╱╱ 19. Panik 🌿

28 11 0
                                    

NOW PLAYING | Weak - SWV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

NOW PLAYING | Weak - SWV

0:00 ●───────── 3:05
<< ll >> ⋮≡

@melkiiimel

· · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·

"Kayaknya kita harus kesana deh!"

"Jangan ngawur deh! Lo ga liat, ini peta tuh nunjuk kesana!"

"Lo yang sotoy, ini ke kanan!"

"Ke kiri!"

"Kanan!"

Gama menyibakkan kedua lengan kaosnya, hidungnya kembang kempis serasa amarahnya akan meledak. "Inget ya, rangking gue itu lebih tinggi dari lo, jangan meragukan kecerdasan gue!" Amuknya menggebu menatap Dion. "Gue yakin, ke kiri itu jalan yang paling bener!"

"Lo itu sesat, ga bisa dipercaya. Lagian, lo unggul dari gue itu kan semester kemarin, sekarang gue rangking dua puluh lima, lo dua puluh enam, jangan ngadi-ngadi deh!" Dion tak kalah ngotot. Dan berakhir, keduanya terus adu cek-cok bahkan saling cakar di tengah hutan bak serigala bersama beruang.

"Udah-udah!" Lerai Leon tak habis pikir, "kayak anak cewek aja lo masa cakar-cakaran, jotos dong, ga seru banget!"

Plak! Adhan menggeplak kepala Leon, melotot untuk memperingati lelaki itu agar tak membuat suasana semakin ricuh. Ga elit banget, tawuran di tengah hutan gelap gini, kalau dedemitnya pada bangun terus kita di ngap gimana?

"Udah deh, intinya gue yang paling pinter diantara kalian semua. Fix, kita masih lurus. Jangan banyak bacot, kalau masih komen gue lempar ke jurang." Putus Adhan mengakhiri semuanya. Ketiga sahabatnya itu hanya bisa menurut, mereka kembali berjalan menyusuri hutan mengikuti panduan Adhan.

"Wait-wait! Itu .. apaan putih-putih?"

Keempat sobat itu lantas menghentikan langkahnya, atensi mereka teralih ke-arah yang diterangi senter oleh Dion. Memang benar di atas pohon yang tak jauh dari pijakan mereka, terdapat putih-putih yang entah apa.

Seakan hawa disekitar berhembus dingin hingga mengakibatkan bulu kuduk keempat lelaki itu mendadak berdesir berdiri. Berusaha kuat untuk tak takut, namun tetap saja keringat dingin mengucur deras.

"C-can, lo samperin deh. Lo kan pemberani, iya kan? Iya dong, macan masa takut sama gituan." Kata Gama pada Leon, lelaki itu malah bersembunyi di balik tubuh Dion.

"Apaan sih lo! Ga usah nempel-nempel gue!" Ketus Dion refleks meronta tak sudi tubuhnya dihinggapi oleh makhluk astral seperti Gama.

Leon meneguk ludahnya, ia tak pernah melihat dedemit secara langsung. Namun rasa penasaran, mendorongnya kuat untuk melangkah maju mendekati pohon tersebut. Suasana semakin mencekam seakan uji nyali berlangsung di tengah hutan.

KAMELEONWhere stories live. Discover now