DLUT~6

224 97 29
                                    

Sudah seharusnya luka datang tanpa tawa.
Karena luka tetap sama.
Sama-sama menyakitkan.
Dan aku adalah luka,
Yang menginginkan tawamu, Kenta Senjaya.

Dari Luka
Untuk Tawa.

Lagi, sudah kedua kalinya surat itu menghampiri dirinya. Padahal baru saja seminggu ia menginjak kan kaki di sekolah ini. Isinya hanya puisi pendek yang sangat picisan. Dan maksud isi nya itu apa?

Untung saja Kenta pribadi yang malas berpikir keras. Maka surat itu hanya akan menjadi gumpalan bola kertas karya kegemasan tangan Kenta. Apa sih yang menarik dari diri nya, sampai-sampai ada penggemar rahasia yang sangat bucin ini?

Dari kertas, tatapan Kenta beralih memandang Darka yang sibuk membaca buku pelajaran hari ini. Kenta baru tahu ternyata Darka itu aset sekolah. Otaknya sungguh cemerlang. Sudah banyak juga Darka menyumbang berbagai piala dan piagam ke sekolah ini. Dia tahu sebab kemarin Hanggara dan Rey memberitahunya. Kenta kagum? Jelas saja.

"Darka ... Nanti pulang bisa bareng nggak? Hanggara sama Rey lagi ada urusan." Sekedar basa-basi sih sebenarnya. Kenta malas saja pulang sendiri. Belakangan ini, Hanggara dan Rey selalu saja ada urusan setelah pulang dari sekolah. Dan membuat Kenta pulang sendiri. Masa bodo lah jika nanti perjalanannya akan hening.

Yang paling membuatnya malas adalah, setiap hari dia selalu berpapasan dengan makhluk tuhan yang sangat songong. Bertambah malas kuadrat dia.

"Hmm ... Tapi gue nanti masih ada bimbingan dulu. Mau nungguin?"

"Nggak masalah." Setelah mengucapkan itu, Kenta ber inisiatif mengambil buku pelajarannya juga di dalam tas.

Namun, kehadiran seseorang membuat niat mulia Kenta urung. Karena di sana, di depan kelas sosok Shenrha Alcita menarik perhatiannya. Bukan kecantikkannya yang membuat Kenta lupa daratan, tapi muka penuh keangkuhan itu membuat Kenta merolling kan bola mata malas.

Langkah Shenrha di depan sana terhenti karena di cegat oleh, entah Kenta kurang tahu. Tapi yang pasti, mereka sering kali baradu mulut. Ah, drama pagi di mulai. Kenta dan Darka ikut menyaksikannya. Ada adegan apa lagi kali ini?

"Ayo cabut, Ken. Males gue disini. Ratu drama pada ngumpul."

"T-tapi kan masih jam pelajaran, Ka. Nggak berani gue, masih jadi anak baru juga," tolak Kenta sangsi.

Kenta sudah tak paham menyikapi Darka. Di lain sisi, Darka itu terlihat rajin dan pendiam. Tapi di sisi lain, Darka juga bisa berubah menjadi brandalan sekolah yang sangar. Benar kata Hanggara, mood Darka itu gampang berubah-ubah.

"Ayo, Anjir. Gue nggak terima penolakan."

Hah ... Kenta pasrah. Dia tak mau Darka yang sensiannya kaya cewek pms jadi ngamuk. Kenta tak mau dapat tinju dari Darka.

Dengan tingkatan malas yang sudah mencapai maximum, Kenta berjalan malas menyusul Darka yang telah meninggalkan nya dulu. Kurang kampret gimana Darka? Udah ngajak, maksa tapi akhirnya malah ditinggal.

Matanya tak sengaja bertatapan dengan Shenrha yang juga melihatnya. Kenta memutuskan mengejek Shenrha tanpa suara yang membuat Shenrha melotot tajam ke arahnya.

"Drama sekali hidup anda," ucap Kenta dengan ekspresi wajah yang menyebalkan. Sebelum sesuatu yang tidak di inginkan terjadi, Kenta segera berlari menyamakan langkahnya dengan Darka. koridor sekolah sudah sepi. Ya sudah jelas, ini kan memang sudah memasuki jam pelajaran.

Setibanya di tempat yang asing, Kenta dan Darka mengayunkan langkahnya memasuki ruang kelas yang luas tapi kosong. Letak kelas ini aneh, ruangan ini ada di halamam belakang sekolah yang sudah tak terpakai. Tapi disini bersih, berbeda dengan kelasnya yang kurang lebih hampir sama seperti tempat sampah.

Ternyata di sudut ruangan ada sofa panjang. Hanya ada itu, selebihnya tempat ini kosong. Tempat apa ini?

"Ini tempat yang paling gue suka. Cuma gue yang boleh masuk ke tempat ini. Tapi hari ini, gue sengaja ngajak lo. Tapi lo harus janji jangan kasih tahu siapa-siapa. Ini rahasia." Seperti mengetahui kebingungan Kenta, Darka menjelaskannya panjang lebar.

Kenta mengangguk samar. Lagipula siapa yang akan dia beri tahu? dia tak punya teman di sekolah barunya ini.

Sofa di pojok ruangan menarik minatnya. Kenta lelah berdiri terus, Darka sih nyerocos terus. Tempat pembolosan yang membosankan menurut dirinya. Kenta merebahkan tubuhnya ke sofa. Tak memberikan tempat kosong sedikitpun untuk Darka yang juga akan duduk.

Darka mendengus. Dengan keras tangannya mengayun, menggeplak kepala Kenta yang matanya hampir memejam, ngantuk. Ringisan Kenta terdengar setelahnya.

"Arghh, kalau lo lupa gue masih belum sembuh total, ya. Kepala gue masih nyut-nyut ini. Dan dengan teganya, lo malah main pukul. Puyeng astaga."

Oh, Darka lupa akan hal itu. Raut datarnya berubah khawatir. Dia terlalu keras menggeplak kepala Kenta tadi. Bagi orang yang tak sakit, geplakannya tadi termasuk sudah membuat kepala nyut-nyut an. Lalu apa kabar dengan Kenta yang belum genap dua minggu keluar dari rumah sakit akibat kecelakaan?

"Hmm, sorry sakit banget, ya? Mau ke ruang kesehatan aja nggak? Di sana lo bisa rebahan dengan nyaman kalau emang rasanya sakit banget,
" tanya Darka merasa bersalah.

Kenta menggeleng, ”Nggak. Gue di sini aja.” Pikirnya ini adalah karma dari tuhan karena aksi membolosnya pagi ini. Ah, tapi rasa sakitnya tak kunjung hilang. Ia memejamkan matanya erat guna menetralisir sakitnya.

"Lo sih, Ka. Tanggung jawab! Ambilin obat gue yang ada di tas. Cepetan, Darka!"

"Ya iya sabar dong. lagi otw ini." jawab Darka sensi. Kenta kalau sedang sakit tingkat menyebalkannya naik 50%. Yang awalnya 50 jadi 100%.
Untung Darka adalah manusia ter sabar yang pernah ada.

"Di tengah pejaman matanya, Kenta tersenyum kemenangan. Bangga karena sudah menjadikan Darka sebagai kacungnya sementara waktu. Sakit di kepalanya sudah sedikit mereda. Tapi tetap, ia butuh obat itu. Itu hanyalah obat dari rumah sakit yang harus rutin ia minum sehari tiga kali. Pagi tadi dia belum sempat meminumnya karena di buru waktu.

Memanfaatkan keadaan ini namanya.

Suara langkah kaki seseorang membuat Kenta berjaga-jaga. Takut kalau ada guru yang memergokinnya membolos. Sedangkan dia masih sendiri di sini. Ternyata yang muncul hanya Darka yang membawa kresek obat di tangannya. Keringatnya terlihat membasahi seragamnya.

Jarak ruangan ini dari kelas lumayan jauh juga. Maka tidak kaget kalau Darka akan basah keringat seperti itu. Apalagi Darka pasti berlarian seperti maling yang di kejar warga. Ide jahil Kenta muncul lagi. Setelah Darka memberikan kepadanya kresek obat itu.

"Masa gue minum obat nggak pakai air sih, Ka? Nanti kalau keselek terus mati gimana?"

"Otw siaran di masjid," jawab Darka.kesal. Tapi tak urung dirinya beranjak pergi juga.

Pulang nanti, ia harus menceritakan ini kepada Hanggara dan Reynandra. Biar keduanya tahu kalah ia bisa menaklukkan manusia datar bernama Darka dan menjadikannya kacung seperti pagi ini.

~Dari luka untuk tawa~

To be contiuned.

Vote dan komentar nya ya gesss

Dari Luka Untuk Tawa✓Where stories live. Discover now