara itu. Tidak ada! Jalanan komplek rumah lumayan sepi hanya ada beberapa kendaraan motor yg lewat.

Suara tawa laki-laki terdengar begitu jelas aku yakin sumber suara itu sudah mendekat. aku mencoba melihat kesebuah persimpangan yang lumayan sepi. Aku mendekati gang itu. Aku sedikit terkejut melihat siapa yang ada disana.

Ada sepasang muda mudi yang sangat familiar berdiri menatap genteng di sebuah rumah tua yang reyot. Entah apa yg dilihatnya aku buru-buru pergi dari sana sebelum mereka melihatku namun sialnya aku tak sengaja menendang sebuah botol kaleng saat ingin pergi.

“Heh Lo ngapain disana” suara perempuan yang sangat aku kenal

“siapa ris?” tanya lelaki itu .jantungku berdegup kencang entah kenapa aku merasa bersalah telah mengintip mereka. Lagian apa yang mereka lakukan disana berduaan.
Aku membalikkan badan sambil tersenyum kaku menatap dua orang di belakangku yang tengah bingung.

“maaf aku ga sengaja lewat tadi” ujarku gugup

“eh Lo penguntitnya gue yaa? Dimana-mana kenapa ada Lo siih” ujar perempuan itu kesal

Aku menatapnya sinis “ini jalan kerumahku kenapa kamu yang sewot! Lagian bukannya rumah kamu di depan sana” balasku tak terima dikatakan penguntit.

“Tuh kan Lo tau rumah gue! Apa jangan-jangan Lo selalu ngikutin gue.. OMG! Gue ga nyangka ada fans gue yg sefanatik ini” ia menggelengkan kepalanya seolah tak percaya sambil tersenyum bangga. Aku menatapnya jijik.

“Serah deh! Aku Cuma mau bilang kalo pacaran jangan ditempat yang sepi” aku membalikkan badan mengabaikan tatapan lelaki di belakang itu.

“Apa Lo bilang?”

“Udahlah Risa jangan diperpanjang”
terdengar suara laki-laki itu menghentikan langkah Risa yang hendak mengikuti ku.

“fiki! Lo ga denger apa yang dia bilang barusan hah!”

Entah apa yang terjadi setelah itu aku hanya mendengar rengekan Risa yang samar dan tawa Fiki yang selalu terngiang-ngiang dikepalaku. Aku tak percaya jika Fiki nekat melakukan sesuatu hal kepada Risa. Aah apa peduliku tentang mereka.

Terimakasih sudah mampir.. tunggu cerita selanjutnya yaa🤗

Ily♥️


ARDHANI [ On-going ]Where stories live. Discover now