Eps 19. Terbongkar

335 51 4
                                    

'I-itu? Mantan tunangan Neji?! Bagaimana bisa disini?!!' batin Tenten.

Tenten mengerutkan kening. Wajahnya begitu bingung dengan apa yang terjadi sekarang.

'Apa yang terjadi? Apa aku bermimpi atau apa?' batin Tenten bertanya tanya.

________________________________

POV Naruto ON

Aku meninggalkan Tenten, Neji dan Nega untuk membeli sarapan pagi bersama Hinata. Ku rasa, sekarang Neji menceritakan tentang dari mana ia tau operasi Tenten.

Kita berjalan menuju mobil sport putihku. Entah mengapa, suasana begitu hening.

Tanpa berlama-lama aku menyetel lagu kesukaanku di mobil.

"Once i was seven years old~"

Senandung pelan Hinata terdengar di telingaku. Aku menoleh ke arahnya sambil mengemudi.

"Itu lagu kesukaan ku." Ku memberi senyuman khas ku padanya.

Pipinya terlihat sedikit memerah, ia membalas tatapanku dengan senyum kecil.

Aku langsung menggenggam ponsel dan mulai merekam nyanyian Hinata.

Suaranya begitu merdu walau terdapat latar belakang lagu asli, namun aku yakin nyanyiannya pasti dapat terekam.

Crittt!

Kita berhenti didepan sebuah cafe. Cafe itu bercat abu abu muda dengan campuran warna putih, sangat minimalis namun nyaman. Letaknya dekat dengan rumah sakit, sehingga hanya butuh beberapa menit.

Drtttt! Drtttt!!

Suara ponsel Hinata berbunyi saat aku mau turun dari mobil.

"Naruto, aku akan menyusul. Kamu duluan ya." Kata Hinata menatap ku sambil memegang ponsel miliknya.

"Oke, ku tunggu."

Aku berjalan masuk kedalam cafe itu dan memesan beberapa croissant coklat, roti panggang dan teh atau kopi serta membayarnya.

Hinata datang menghampiri ku dan memesan sarapannya sendiri.

Kita langsung kembali secepatnya untuk sarapan bersama Tenten dan Neji.

Setelah melewati pintu depan rumah sakit, aku menyuruh Hinata duluan supaya mereka bisa sarapan lebih cepat.

Saat aku membuka layar ponselku, ternyata rekaman suara tadi masih menyala.

Aku mencoba mendengarkan ulang nyanyian Hinata. Benar dugaan ku, suaranya tetap jelas walau pelan.

Aku mendengarkannya sambil melangkah keluar dari parkiran menuju kamar Tenten. Tak terasa, lagunya sudah habis dan aku membiarkan rekaman itu berputar.

Drttt! Drrttt!

"Naruto, aku akan menyusul. Kamu duluan ya."

"Oke, ku tunggu." Suara terakhir ku.

"Belum." Selanjutnya hanya berisi percakapan Hinata.

"Tentang 'The King' ?"

Apa? Dari mana Hinata tahu?

"Aku dan Neji sudah dekat dengan mereka."

Mereka siapa? Aku dan Tenten?

"Baik. Aku akan mencari informasi lagi."

Informasi? Ada yang tidak beres. Apa Hinata mata mata? Bagaimana dia tau tentang bos ku? Siapa dia? Neji juga terlibat?

Clit.

Buk.

Aku berhenti didepan lorong rumah sakit mendengar isi rekaman itu.

Apa ini benar Hinata? Ada yang aneh.

Aku berlari secepat mungkin ke kamar Tenten.

BRAK!

Semua mata mengarah ke keberadaan ku. Mereka semua terlihat kaget, begitu pula Nega.

Aku menarik kasar tangan Hinata keluar ruangan dan menutup pintu kamar dengan kencang.

Kita berbicara tepat di samping pintu luar kamar.

Hinata begitu kaget dengan perlakuanku. Aku berjalan maju mendekatinya, sedangkan ia berjalan mundur.

Punggung Hinata sudah menempel dengan tembok. Aku terus mendekatinya. Aku menatap lekat kedua matanya dari jarak yang begitu tipis.

Kedua mata lavender miliknya bersinar memantulkan sedikit cahaya berwarna hijau. Terdapat pola pada titik-titik cahaya hijau dimatanya.

Sudah jelas. Ini pasti softlens perekam gambar.

"Kau mata mata ya?" Kataku menatap kedua matanya dengan tajam. Ia tak menjawab sama sekali, hanya melebarkan kedua matanya pertanda kaget dan menatap ke arah lain. Dalam trik psikolog, dia pasti berbohong.

"Benar." Jawab ku mewakili jawabannya. Aku tidak ragu.

Aku menjauh meninggalkan Hinata yang terdiam disana. Aku tak menyangka jika gadis yang aku cintai ternyata tidak sesuai dugaan ku. Semua perasaan bercampur aduk.

Aku membuka pintu kamar Tenten. Tenten masih berbaring di ranjang dengan infus di tangan kanan dan Nega di atas perut nya.

Aku mencabut infus Tenten dengan cepat. Mata Neji dan Tenten kebingungan dengan apa yang aku lakukan.

"Kita pergi sekarang, Ten." Kataku yang masih sibuk membereskan barang-barang kita.

"Ada apa?!" Teriak Neji yang tidak terima dengan tindakan kasar Naruto pada Hinata dan Tenten yang tiba-tiba.

Kedua mata biru milik ku menatap tajam mata lavender dihadapan Tenten. Amarahku mulai naik.

BRAKK!!!

Aku menggebrak meja kecil di samping ranjang Tenten. Suara gebrakan begitu keras sampai mengagetkan seisi ruangan.

"Naru? Ada apa?" Tanya Tenten yang kaget karena perlakuanku.

"Cukup." Kataku pelan dan masih menatap Neji.

Aku langsung membawa tas selempang berisi semua barang, menggendong Tenten dengan kedua tanganku dan Nega di pelukan Tenten.

Aku pergi keluar ruangan meninggalkan Neji disana.

"Hei! Tunggu!" Teriak Neji meremas baju di punggungku.

Aku berhenti tepat di pintu. Hinata masih setia berdiri di posisinya tadi dan Neji meremas bajuku.

"Pergi." Kataku kepada kedua Hyuga bersaudara.

Tangan Hinata menyentuh tangan Neji. Kemudian Neji melepaskan remasan tangannya tanpa berkata apapun.

Aku kembali berjalan menjauh dari mereka.

POV Naruto OFF

Tenten melambaikan tangan kearah Hinata dan Neji dari gendongan Naruto. Wajahnya terlihat sedih.

"Tenten belum pulih. Tapi ada apa?" Tanya Neji menatap lekat mata Hinata dengan kebingungan.

"Dia tahu pekerjaan kita." Hinata menatap kebawah dan jatuh cairan dari kelopak mata nya.

[›.‹] TBC.

Be Free With You (Nejiten) FINWhere stories live. Discover now