Chapter 5

827 76 18
                                    

Hari yang cerah disambut mahasiswa ospek dengan penuh sukacita. Bagaimana tidak, ini adalah hari terakhir mereka diospek. Dan dihari ini pula mereka akan bersenang-senang dan tidak akan mendapatkan omelan senior lagi. Dan mulai besok, mereka sudah bisa mengikuti kuliah seperti senior-seniornya.

Acara pentas seni akan dimulai pukul delapan. Semua mahasiswa ospek diharapkan menampilkan perwakilan dari tiap kelas untuk unjuk kebolehan. Terlihat di kelas Haico, Kevin, Jasmine dan teman sekelasnya yang lain sibuk ingin menampilkan apa.

“Haico jago main gitar dan nyanyi loh…” puji Kevin di hadapan teman-teman di kelas.

“Kevin….. apaan sih. Gue gak bisa kok.” Haico merendah.

“Loh kalo bisa kenapa enggak? Ayolah Co…!”

Haico hanya menggelengkan kepala.

“Ayo.. lo gak kesian liat anak-anak? Mereka semua pada gak ada yang mau nyumbang… masa lo tega kelas kita gak ada perwakilan?”

“Ih gak mau…” Haico kekeh menolak.

“Lo gak usah malu kali… ada Kakak gue?” ledek Jasmine. Terlihat raut muka Kevin agak geram mendengarnya.

“Kok bawa-bawa dia?” ujar Haico.

“Hahaha… gue tahu kok kemaren Kakak gue nengokin lo kan ke rumah?”

“Apa? Kakak? Azof kakak lo, Jas?” Haico terkejut mendengar pengakuan Jasmine.

“Hehe, iya… lo baru tahu ya?”

“Bukan baru tahu, tapi emang lo nya yang gak pernah cerita…”

“Dia suka sama lo tuh hahaha…” ledek Jasmine lagi.

“Ih… gosip aja lo, awas yaa!”
Kevin semakin geram melihat Jasmine yang seolah ingin menjodoh-jodohkan Haico dengan kakaknya, Azof.

“Bukan gosip, tapi fakta hahaha. Kemaren aja sepulang dia nengok lo dia senyum-senyum sendiri. Belom pernah gue liat Kakak gue sehappy itu. Ekspresi wajah pas pulang aja masih happy, apalagi pas ketemu lo langsung ya? Coba aja gue ikut jengukin lo kemaren, cuma sayang, Mama malah minta temenin ke rumah Tante, jadi gue gak bisa liat ekspresi falling in love nya Kak Azof pas ketemu lo di rumah lo… hahaha.” Jasmine semakin menjadi-jadi meledek Haico, hingga membuat wajah Haico memerah.

“Iiiihh… Udah ah…”

“Tuh kan salah tingkah…”

“Udah udah…! Mening kita bahas kita mau tampil apa?” Kevin sepertinya mulai panas melihat Haico terus-terusan diledek oleh Jasmine.

“Kalo gitu gimana kalo kita duet main gitar plus nyanyi… lo bawa gitar, gue bawa gitar. Dan nyanyi berdua…” ujar Kevin.

Setelah beberapa detik terdiam, akhirnya Haico mengangguk.

“Tapi gue gak bawa gitar…”

“Kan disediain panitia…” Jasmine menenangkan.

“Kan duet? Jadi harus dua dong…”

“Oh iya, panitia cuma nyiapin alat musik satu. Gitar juga pasti satu. Gimana kalo gue sekarang pulang dulu bawa gitar?” kata Kevin.

“Yakin?”

“Iya…”

Kevin beranjak pergi meninggalkan kelas dan meminta izin ke kakak senior untuk mengambil gitar. Dan akhirnya Kevin hanya diberi waktu dua puluh menit untuk membawa gitar di rumah. Kevin langsung berlari, menghampiri motornya dan berangkat.

“Gue daftarin lo dulu Co…” ujar Jasmine.

Sementara Jasmine mendatangi panitia untuk daftar pensi, Haico hanya duduk terdiam di kelas. Namun matanya seakan menangkap sosok laki-laki di jendela kelasnya. Ia membuka mata lebar-lebar seolah meyakinkan bahwa lelaki yang ia lihat adalah Azof. Ya, betul. Azof berdiri di depan jendela kelas Haico dan tersenyum. Haico-pun membalas senyuman itu. Mungkin Azof tadinya hanya sekedar lewat, tapi melihat dari jendela ada Haico, ia langsung berhenti sejenak untuk memberikan senyuman di pagi hari. Senyuman penyemangat untuk Haico. Tak lama Azof-pun pergi.

Melodi Abu [ ✔️ Completed ]Where stories live. Discover now