EPILOG

225 27 17
                                    

Sudah hampir satu bulan Matt kembali ke rumahnya. Jika digambarkan perasaannya sekarang, pasti banyak bunga-bunga yang sedang bermekaran.

Ayah dan ibunya benar-benar berubah 90%. Jika dulu tak ada waktu untuknya, sekarang malah sebaliknya. Mereka menggunakan waktu sebanyak mungkin bersamanya. Matt sangat bersyukur. Doanya selama ini telah terkabulkan.

Dirinya juga belajar terbiasa dengan namanya sendiri. Karena jujur, nama Kenta lebih nyaman ia lafalkan. Terimaksih untuk dr. Demond yang sudah memberinya nama itu.

Malam makin larut, tapi Matt tak berniat pindah dari tempatnya sekarang. Kini, lelaki itu sedang menikmati gemerlapnya bintang di balkon kamarnya. Dan jika boleh jujur juga, rumput panti lebih nyaman berkali-kali lipat jika dibandingkan dengan balkonnya.

Matanya menatap lurus ke arah seberang. Tepat di rumah si cewek cabe berada. Tumben Shenrha tak terlihat seharian ini. Biasanya saja setiap malam dia selalu habis di goda dengan kata-kata bucinnya. Matt heran, terbuat apa urat malunya Shenrha. Karena cewek itu tak pernah merasa jatuh sebab banyak hinaan yang selalu datang menghampiri di sekolah.

Soal sekolah, ia sudah mendapat izin dari ayah dan ibunya untuk melanjutkan sekolah formal di sekolahnya dulu. Tentu dengan namanya sekarang, Matthananta.

”Matt! Kamu di dalam?!” teriakan dari luar kamarnya mengganggu aktifitas melamun Matt. Ternyata ibunya yang memberikan senyum manis. Matt pun membalasnya dengan tak kalah manis juga.

”Kenapa, Bu?”

”Ada yang nyari kamu tuh.” Alis Matt terangkat heran. Siapa yang mencarinya malam-malam seperti ini?

”Siapa sih, Bu?”

Noura, ibunya menggelengkan kepalanya tidak tahu. Karena terlalu lama, Noura menarik tangan anaknya tak sabaran. Matt hanya mengikuti di belakang. Sesampainya di bawah, Matt melebarkan mata bulatnya. Punggung gadis yang duduk di sofa seberang itu orang yang sedang dicarinya tadi. Ia buru-buru mendekati.

Wajah sembab Shenrhalah yang kini terlihat di depannya sekarang. Matt menggenggang jemari Shenrha yang saling meremat. Ditatapnya gadis itu dalam-dalam. Shenrha terlihat tidak baik-baik saja.

Matt menolehkan kepalanya pada sang ibu yang memandang dirinya heran. ”Aku keluar sebentar ya, Bu. Boleh, kan?” tanyanya ragu.

Noura mengulas senyum manisnya. Ia menganggukkan kepalanya tanda setuju. Sekarang, dia sudah membebaskan kehidupan Matt. Karena bahagia anaknya itu ketika bisa bermain-main di dunia luar. Kini, dirinya hanya harus percaya jika Matt bisa menjaga dirinya sendiri. Sang ibu tak ingin kehilangan anaknya dua kali.

Matt tersenyum juga. Dia tahu, orangtuanya sudah benar-benar berubah total. Dan ia suka.

Matt membawa tangan sang gadis mengikutinya berjalan keluar dari rumahnya. Ada apa sebenarnya? Seharian tak terlihat dan tiba-tiba muncul di rumahnya dengan wajah sembab.

Taman di samping rumah lah yang menjadi tujuan Matt membawa Shenrha.

Baru sedetik duduk, tanpa aba-aba Shenrha memeluk tubuhnya erat. Isakan juga turut mengikuti. Matt mengusap punggung Shenrha berusaha menenanngkan. Biarkan gadis itu menangis di dalam dekapannya. Karena setelah tenang, ia akan mengajukan banyak pertanyaan yang sekarang ini berputar-putar di kepalanya.

”G-gue mau pergi dari rumah Matt. Gue nggak betah tinggal di sana. Gue benci sama orangtua gue, benci banget.” Shenrha semakin terisak. Kaus di bagian depan Matt sudah sepenuhnya basah karena air mata Shenrha yang tak hentinya menangis.

”Iya, lo tenang dulu baru cerita.” Pelan suara Matt mengintrupsi.

Shenrha menarik tubuhnya dari Matt. Menghela nafas dan menghapus air matanya yang masih setia menitik.

Dari Luka Untuk Tawa✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon