Bab 17 : BOSS

1.3K 193 7
                                    


Sosok tegap itu masih berdiri tegap menghadap keluar jendela besar kamar miliknya. Di tangan kirinya memegang ponsel, sebelah lagi dia selipkan disaku celana bahannya. Kepalanya terdapat plester luka dibagian pelipis dan bagian bawah dagu.

Dia menghela napas lemah, menatap ponselnya sekali lagi. Alisnya mengerut dalam menatap wallpaper ponsel. Gadis manis dengan cepol dua dikepala, raut wajahnya cemberut lucu. Genggaman tangannya semakin erat.

Seseorang mengetuk pintu kamarnya, "masuk", dia berseru pada orang diluar.

"presdir", pria muda yang masuk menyapa seraya membungkukkan badannya.

"apa kau sudah melakukan apa yang kusuruh", dia bertanya dengan nada datar. Ekspresinya tetap tenang tanpa emosi.

"hai' sudah saya lakukan sesuai perintah presdir",

Raut wajah lega terpancar dari matanya, "em, kau boleh pergi",

Bawahan itu membungkuk pamit.

Dia kembali menatap keluar, seperti menerawang sesuatu, tatapannya kosong.

"Neji?",

Maito gai masuk ke kamar keponakannya tanpa permisi.

Neji menatap pamannya sejenak, dia tersenyum pendek, "paman", kakinya berjalan mendekat.

"bukankah dokter sudah mengatakan untuk beristirahat total, dan tidak membiarkanmu berpikir terlalu keras",

Neji hanya tersenyum kembali, "ini hanya beberapa hal",

Dia teringat sesuatu, "paman, lusa aku akan kembali ke kantor",

"kau ini", gai merasa marah dengan keponakannya.

"ada hal-hal yang harus ku tangani sendiri di kantor", dia berkilah.

Gai mengurut pelipisnya, "Neji... kau masih memikirkannya?",

Neji hanya terdiam tanpa mau menjawab.

Suasana hening terjadi.

"aku hanya ingin memastikan sesuatu", tangannya memutar cincin dijari manis miliknya.

.

.

.

.

.

"Aku apa!", Tenten berseru pada si gendut dajjal, Darui manager tim miliknya.

"selamat, kau dipindah tugaskan menjadi Asisten presdir, mitarashi Tenten", dia berkata acuh tak acuh, "kau bisa mulai membereskan mejamu dan memindahkannya ke lantai 30, kau akan melapor pada sekretaris Sato",

Tenten masih cengo ditempat, dia dalam keadaan bahagia yang tanggung.

"kau boleh pergi", si gendut ini mengusirnya secara halus.

Tenten berjalan dengan linglung, dia mengacak-acak Rambutnya hingga sanggul rapinya berantakan, 'apa-apaan ini!'. Dia membanting Tubuhnya di kursi duduk mejanya, wajahnya terlihat seperti orang yang baru ditagih hutang satu juta dolar.'neraka jalur ekspres'.

Tenten tiba-tiba berdiri dan berjalan dengan cepat, 'aku harus meminta penjelasan!'.

Langkahnya membawanya langsung ke lantai teratas gedung. Jantungnya berdetak kencang, lift baru saja terbuka. Dia melirik lorong sepi, 'Sangat sunyi disini'.

Dengan ragu, Tenten melangkah menyusuri koridor. Dia bertemu sekretaris utama presdir, sato tengah sibuk di desk depan pintu ruangan presdir.

"ah, umm permisi",

DAMN, I'M 23Where stories live. Discover now