╱╱ 12. Belajar Bareng ? 🌿

84 31 17
                                    

・Eits, tunggu dulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

・Eits, tunggu dulu. Vommentnya yuk tarik sis! Gratis kok, asli. Mari berikan banyak cinta dan dukungan untuk cerita ini, thanks and luv u all. ♡・

Happy Reading . . .

—————————————


Karamel POV

Angin semilir berhembus mengenai wajahku, kini aku sedang duduk sendiri di bangku taman belakang sekolah, tepatnya di sebelah pohon besar. Tempat ini selalu sepi, karena para murid-murid lebih senang menghabiskan waktu istirahatnya di kantin daripada di taman ini.

Tapi aku lebih suka kesini, tempat ini sangat nyaman untuk merenung. Melepas penat setelah pelajaran memenuhi otakku.

Buku Biologi sudah ada di tanganku, ku amati setiap kata-kata yang tercantum disana, mencoba mempelajari ulasan-ulasan yang ku rasa penting. Minggu depan ujian tengah semester, aku harus belajar lebih giat agar beasiswa ku tak di ambil lagi.

Memang aku sekolah disini mengandalkan beasiswa, keuangan ku saja tak cukup untuk memadai bayaran sekolah ini yang melangit. Sekolah ini kan tergolong sekolah elite. Sungguh aku sangat bersyukur bisa sekolah disini, aku tak akan menyia-nyiakan beasiswa itu.

"Sistem sirkulasi adalah sistem transportasi yang berfungsi untuk mengangkut berbagai zat di dalam tubuh."

Aku terkekeh sejenak, "ternyata di dalam tubuh ada alat transportasinya toh." Hsshh, aku pikir alat transportasi tubuh itu seperti mobil, truk, kereta. Ngaco sekali diriku.

Ku balik lembar kemudian, kembali meresapi setiap pelajaran. Oh ya, pelajaran Sains itu favoritku. Cita-citaku ingin menjadi dokter sih. Ku pikir dokter itu sangat keren, dokter itu seperti pahlawan. Walaupun resiko menjadi dokter itu sangat besar.

Tiba-tiba sebuah tepukan di bahuku membuatku terlonjak kaget, walaupun tepukan itu sangat pelan sih. Aku menoleh melihat pemilik tangan itu. Kini wajahku sudah ternganga tak percaya, duh aku bahkan kelihatan seperti orang bodoh.

"Maaf, kaget ya?"

Itu Kak Arthur.

Lagi-lagi aku bertemu dengannya. Sepertinya dewi fortuna sedang memihak padaku. Kak Arthur tersenyum padaku, lagi-lagi senyuman yang selalu membuatku luluh.

Senyuman yang selalu aku lihat dari jauh, namun sekarang terlukis jelas di depan mataku.

Aku tersenyum kikuk, aku harus menjaga image. Cukup sudah kemarin saja bikin urat malu putus.

"Iya, kakak tiba-tiba dateng terus nepuk bahu ku. Kan aku kaget."

Kak Arthur terkekeh, mungkin melihat wajah terkejutku tadi yang komuknya minta ampun.

KAMELEONWhere stories live. Discover now