Chapter 3

858 90 8
                                    

Hari ini adalah hari pertama ospek untuk calon mahasiswa baru. Haico sangat antusias ingin mengikutinya. Meskipun ia tak diperbolehkan melakukan kegiatan yang melelahkan, ia tetap nekat. Hal ini membuat Ayah, Hellen, dan Kevin khawatir. Pagi itu terlihat Haico dan Hellen sedang mempersiapkan peralatan ospek. Sayangnya, Haico dan Hellen tidak satu kampus. Haico sengaja didaftarkan di kampus yang tak begitu jauh dari rumah agar bisa terpantau. Sedangkan Hellen lumayan jauh.

Haico dan Hellen diantar Ayah ke kampus mereka masing-masing. Ayah begitu senang tapi khawatir. Senangnya, putri kembarnya kini memasuki jenjang pendidikan kuliah dan tumbuh semakin dewasa menjadi gadis-gadis yang cantik seperti almarhumah bundanya, sedangkan sedihnya, Ayah sangat khawatir akan kondisi Haico. Karena ini kali pertamanya Haico melakukan aktivitas di luar rumah. Mobil Ayah melaju dengan kecepatan tinggi, dan berharap kedua putrinya itu tak kesiangan. Ayah berhenti di pinggir jalan dekat kampus Haico. Ayah tak bisa mengantar sampai depan gerbang kala itu, karena dijaga ketat oleh panitia. Haico-pun turun dari mobil sambil membawa tasnya.

"Hati-hati Sayang... Kalo ada apa-apa telepon ayah ya Nak!" ujar Ayah dengan wajah cemasnya.

"Lo jaga diri ya!" Hellen menambahkan.

Haico hanya tersenyum tipis. Ia-pun cium tangan pada Ayah, lalu Ayah beringsut mendekati Haico yang belum sempat menutup pintu mobil kembali, tepatnya Haico tadi duduk di depan.

Ayah mencium kening Haico dengan penuh kasih sayang. Lalu menatap Haico yang perlahan menjauh meninggalkan mobil dan memasuki gerbang. Setelah dirasa aman, Ayah -pun berlanjut mengantar Hellen ke kampusnya di Universitas Bratajaya.

Haico memasuki gerbang. Di sana terlihat beberapa kakak senior sudah jaga. Salah satunya, si jutek Melza. Haico berjalan pelan sambil menunduk, ia takut melihat wajah kakak seniornya yang menatapnya dengan tajam.

"Heh! Kamu sini!" bentak Melza.
Seketika langkah Haico terhenti. Ia tak menjawab.

"Sini!!!!"

"Kenapa kamu gak pake atribut?" tanya salah seorang senior yang lain.

Haico sedikit-sedikit mulai berani berbicara "ma.. maaf Kak, saya gak tahu."

"Apa??? Gak tahu??? Kamu tuh mau jadi mahasiswa ospek apa panitianya hah? Laga kamu udah kayak senior aja!" ungkap Melza sambil mendorong Haico lumayan keras hingga ia hampir terjatuh. Tapi Kevin datang tepat waktu, ia menahan Haico dari belakang.

Dukkk......

Haico terjatuh ke pangkuan Kevin. Tak lama Haico-pun bangkit.

"Oh bagus..." Melza menepuk tangannya seolah bertepuk tangan. "Bagus ya... ada yang mesra-mesraan di sini!"

Haico dan Kevin saling bertatapan sejenak, kemudian Kevin berusaha membela "saya cuma mau nolong dia, Kak. Karena Kakak sudah keterlaluan dorong dia."

"Nolong apa? Jelas-jelas kamu peluk dia di depan mata senior!" mata Melza melotot menatap ke arah Kevin dan Haico secara bergantian.

"Maaf Kak kalo saya lancang, tapi memang benar saya cuma nolong. Yang ada Kakak yang keterlaluan udah dorong Haico, sampe mau jatoh lagi...!" Kevin mulai emosi dan melawan Melza dengan melotot balik ke muka Melza.

"Ssst... Vin udah... jangan ngelawan!" bisik Haico pelan sambil menarik tangan Kevin.

"Lancang kamu ya!!!" Melza tampak marah. Lalu datanglah Azof dan Kirana menghampiri.

"Ada paan sih ini?" tanya Azof kalem.

"Sayang ini nih kedua orang ini lancang sama aku. Masa si cewek centil ini gak pake atribut, terus cowok songong yang itu pake peluk-peluk mesra dia... kan gak sopan..." Melza menggandeng tangan Azof mesra dan tangan yang satunya menunjuk-nunjuk Haico dan Kevin.

Melodi Abu [ ✔️ Completed ]Where stories live. Discover now