Chapter 13 #ENDING (Boom Part)

514 75 34
                                    

Dah siap baca endingnya? 😍🤗

************************************

Azof mengendarai motornya dengan pelan. Ia seolah ingin menikmati malam seorang diri. Pandangannya setengah kosong. Pikirannya masih tertuju pada Haico.

Tepat di taman kota, ia mengerem motornya. Ia melamun sejenak, lalu menatap ke langit. Malam itu memang tak seindah malam sebelumnya. Terlihat bulan sabit yang tak begitu nampak jelas, juga bintang-bintang yang bertebaran di langit. Hembusan angin malam mengantarkan Azof untuk menelusuri taman. Ia berjalan pelan menuju air mancur ditengah taman kota. Matanya sesekali masih menatap langit.

“Malam ini tak seterang malam-malam saat aku masih sering bersama Haico…” gumamnya pelan.

Lalu ia melanjutkan langkahnya menuju kursi taman tepat di depan air mancur. Ia duduk dan merenung. “Besok adalah festival musik itu. Dan aku tak tahu apakah aku bisa tampil seorang diri tanpa Haico?”

Sepertinya malam itu hatinya tengah galau, jiwanya tengah gundah. Bahkan whatsapp dari Kirana-pun hanya dibaca tanpa dibalas.


Zof… lo di mana?

Azof membuka isi pesan dari Kirana dan menyimpan handphonenya kembali ke saku celananya. Ia pun kembali memandangi langit.

Alunan melodimu kini kian melemah bersama cahaya bintang yang semakin meredup…
Mungkin ini suatu pertanda, bahwa kau mulai lelah…

Azof mengeluarkan handphone-nya, lalu ibu jarinya sibuk mengetik sesuatu. Seperti rangkaian kata dalam puisi. Sesekali matanya memandang langit ataupun memandangi sekeliling taman, mengingat kebersamaannya dengan Haico, mengingat masa-masa di kampus saat pertama kali bertemu, saat mereka bernyanyi di padang ilalang, saat Haico terbaring koma, saat Hellen menyamar, semua itu muncul dalam imajinasinya seperti seorang legendaris yang sedang menonton film dokumenternya. Semua kenangan itu terangkai jelas memenuhi ingatannya. Tangannya tak henti mengetik kata-kata indah di layar touchscreen.

Saat dirasa malam semakin dingin, Azof memutuskan untuk pulang. Ia masukkan kembali handphone ke sakunya, kemudian berjalan menghampiri motornya yang parkir. Motornya terlihat sedikit basah. Ternyata, tanpa ia sadari, tadi sempat gerimis. Pantas saja, ia tak lagi melihat bintang di langit sana. Bintangnya tertutupi awan hitam yang memadati malam.

Setibanya di rumah, ternyata Kirana tengah menunggunya di ruang tengah.

“Lo dari mana aja?” tanya Kirana, sambil beranjak bangkit dari duduknya. “Tante Nia bilang lo belum pulang dari tadi sore. Ke mana?”

Azof hanya tersenyum seadanya, “gue dari rumah sakit nemenin Haico. Oh iya Kiran… sorry, gue lagi gak mau diganggu!” Ia meninggalkan Kirana yang masih bengong menatapnya.

“Azof lo kenapa? Kok galau gitu? Zof... ih malah ninggalin!” teriak Kirana kesal. “Eh, tadi dia bilang dari rumah sakit? Nemenin Haico? berarti Haico udah sadar?”


***


Tengah malam, Azof masih memetik gitarnya di balkon kamar. Di depannya terbuka sebuah laptop yang berisi ketikan-ketikan. Ketikan yang ia ketik di handphone waktu di taman tadi. Ternyata itu adalah lirik lagu. Lirik lagu yang spontan ia ciptakan saat merenung di taman. Diiringi hembusan angin malam, jemarinya dengan indah memainkan melodi gitar yang tepat untuk lirik yang ia buat. Lagu itu lagu melow. Seperti menggambarkan suasana hatinya pada malam itu.

“Kak… Kenapa belum tidur?” Jasmine tiba-tiba masuk ke kamar Azof dan menghampirinya di balkon.

Azof menghentikan aktivitas bernyanyinya dan menoleh ke Jasmine, “lo sendiri ngapain belum tidur?”

Melodi Abu [ ✔️ Completed ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora