2. Kenta Senjaya

593 129 77
                                    

Hidupnya rumit. Di tengah perjalanan hidupnya ini, hanya hampa yang dia rasakan. Bermula dari dirinya yang kala itu tiba-tiba terbangun di atas ranjang rumah sakit. Dan sialnya ia tak mengingat apapun. Ia berusaha mengingat dengan keras, namun bukannya ingat, itu semua malah membuat kepalanya sakit bukan main.

Daripada menyiksa diri sendiri, ia memutuskan bertanya kepada dokter yang memeriksanya. Tentang siapa namanya, tempat tinggalnya, keluarganya, juga apa yang telah terjadi pada dirinya. Dan jawaban dokter membuat kenyataan pahit menghampriri nya.

Bahwa, dia hanya pemuda yang secara kebetulan selamat dari maut karena tertabrak truk ugal-ugalan. Membuat dirinya pikun, lebih tepatnya amnesia. Permanen atau tidaknya ia tak peduli. karena penjelasan dokter selanjutnya membuat ia hampir menangis. iya, hampir saja.

Karena dokter tak tahu namanya, rumahnya, maupun keluarganya. Karena sudah sebulan lebih ia koma di rumah sakit tanpa ada yang mencarinya. miris, sungguh menyedihkan.

Dan selama seminggu penuh itu, yang ia lakukan hanyalah melamun. Ia sungguh meratapi nasibnya. Jika akhirnya begini, lebih baik dia mati saja saat kecelakaan itu. Ia putus asa.
Hopeless...

°°°

Dan sekarang di sinilah dia. Berdiri di hadapan rumah minimalis berlantai dua. Didampingi oleh dokter baik hati yang rela mengantarnya sampai di tempat ini. Di Panti Asuhan'Harapan Bunda'. Sesampainya di dalam, dia di sambut dengan ucapan selamat datang penuh semangat dari anak-anak kecil. Mereka menggemaskan. Hatinya tiba-tiba menghangat.

Senyuman kecil lolos di bibir tipisnya. Mulai sekarang ia akan memulai kehidupan barunya di sini. Bersama orang-orang baru yang mempunyai nasib kurang beruntung. Di panti asuhan ini semoga ia bisa menjalani semuanya, semoga.

"Hello, brother! Selamat datang di sini." Ia tersentak kecil saat ada tangan melingkar di pundaknya. Si pemilik tangan tersenyum cerah. Ia pun membalas senyum dengan canggung.

"Lo Kenta Senjaya, kan? Kenalin gue Hanggara dan kayaknya kita seumuran deh. Berapa sih umur lo?" Sangat cerewet sekali, Kenta bergumam dalam hati.

"Uhm... 16 mungkin," ucap Kenta ragu. jelas saja, nama saja tak ingat boro-boro tempat serta tanggal lahirnya.

Hanggara semakin menguatkan rengkuhannya pada pundak Kenta. Ia menuntun tubuh kenta untuk mengikutinya pergi. Kenta hanya menurut tanpa menolak sedikitpun. Matanya melirik pada dokter muda yang sedari tadi bersamanya. ingin pamitan, tapi atensi sang dokter tidak padanya. Melainkan sedang fokus dengan ibu panti.

Hanggara menggiring kenta ke dalam kamarnya, yang nantinya juga akan menjadi kamar Kenta. Di suruhnya Kenta duduk di salah satu kasur. Mata Kenta meninjau, ada empat kasur disini.

"Ekhem ... Kata bunda panti, lo amnesia ya?" Kenta mendongak menatap Hanggara yang berdiri menghadapnya.

"Kata dokter sih iya, soalnya pas gue bangun dari koma nggak ingat apa-apa. Bahkan nama. Kenta Senjaya, ya? nama itu gue di kasih sama suster yang ngurus gue di rumah sakit. Sampai sekarang pun ingatan gue nggak ada yang kembali. sad banget kan kesannya."

"sedihnya sih gue nggak ada yang nyari selama gue koma. Keluarga gue udah pada nggak ada kali ya?"

"Huss ... nggak boleh ngomong gitu!" Hanggara memperingatkan.

Cklek

Sura pintu terbuka mengalihkan perhatian Kenta dan Hanggara. Keduanya menoleh bersamaan ke arah pintu. Di sana Kenta menemukan dua pemuda yang mungkin juga seumuran dengan dirinya sama sama menatap dirinya. Duh, Kenta kan jadi malu di liatin terus.

"Ngapain kalian berdiri di situ? Sinilah kenalan sama new member ."

Setelah mendengar perintah dari Hanggara, dua pemuda tadi masuk ke kamar dan mendekati posisi Kenta saat ini. Salah satu dari keduanya memberikan senyum hangat sedangkan yang satunya hanya menatap dirinya dengan wajah datar.

"Hai, gue ReyNandra. Salam kenal ya. Nggak usah malu-malu dan canggung gitulah. Kita nggak galak kok," ujar Reynandra dengan tersenyum lebar.

"Alah! emang bener sih. Kan cuma lo yang selalu malu-maluin," timpal Hanggara tanpa memperhatikan raut Reynandra yang mencebikkan bibirnya.

"Hmm... Kenalin gue Nadarka. Panggil aja Darka." Beda dari yang lain. Si Darka ini mukanya ngeselin banget.
Nggak ada ekspresi lain saat perkenalan. Muka tripleknya itu loh. Kenta kok jadi gemes ya, bukannya malah takut.

Kenta yang sedari diam pun tersenyenyum. Tidak buruk juga ternyata tinggal di panti. Hatinya adem saja, suasananya enak. Apa hidupnya dulu juga seperti ini ya?
atau sebaliknya?

"Semoga betah, ya. Kalau butuh bantuan kita bertiga bakalan siap membantu kok. Jangan sungkan sama kita. Sama semuanya juga. Karena lo tinggal disini, otomatis kan lo udah jadi saudara kita," ujar Hanggara. Yang diangguki oleh Reynandra dan Nadarka.

"Betah nggak betah ya gue bakalan terima. Soalnya kalau gue nggak tinggal disini, mau kemana lagi, kan? gue nggak ingat apa-apa masalahnya. Dan makasih untuk kalian, karena udah mau nerima gue," ucap Kenta penuh haru.

Benar, Kenta memang sudah tinggal di sini. Kemungkinan besar ia akan menjadi anak panti yang harus saling terbuka dan punya rasa sosialisme yang tinggi. Ia tak boleh terlalu banyak menyusahkan juga. Karena di sini, Kenta hanya menumpang. Dan sekali lagi, Kenta memohon pada tuhan. Cepat kembalikan ingatannya. Cukup itu saja. Sekian dan permohonan yang lainnya nanti-nanti saja.

~Dari luka untuk tawa~

|To Be Co|

Dari Luka Untuk Tawa✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang