Delapan~~

108 101 7
                                    


Alhamdulillah akhirnya bisa up juga😭 makasii banyak atas supportnya semua👍❤️ aku bakal sempatin up sekali seminggu yaa🤗♥️

Happy reading~~


"seru banget ga sii filmnya” celetuk Zen sambil memasukkan beberapa biji popcorn kedalam mulutnya yang kecil itu.

Aku hanya mengangguk pelan tak begitu menggubris pikiranku entah kenapa masih tertinggal di gang sempit tadi aku sudah berusaha untuk tidak mempedulikan tapi rasa penasaran membuatku terus berpikir tentang apa yang telah aku lihat tadi. Sedikit tidak percaya seorang Fiki yang terkenal dengan sikapnya yang humble dan bernotabene anak baik-baik itu melakukan hal yang diluar dugaan semua orang.

Yaah seharusnya aku tidak usah soudzon dengan mereka tapi logika ku berpikir, tidak mungkin sepasang muda-mudi berduaan tidak melakukan apa-apa, apalagi seorang Risa yang lumayan terkenal dengan sifat buruknya meskipun orang tuanya kaya raya dan baik semua tetap saja tidak menyukai sikap Risa yang angkuh dan berandalan itu. Bisa-bisanya Fiki menyukai perempuan seperti Risa.

“Lo mikirin apa sih Dhan”

Zen membuyar lamunanku ia menatapku kesal “jadi dari tadi gue ngomong Lo ga dengerin yaa?” tanyanya mengamuk

Aku tertawa menatap Zen merasa bersalah telah mengabaikannya.

“Zen kamu bilang Risa sekolah di tempat kamu kan?”

“ Risa? Yang mana nih?” Zen terlihat bingung


Aku hampir lupa menceritakan semua kejadian yang dulu itu kepada Zen karna terlalu sibuk hingga tak ada waktu untuk menceritakan nya.

“itu loh Risa yang di depan komplek rumahnya, yang anak orang kaya itu” ujarku mencoba untuk mengingatkan tentang Risa kepada Zen.

“Ooh iya dia pernah satu sekolahan pas kelas 12 Ama gue tapi itu kan cma sebentar Dhan, dia kayak numpang ujian aja di sekolahan gue.. eh tau nya kita ga ujian akhir ahahah” tawa Zen pecah membuatku ikut tertawa mengingat kesedihan beberapa bulan lalu akibat tak bisa mengikuti ujian akhir nasional.

“bisa-bisanya Lo inget dia sedangkan gue yg satu sekolahan aja ga inget” Zen menatapku sedikit takjup dengan daya ingatku yang bisa dibilang lumayan kuat. Tidak hanya itu aku hampir tak bisa lupa dengan setiap kejadian yang aku alami apalagi sesuatu yang aneh yg begitu menarik perhatianku seperti tadi tak mungkin aku bisa melupakan hal itu.

“oh iya kenapa tiba-tiba Lo nanyain dia?”

“Aku Cuma penasaran aja tadi aku ga sengaja ketemu dia”

Zen mengangguk pelan “kalo tidak salah dia juga kuliah di univ yang sama dengan Lo Dhan”

Aku sedikit terkejut “oh ya? Kok dia ga masuk univ swasta yang mahal-mahal gitu” aku tak menyangka gadis seperti Risa mau di univ negri yang masih kalah dengan univ swasta yang paling mahal dikota kami.

Zen mengangkat bahu tak peduli kemudian beranjak ke ranjangnya sambil merebahkan tubuhnya yang terlihat sedikit lemas. “kamu sakit Zen?”

“ga sih Cuma kecapean aja”

Aku tertawa geli dengan ucapan Zen barusan “kecapean? Demi apa si Zen ahahah kamu bahkan hanya di kamar seharian”
Zen menatapku kesal tangannya dengan cepat melemparku dengan bantalan bulat yang tak jauh dari tangannya.

“Gue ga punya temen di kampus.. boro-boro punya temen ketemu aja ga pernah” Zen terlihat sedih menatap layar ponselnya “gue kesulitan kalo lagi belajar, kalo ga ngerti gue ga tau mau nanya ke siapa”

“Kamu tanya dosen lah Zen”

“Iya kadang gue nanya dosen tapi waktu bikin tugas ga mungkin dong gue nanya, kenapa Lo ga sekampus sama gue aja sih Dhan” keluh Zen menatapku ia mencoba menarik selimut menutupi badannya.

Tidak heran jika Zen tak memiliki teman sifatnya yang tak mudah bergaul membuatnya kesulitan seingatku saat SMP dulu ia juga tak memiliki teman.

Aku dan Zen satu sekolahan hanya saat SD dan itu pun aku tak sekelas dengannya kemudian saat SMP aku diterima di sebuah SMP ga irit di kabupaten sebelah jadi terpaksa aku tinggal dirumah nenek meskipun begitu saat hari libur aku menyempatkan diri untuk kerumah Zen sekedar menanyakan kabar dan menemaninya bermain game kemudian saat SMA sayangnya Zen dan aku kembali dipisahkan ia masuk SMA ternama di kotaku sedangkan aku masuk Madrasah Aliyah Negeri saat itu yang tidak terlalu bergengsi.

Aku menghela nafas pelan “jalani aja dulu ntar pasti ketemu temen yang satu server.. mungkin karna kamu belum pernah ketemu aja sama mereka” ujarku menenangkan Zen.

“Lo di kelas ada temen ga?”

“dikelas sih ga ada Cuma ada Mita satu fakultas tapi beda kelas”

“Oh Mita”

Zen mengetahui Mita, aku sering bercerita tentangnya kepada Zen tingkahnya yang genit dan lucu itu membuatku terhibur berteman dengannya tidak hanya itu Mita juga teman yang baik meskipun kami tidak terlalu dekat namun Mita selalu mencoba mengajakku ketika ingin kekantin atau sekedar berbasa-basi untuk mengantarku pulang dengan sepeda motornya.


“Gue suka kuliah online gini, biar ketemu Lo terus kalo udh offline gue ga yakin Lo bakal sempat nelpon gue” Zen menatapku lemas.

“Zen? Kamu sakit? Muka kamu pucat banget” ujar ku khawatir aku mencoba menempelkan tanganku ke dahinya. “zen kita kerumah sakit yaa suhu badan kamu dingin banget”

“sialan Lo!” Zen mendorong tubuhku hingga jatuh tawaku pecah saat Zen memasukkan tubuh nya kedalam selimut.

Jgn lupa votenya yaa🙏❤️

Ily♥️

ARDHANI [ On-going ]Where stories live. Discover now