Chapter 8

722 69 13
                                    

Di rumah, terlihat kepanikan Ayah dan Hellen yang melihat Haico tak ada di kamarnya. Mereka, Bi Esih, dan Pak Mail menyusuri setiap sudut rumah, tapi Haico tak ada.

“Ke mana Coco? Ayah takut dia kenapa-napa…” ujar ayah dengan ekspresi paniknya sambil berjalan bolak balik.

“Ayah tenang ya Yah… Haico pasti gak kemana-mana kok.. Hellen tahu itu… dia anaknya gak nekat kok Yah…” Hellen berusaha menenangkan, walaupun dirinya sendiri sangat khawatir pada kembarannya itu.

Hellen melamun sejenak memutar otaknya. Beberapa saat kemudian, ia beranjak pergi keluar rumah untuk mencari Haico.

“Mau kemana Len?” tanya Ayah yang masih mondar-mandir dan terlihat cemas itu.

“Aku mau cari Coco…” Hellen menoleh.

“Apa gak sebaiknya Ayah ikut juga?”

“Gak Ayah… aku tahu di mana aku akan menemukan Coco…”

Tanpa berlama-lama, Hellen pergi keluar rumah dan mengendarai motor matic ungunya dengan ngebut.

  Ayah yang khawatir, sempat menoleh ke luar rumah memastikan Hellen berangkat dalam keadaan tenang, dan tidak panik. Ayah-pun urung untuk mencari Haico, karena yakin akan jawaban Hellen yang bilang bahwa ia yakin akan menemukan Haico. Ya, Hellen memang sudah terbiasa pergi kemana saja dengan menggunakan motor matic ungu kesayangannya itu. Tak jarang, sekarang ke kampuspun sesekali ia sering membawa motor, jika sekiranya hari itu Ayah tak menjemputnya. Berbeda dengan Haico, yang selalu diantar jemput dengan mobil oleh supir keluarga mereka, Pak Mail.

***

“Lo lebih baik gue anterin pulang sekarang ya! nanti ayah lo khawatir!” ujar Kevin yang berhasil menenangkan tangis dan menghibur Haico.

Haico terdiam sejenak lalu mengangguk.

“Minum dulu dong susunya, mumpung masih anget. Sayang kan Mama gue udah bikinin buat lo…” Kevin mengambil segelas susu di depan Haico dan menyodorkannya.

Haico meminum beberapa teguk. Gluk.. gluk… gluk…

“Hahaha minumnya kayak anak kecil… masih berceceran…” Kevin tertawa sambil memperhatikan mulut Haico yang berlumuran susu. Lalu Kevin membantu menyekanya dengan tangannya.

“Biarin hehehe,” sahut  Haico sambil sesekali ikut menyeka mulutnya.

Mereka keluar kamar dan menuju keluar untuk mengantar Haico pulang. Di ruang tengah, terlihat Mama Kevin yang sedang duduk sambil makan beberapa potong buah mangga. Melihat Kevin dan Haico keluar, Mama Kevin menoleh.

“Loh… Sayang udah mau pulang?” Mama Kevin bangkit dari duduknya, dan merangkul Haico, lalu memeluknya manja.

“Iya Tante… udah malem,” jawab Haico, sambil membalas pelukan Mama Kevin.

“Nginep sini aja Sayang… buat malem ini.”

“Enggak Tan, Haico pulang aja, nanti Ayah khawatir…”

“Oh yasudah, jangan nangis-nangis lagi ya kayak tadi…” Mama Kevin mengusap kepala Haico. Sepertinya Mama Kevin memang tahu, kalau Haico sedang ada masalah, karena tadi Haico datang dengan mata sembab. Tapi tidak tahu pasti masalahnya apa. Mama Kevin membiarkan Kevin untuk menenangkannya.

“Hehe iya Tante… makasih ya susunya…”

Mama Kevin tersenyum dan menyuruh Kevin mengantar Haico pulang.

“Vin… anterin Haico pulang ya!”

“Iya Ma… tanpa Mama suruh aku juga bakalan anterin kok Ma… Gila aja, Kevin ngebiarin bidadari bule kayak dia sendirian keluyuran malem-malem.” Kevin menggombali Haico di depan Mamanya, sambil sesekali melirik ke Haico.

Melodi Abu [ ✔️ Completed ]Where stories live. Discover now