Eps 8. Orang Tua Tenten

479 51 5
                                    

"Siapa itu, Ten?" Tanya Neji menatap wajahku dari samping.

"Huaaa huaaa! Mama!! Papa!!" Teriak gadis kecil sambil menangis. Anak itu sendirian di tengah taman. Aku langsung menghampirinya.

"Hai. Dimana orang tuamu, sayang?" Tanya ku memulai percakapan.

"Aku enggak tahu. Huaa~" kedua mata gadis itu bengkak dan terlihat ketakutan diwajahnya.

Neji menghampiriku dan menyetarakan tingginya dengan gadis itu.

"Baiklah, kami bisa membantu mu." Kata Neji mengembangkan senyuman tulusnya.

Neji menggendong gadis itu dan aku mencoba menenangkannya agar berhenti menangis.

Kita membawanya ke pusat pencarian dan menanyakan ciri-ciri kedua orangtuanya.

Tak lama kemudian ada seorang lelaki muda dengan topi kumpluk coklat dan kaos biru datang membawa kamera ke arah kami.

"Ah, permisi tuan, nyonya. Maukah kalian membeli hasil foto saya?" Tanya lelaki muda itu.

"Foto?" Aku bertanya.

"Iya, kalian bergaya disana, saya foto dan langsung cetak disini."

"Ah, maaf-" kata Neji yang langsung dipotong oleh lelaki muda itu.

"Kumohon tuan, nyonya. Aku harus menabung untuk biaya jajan ku sendiri."

Akhirnya setelah mendengar permohonan lelaki itu, aku memutuskan untuk membeli hasil fotonya.

CKREK!

"Ah, kalian sangat serasi. Aku jadi iri." Lelaki itu memberi dua hasil cetak foto sesuai permintaanku dan aku langsung membayarnya.

Di foto itu tampak Neji dengan jas hitam dan kemeja putih. Ia bertampang datar seperti triplek. Ia menggendong gadis kecil bersurai coklat tua dengan bola mata hitam lebar, wajahnya tersenyum. Sedangkan aku tersenyum ke arah sang gadis itu dengan tangan masih menggelitiknya.

Stelah lelaki dengan kamera itu pergi, kedua orang tua gadis itu datang. Neji menurunkan sang gadis dari gendongannya. Gadis kecil itu tersenyum ke arah Neji dan aku.

"Terima kasih. Ku harap aku bertemu kalian lagi" bisik sang gadis sambil tersenyum lebar.

Kedua orang tuanya berterima kasih dan membawa gadis itu pergi. Kita melambaikan tangan ke arahnya.

TIT TIT TIT!

Jam 11 malam.

"Aku harus pulang. Nega menungguku!" Aku berteriak ke arah Neji.

"Ne-nega?"

"Iya, anjing kecil yang baru ku temui tadi siang. Aku pulang dulu ya!! Terima kasih Neji!" Aku tersenyum ke arahnya sambil memberi selembar foto tadi padanya.

_______________________________

Ting! Ting! Ting!

Jam 8 pagi.

"Ayo Nega!" Aku mengenakan pakaian santai dan membawa Nega memasuki mobil.

Ekor Nega turun kebawah, artinya ia ketakutan sekarang.

Aku melapisi jok di sebelah pengemudi dengan taplak plastik, lalu meletakan Nega kecil di atas sana. Tak lupa membawa seluruh peralatan Nega, kemudian aku menginjak gas, melaju dengan mobil hijau ku.

Tenten: Ibu, aku berangkat.

SEND

POV Tenten OFF
_____________________________

Tenten menginjakan kaki keluar dari mobil, meninggalkan Nega sebentar disana. Kemudian, ia membuka gerbang rumah yang ada dihadapannya.

Rumah itu cukup luas. Ada taman dibagian depannya, mobil hitam keluarga dan rumah berwarna abu-abu. Ia berjalan perlahan mengenang semua memori lamanya. Memori manis yang tak pernah ia lupakan.

Tok tok tok

Cklekk!

"Ah! Ten." Seorang wanita paruh baya membuka pintu. Wajah mereka sangat mirip. Hanya berbeda sekitar dua puluh tahunan.

"Ayo masuk." Ia memegang tangan Tenten dan membuka pintu lebar-lebar.

Seluruh barang dirumah ini masih sama seperti sedia kala.

Tenten duduk di sofa ruang tamu. Memandang sekitar. Sang ibu datang membawa dua gelas teh ocha dan duduk disebelah anaknya.

"Ten, bagaimana keadaanmu? Sudah sarapan?"

"Aku baik, bu. Aku berolahraga rutin dan makan teratur. Ibu dan ayah bagaimana?" Kedua bola mata Tenten menatap lawan bicaranya. Wajah ibunya selalu tampak muda bagi Tenten. Mata coklat tua milik ibunya selalu menatapnya dengan hangat.

"Kami baik,Ten. Kalau pekerjaan mu?"

"Lancar kok. Aku jadi karyawan terbaik di kantor ku. Hehehe." Tenten memberi senyum khasnya.

Sang ibu tersenyum memandang wajah anaknya yang sudah dewasa. Tenten adalah anak kesayangan satu satunya yang ia miliki jadi, ia sangat membanggakan Tenten.

Tenten mengotak-atik tasnya. Ia mengeluarkan segepok kertas dan memberinya kepada ibunya.

"Tak usah repot-repot, Ten. Ibu masih bekerja." Ibunya selalu berusaha menolak pemberian Tenten.

Sudah lebih dari lima tahun, Tenten memberi uang sebesar lima juta setiap dua minggu sekali. Awalnya ibunya kebingungan, ia berpikir kalau Tenten berkerja sebagai penggoda di bar atau karyawan yang dihamili bos nya.

Seiring waktu sang ibu yakin kalau Tenten anak baik-baik. Tenten pernah menunjukan kalau ia sempat berkerja di sebuah toko baju yang cukup terkenal dan sekarang sebagai karyawan di Uchiha Corp.

_________________________

Tenten berjalan ke ruang tamu. Ia baru saja selesai dari toilet.

Tepat didepannya, seorang lelaki paruh baya bersurai coklat muda menatap kedua matanya.

"Siapa kamu? Pergi dari sini." Tatapan matanya tegas.

"A-ayahh."

"Aku bukan ayahmu. Enyahlah."

Tenten memandang ke bawah dan menghela nafas. Ia tahu ibunya sedang memperhatikan mereka, tetapi ibunya tidak bisa berbuat apapun.

Tenten tersenyum ke arah ayahnya, kemudian berjalan menuju pintu rumah.

"Jangan lupa kabari aku ya." Tak lupa senyuman khasnya yang dilontarkan saat berkata kepada kedua orang tuanya.

"Terima kasih, Ten. Hati-hati dijalan." Kata ibunya mengantar kepergian nya.

___________________________

'Apa itu orang tuanya? Uchiha Corp?' Batin Neji mendengarkan percakapan Tenten di bluetooth handsfree miliknya.









Halo haloo~

Baru update lagii nihh.. smoga g pada bosen yaa :')

Jangan lupa komment pote polow yahh~ Maachi!

[›.‹] TBC

Be Free With You (Nejiten) FINWhere stories live. Discover now