Chapter 10

1K 88 23
                                    

  Hari Sabtu ini libur kuliah. Azof meluncur ke rumah Haico. Kebetulan, di sana juga Jasmine sedang mengerjakan tugas kelompok bersama dua teman lainnya.

Di rumah Haico. Jasmine dari tadi nongkrong di depan rumah Haico menunggu es cendol lewat. Kebetulan sang kakak datang. Haico, Firda, dan Uti sedang menyusun makalah di dalam, tepatnya di ruang tamu. Jasmine menghampiri,

“Co… Kakak gue dateng tuh, di depan!” ujar Jasmine.

“Oh ya?”

“Udah sana samperin Kakak gue, wahai Kakak iparku!” Jasmine meledek, “biar Uti sama Firda sama gue yang nyusun makalahnya. Toh udah dikit lagi. Kak Azof ngajak lo keluar.”

“Apaan sih? hahaha… okeyyy kalo gitu.” Haico beranjak keluar menemui Azof.

Azof berdiri bersandar di tiang depan teras Haico. Posisinya membelakangi. Haico-pun mengagetkan Azof yang tengah menunggunya.

“Dooorrr!”

Azof membalikan badan “gak kaget juga hahaha…”

“Ih… masa gak kaget?”

“Iya deh… wah… aku terkejut…” Azof bercanda dengan memperlihatkan gayanya yang kocak, seolah kaget.

“Ih… Lo mah peres banget! Orang gak kaget kok tadi.” Haico menepuk lengan Azof. Azof membalas dengan mencubit lengan Haico.

“Aww!” lirih Haico.

“Eh, kenapa?”

“Lo nyubit sih,” ucap haico manja.
Azof tak sengaja melihat sekilas ke lengan kiri Haico yang lebam. “Loh Sayang, ini kenapa kok tangan kamu biru-biru?” sambil mengusap pelan bagian lengan bawah sikut Haico.

Buru-buru Haico melepaskan usapan Azof, “eh enggak. Ini kemaren kepentok pintu kamar mandi, hehe. Iya… iya… waktu kepeleset,” jawabnya ngarang.

“Aduh, lain kali ati-ati dong! Aku gak mau kamu lebam-lebam gitu. Sini aku usapin lagi!” Azof meraih kembali lengan Haico dan ia usap sambil ditiup pelan.

Dalam hati Haico, “perlakuan lembutmu yang seperti ini Zof yang bikin aku rindu selalu. Tapi apakah aku akan bisa merasakan hal ini lagi nanti?”

Lalu Azof mengajak Haico ke rumah Samuel, temannya yang pandai mengonsep aransemen musik. Merekapun berangkat.

Begitu tiba di rumah Samuel, ternyata ada Kirana dan Indra juga di sana yang sudah menunggu.

“Ciyee… mesra banget digandeng segala Haico-nya…! My bidadari ayo kita ikuti jejak mereka, feganglah tanganku ini!” Indra beranjak dari duduknya dan mendekati Kirana lalu memegang tangan Kirana.

“Hetttt!!!” Kirana mengacungkan kepalan tangannya seperti orang akan meninju. “Ini tangan kalo melayang lumayan sakit loh, Dra!”

“Yaelah my bidadari… biar seferti Azof dan Haico. Truk aja gandengan masa kita enggak?” Indra cengengesan menatap Kirana.

“Udaaaaaahhh…! Gak lucu! Gue males bercanda! Balik gak ke tempat lo? Sana jangan deket gue!” Kirana menjerit keras. Sontak semua yang ada di ruangan itu tertawa. Indra memang kerap kali menggoda Kirana dengan kekocakannya.

“Oh ya, Zof! Bukannya elo udah nyiptain lagu khusus untuk Haico kan? Gue tahu dari Kirana sih gitu,” ujar Samuel.

Azof tersenyum dan mengangguk. Diambilnya gitar di sudut ruangan, dan membawanya duduk di sebelah Haico. Ia memiringkan arah duduknya, sehingga tepat berhadapan dengan Haico.

“Dengerin ini ya… nanti kita bakal duet nyanyiin lagu ini pas festival. Denger baik-baik!” Azof mulai menempelkan tangannya di senar, lalu memainkan intro diawal sebelum bernyanyi. Haico tersenyum malu. Wajar saja, di depan teman-teman Azof, Azof menyanyikan lagu ciptaannya khusus untuk untuk dirinya.

Melodi Abu [ ✔️ Completed ]Where stories live. Discover now