DLUT~9

176 75 30
                                    

Banyak hal di dunia ini yang membingungkan. Seperti hidup di bumi ini contohnya. Katanya, Tuhan memberi semua makhluk-Nya begitu adil. Tapi, kenapa masih banyak orang yang merasa hidupnya kurang adil?
Apakah itu karena kurang bersyukur? Jika memang begitu, Kenta rasa itu benar.

Dia merasa hidupnya tak adil, sedangkan sekarang ini dia di kelilingi oleh orang-orang yang baik sekali. Rasa syukurnya menguap karena mungkin ia tengah diberi cobaan oleh Tuhan. Amnesia nya ini lah yang membuatnya selalu merasa hidupnya tak pernah adil.

Hela nafas kasarnya keluar. Menyatu bersama udara-udara kotor di jalanan sore itu. Kakinya melangkah pelan menikmati setiap jengkal bumi yang ia pijaki saat ini. Lagi-lagi ia pulang sendiri. Karena seperti biasanya Hanggara dan Reynandra selalu sibuk sendiri. Sedangkan Darka hari ini dia absen dari kegiatan sekolah karena sakit. Katanya sih Anemia nya minta di manja karena akhir-akhir ini dia melalaikannya. Darka bisa aneh juga ternyata.

Hari ini rasanya bagi Kenta penat sekali. Padahal kegiatannya hari ini sama saja seperti dengan hari-hari kemarin. Entah kenapa? Tapi, sungguh rasanya hari ini benar-benar melelahkan. Pikirannya yang selama ini penat karena memikirkan hal-hal yang tak diingatnya, sekarang bertambah saja mumetnya. Banyak hal yang membuatnya pening. Ia ingin cepat-cepat sampai panti dan dan segera memejamkan matanya sekedar mengistirahatkan tubuhnya yang lelah sekali.

Kepalanya menengok kanan-kiri memastikan tak ada kendaraan saat ia akan menyeberang jalan raya. Ketika ingin melangkahkan kaki menyeberang jalan, tangannya tiba-tiba dicekal erat dan ditarik dengan penuh tenaga. Karena tak ada persiapan apa-apa, tubuhnya terpelanting jatuh menghantam kerasnya trotoar. Siku kanannya tergores trotoar membuat sedikit darah keluar dari sana. Kenta mendesis kesakitan.

Apa-apa an ini?

”HEH!_”

”_Apa?! Mau marah-marah? Nggak sadar kalau lo tadi hampir aja celaka karena mau ketabrak mobil? Pengen mati ya, lo?!” Perkataan Kenta terpotong begitu saja oleh sosok cewek bermulut pedas yang akhir-akhir ini sangat ia hindari.

Shenrha bersedekap garang menatapnya yang tengah kesakitan. Karena merasakan perih di siku kanannya. Ia berdiri dengan bertopang tangan kirinnya. Melihat ia kesusahan seperti itu, Shenrha tak mau beranjak sedikitpun sekedar menolong. Kenta menarik nafas panjang.  Tiba-tiba kepalanya ikutan terasa sakit.

”Emang gitu, ya? Makasih deh kalau gitu.” jawab Kenta sambil menggigit bibir bawahnya. Ia sedang menahan sakit. Kepalanya sakit sekali. Tangannya dengan reflek menjambaki rambutnya siapa tahu nyerinya hilang. Tapi, sampai rambutnya rontok pun sakit itu tak kunjung reda malah semakin menjadi.

”Lo kenapa, sih?” tanya Shenrha. Walau nada bicaranya masih terdengar judes. Tapi, tak bisa dipungkiri jika ia khawatir melihat Kenta seperti kesakitan.

Apa gue tadi nariknya terlalu keras, ya? kayaknya dia kesakitan benget? Tapi yang luka cuma sikunya kok. masa sakitnya sampai segitunya?

”Arghh ... Nggak tahu kenapa kepala gue sakit banget. Kaya mau pecah rasanya.”

”Heh, Ken! Nggak usah bercanda, deh. Yang luka tadi cuma siku lo doang perasaan. Kenapa bisa langsung pindah di kepala?” Shenrha mulai panik saat tiba-tiba tubuh Kenta hampir jatuh. Reflek tangannya menyangga tubuh jangkung Kenta. Walaupun sedikit kesusahan, Shenrha masih bisa menahannya.

”Hahh ... Gue semaput aja, ya.” ucap Kenta lemah.

”Nggak usah jadi goblok! Tahan bentar, gue mau ambil mobil gue dulu. Jangan semaput dulu pokoknya.” Tanpa menunggu jawaban Kenta, Shenrha secepat kilat berlari ke arah mobilnya yang dia parkir dengan asal di pinggir jalan.

Sesampainya di tempat Kenta yang tengah bersandar lemas pada tiang lampu jalanan, Shenrha segera menghampiri Kenta yang sudah tampak kepayahan dengan bulir-bulir keringat yang membasahi wajah pucatnya. Dengan sedikit gerutuan, Shenrha menuntun Kenta memasuki mobilnya.

Niatnya jalan-jalan sore hari ini gagal karena Kenta. Tidak mau tahu, lain kali Kenta harus membalas kebaikannya yang jarang sekali ia gunakan. Hari ini Kenta beruntung karena Shenrha mendapat hidayah dari Tuhan. Hati batunya terketuk sedikit.
Tapi, tetap. Dia tak ikhlas.

”Nyusahin banget sih human satu ini,” gerutu Shenrha kesal.

Kalau dilihat-lihat, sepertinya Kenta memang benar-benar sakit. Wajahnya yang putih terlihat sangat pucat dan berkeringat banyak. Kenta terlelap nyaman. Satu kata yang bisa ia ucapkan saat ini. Kenta tampan. benar-benar tampan. Kulitnya yang putih menjadi daya tarik tersendiri dari Kenta.

Rambut hitam legamnya selalu dibiarkan jatuh menutupi dahinya. Di pelipis kanannya terlihat bekas luka yang sedikit panjang sampai ke dahinya. Tapi yang di dahi tertutupi rambut, jadi sedikit tersamarkan. Shenrha ngeri sendiri melihatnya.

Shenrha menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir bayangan Kenta yang dengan kurang ajarnya mengambil semua fokusnya saat ini. Tidak! Dia tak boleh menaruh perasaannya pada cowok satu ini. Karena dia masih ingin menunggu cinta pertamanya, Matthananta.

Tidak lebih dari setengah jam, bangunan panti tempat Kenta tinggal pun terlihat. Diparkirkannya mobil di halaman panti yang luas. Matanya melirik Kenta yang masih terpejam. Ah, ia tak tega jika melihat cowok menyebalkan ini sakit. Disentuhnya pelan tangan Kenta. Hawa panas langsung menyengat tangannya, Ternyata demam.

”Ken, Kenta. Bangun!” Telunjuknya menusuki pipi kanan Kenta. Perasaan tidak tega menghampirinya lagi.

Kenta terlihat tidak nyaman dalam tidurnya. Kernyitan jelas terliahat di dahinya yang rambutnya tersingkap berantakan.

”Ken!” panggil Shenrha sekali lagi dengan sedikit keras.

”Hahh .... ” Kenta terbangun paksa dari tidurnya. Rambutnya terlihat semakin lepek karena keringat dingin berlebih. Raut wajahnya terlihat shock. Shenrha masih diam mengamati Kenta. Membiarkannya sekedar mengumpulkan nyawanya yang masih tercecer.

”Hngg, sorry. Gue tadi ketiduran, ya. Makasih udah mau nganter gue sampai panti. Mau mampir dulu nggak?” tanya Kenta parau. Kepalanya masih terasa berat.

”Gak perlu. Udah cepetan keluar, gue mau pulang.”

”Oh, oke. Sekali lagi makasih.”

Setelah Kenta keluar, Shenrha langsung melajukan mobilnya. Tak ada basa-basi lagi. Sekedar menjawab terimakasih nya pun tak mau.

”Ada ya cewek se sarkas itu,” gumam Kenta.

~Dari luka untuk tawa~

To be contiuned.

Voment nya dong tolong ....

Sekedar semangatin aku juga gak papa.

Makasih yang sudah mau baca dan voment.


N

ih si Kenta lagi tidur. Doi lagi sakit. Doain cepet sembuh ya...

 Doain cepet sembuh ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dari Luka Untuk Tawa✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang