Eps 23. Operasi

329 48 0
                                    


“JANGAN PERGI!! Ayah, jangan pergi.” Teriak Ibu Tenten dari kejauhan. Ia berusaha mengejar suaminya.

“BERISIK!” Ayah Tenten pergi dari rumah dan berjalan semaunya. Ia sangat marah karena istrinya tidak menyediakan makan malam. Padahal ibunya baru saja pulang kerja.

Tanpa ia sadari, ia menuju jalan raya. Pandangannya sedikit buram setelah meminum alkohol. Tiba-tiba mobil sedan dengan kecepatan sedang menghampiri dan menghantamnya dengan keras.

BRAK!

DOR! DOR! DOR!

POV Naruto ON

“TEN!” Teriak ku.

Tiba-tiba suara ledakan keras terdengar dari belakang pintu baja. Pasti mereka berhasi masuk. Namun, fokusku beralih pada Tenten. Ia tidak sadarkan diri dan terjatuh di pelukanku. Lagi-lagi aku gagal melindunginya, ini semua salahku. Bodoh! Bodoh! Naruto Bodoh!

Suara tembakan tim dan polisi menyelimuti ruangan, tapi aku menggendong Tenten dengan kedua tanganku perlahan keluar dari kekacauan itu. Setelah berada diluar, ku membawa Tenten ke ambulance yang sudah berjaga disana.

Sampai di rumah sakit, ia langsung dibawa ke ruang operasi.

3 jam berlalu. 11.00 pm.

Muncul Neji dan Hinata yang masih menggunakan pakaian misi tadi. Terdapat bercak darah di kemeja Neji dan rambut Hinata yang sedikit berantakan. 

“Bagaimana?’

“Masih belum.” Jawabku.

Tiba-tiba pintu operasi terbuka dan muncul seorang dokter.

”Ah, keadaan pasien sekarang pendarahan dan ia butuh tambahan darah secepatnya.” Kata dokter padaku.

“Pakai darahku saja.” Jawabku langsung sambil menyerahkan tanganku.

“Golongan darah bapak apa?”

“B.”

“Tidak bisa pak. Jika pasien golongan darah O harus memiliki pendonor yang sama.”

“Biar aku saja.” Suara Neji dengan lantang langsung mengikuti langkah dokter.

6 jam berlalu. Matahari mulai muncul perlahan. Operasi telah selesai dan kami berada di kamar rawat pasien. Tenten masih memejamkan mata karena efek obat bius. Situasi ruangan sunyi tanpa pembicaraan sejak awal.

Neji menatapku dan memulai pembiacaraan.

“Misi selesai. Kasus kau dan Tenten akan ditangani pengadilan. Kami punya pengacara yang bisa membantu, paling lama pidana 3 bulan seharusnya.”

“Baiklah. Apa artinya kami sudah bebas?” Aku menatap wajah Tenten yang  masih terbaring.

“Iya, setelah pidana.”

“Terima kasih. Terima kasih banyak atas bantuan kalian.” Aku tersenyum lega sekaligus bahagia. “Ah, sudah jam 8. Aku akan beli sarapan sebentar.”

“Aku ikut.” Kemudian Hinata mengikuti langkahku.

Kita berjalan menelusuri lorong parkir. “Kamu seharusnya istirahat.”

“Tidak. Ku baik-baik saja.” Senyumannya terasa hangat, aku yakin dia pasti kelelahan.

Kami menuju ke sebuah restoran sushi dekat rumah sakit. Saat ingin memesan, tiba tiba ponselku berdering.

“Halo, ada apa, Neji?”

“Ha-halo. Naruto, Tenten… Tenten kritis. Detak jantungnya… hilang.” Suara Neji terdengar merintih.

“APA?!”

Kita berlari menuju mobil dan kembali ke rumah sakit. Disana dokter baru saja keluar dari ruangan. Aku membuka pintu dengan keras. Neji memegang tangan Ten sambil bersandar pada kursi. Matanya berlinang air mata.

“TENTEN?!!! ADA APA?!!” Teriak ku panik.

“Tadi... Tapi sudah ditangani dokter. Di-dia sudah baik se-sekarang.” Katanya sambil mengelap air mata.

Setelah kejadian itu aku takut meninggalkan Tenten lagi. Aku sudah gagal melindunginya dua kali. Ditambah nyawanya hampir menghilang. Tapi, aku yakin mereka juga kelaparan. Kita belum makan dari malam. Tapi.. Bagaimana kalau ini terjadi lagi? AAHH SIAL!

“Aku akan membeli makan dibawah sebentar.” Kata Neji tiba-tiba. Ia langsung keluar ruangan secepatnya.

“Baiklah.”

Terima kasih, Neji atas pengertiannya.

Hanya ada ku dan Hinata. Hening.

“Neji… Neji adalah orang yang paling kuat yang pernah kulihat. Se-seberat apapun masalah yang ia hadapi. Apapun itu, dia tidak pernah menangis. Hanya satu hal yang pernah membuatnya menangis. Kematian ibunya. Itu kejadian yang paling menyakitkan. Kehilangan salah satu orang yang paling disayanginya… Aku yakin, aku sangat yakin kalau Tenten, juga sangat berharga baginya.” Hinata memegang bahuku perlahan.

Tapi apa benar Neji bisa melindungi Ten? Apa mereka benar benar memiliki perasaan yang sama? Apakah…?

Ckreettt...

Neji masuk dan membawa empat bungkus ramen. Kita makan bersama dan menyisakan satu untuk Ten, berharap ia cepat bangun.

Tringg!!! Tringg!!!

Kita mencari cari sumber bunyi, ternyata itu ponsel Ten. Bertuliskan ‘Ibu’.

“Bagaimana ini?” Tanya ku panik karena tidak mungkin menjelaskan keadaan Ten sekarang. Ibunya bahkan tidak mengenalku.

Tringgg!!! Tringgg!!

“Halo, Ten.”

“Halo? Halo tante.”

“Ini siapa ya?”

“Ah, saya Naruto, tante. Saya sahabat Tenten sejak SMA. Tenten sedang istirahat karena sakit.”

“Ah?! Sakit apa?”

Ah, Tenten sering mag sejak kecil. Itu alasan yang bagus.

“Mag nya kambuh lagi. Baru saja selesai makan dan minum obat. Kalau dia sudah bangun akan saya kabari lagi, tante.”

“Oh, mag ya. Dia memang sering sakit sejak kecil. Tolong dijaga ya. Oh ya, tolong kabari dia, ini kabar buruk dan baik. Ayahnya kecelakaan dan masuk rumah sakit Kyoukai. Dia sudah sadar sekarang dan sangat ingin menemuinya.”

APA?!!! Dia ada dirumah sakit ini?!

[›.‹] TBC.

Sisa 2 eps lagii lohh... Hehehee... Abis itu finish yeayy...

Be Free With You (Nejiten) FINWhere stories live. Discover now