DLUT~13

127 32 11
                                    

Hanya setitik harapan dari banyaknya harapan yang lain,
Yang semoga segera terkabulkan.

Tuhan, Aku ingin bahagia.
Dan, tolong kali ini saja.
Tolong enyahkanlah segala bentuk luka.

°°°


Di sini Kenta sekarang, terduduk malas memperhatikan guru yang menjelaskan berbagai macam jenis angka beserta kawannya yang membuat pusing kepala. Walau retinannya terfokus pada bu guru cantik di depan kelas sana, tapi pikirannya tak satupun tertaut. Penjelasan itu tak ada yang masuk di otaknya. Saat ini ada banyak kejadian yang mengganggu kerja otaknya. Tangan kanannya menopang dagu. Angannya mulai berkelana.

Sejak kedatangannya yang sangat-sangat terlambat ke dalam kelas, hanya diam melamun yang dia lakukan. Kedua tangannya ia gunakan untuk mengusak-usak rambutnya sendiri. Berulang kali ia lakukan sampai rambutnya menjadi sangat acak-acakan. Kepalanya semakin pening karena segala ingatan seperti sekejap terserap ke dalam memory kepalannya.

Jika otaknya sekarang diibaratkan dengan ponsel, mungkin sudah berkapasitas rendah karena terlalu banyak terisi data.

Fakta-fakta tentang ingatannya dulu kembali secara tiba-tiba. Bayangan dari masa lalunya kini saling berkelebat di pikirannya. Ingatannya kembali secara penuh tanpa berkala lagi. Kenta membuang nafas kasar.
Mengapa akhirnya semenyakitkan ini mengingat masa lalunya?

Tapi yang pasti dia tak ingin menjadi dirinya yang dulu lagi. Ia ingin menjalani hidupnya sebagai Kenta saja. Ia tak ingin menyandang namanya dulu.

Matthanta Delvaro

Benar, itulah namanya yang sebenarnya. Anak pebisnis sukses Jevan dan Nouren. Dunia mungkin tak mengenalnya sebagai Matt. Karena hidupnya dulu bagai penjara. Identitasnya tertutup rapat. Dirinya tak pernah mengenal dunia luar. Seperti di ketahui, dunia bisnis itu kotor. Apapun bisa di perbuat untuk saling menjatuhkan lawannya.

Mungkin yang dunia tahu, dirinya tak pernah ada sebagai anak pebisnis sukses. Ya, seadil itulah dunia bersikap. Dulu, hidupnya hanya berpusat pada kemonotonan kamarnya sendiri. Berjuang setiap harinya melawan sepi dan monoton selama itu. Orang tuanya menyembunyikannya dari dunia. Dulu dia pernah bertanya kenapa dirinya tak pernah di izinkan keluar, ibunya pun menjawab itu semua demi kebaikannya, agar hidupnya terbebas dari tangan-tangan kotor saingan ayahnya.

Iya, memang benar hidupnya akan aman. Tapi, apakah adil jika ia hanya di kurung tanpa hadirnya seorang pun di hidupnya. Ayah ibunya tak pernah pulang menengoknya. Hanya sesekali. Dan itu tak cukup untuknya. Dan dengan tekat yang penuh malam itu, dia akhirnya kabur mencari kebebasan.

Ia berjalan jauh meninggalkan rumahnya. Ia ingin melupakan hidupnya sebagai Matthananta. Dan sore itu, semuanya terkabulkan. Kecelakaan sore itu membuatnya berujung ada di sini. Ternyata, Tuhan merestui nya untuk bahagia dengan kabur dari rumah sebagai jalannya.

Tapi, bolehkah mulai sekarang ia hidup sebagai Kenta Senjaya. Hidup bahagia tanpa embel-embel nama aslinya. Menjalani kehidupan sederhana di panti bersama yang lain. Bolehkah ia menikmati kebahagiannya walau sebentar tanpa bayang-bayang orangtuanya yang menjadikannya tahanan?

Ayah, Ibu. Maafkan Matt kali ini. Matt hanya ingin bahagia dan hidup bebas, sungguh.

Yang harus dia lakukan sekarang adalah berusaha menutupi dirinya sebagai Matt. Karena mungkin, Ayah dan Ibunya sedang menacari keberadaannya. Dan dia harus merahasiakan ingatannya yang sudah kembali dari orang-orang. Sebisa mungkin, ia harus menyembunyikan identitasnya sebagai Matt, itu harus.

Dari Luka Untuk Tawa✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang