Bab 14 : New Drama

1.9K 281 41
                                    

Tenten tengah duduk dengan lesu di halte bus, menunggu bus langganannya untuk segera pulang ke rumah. Ya tuhan, dia sangat lelah, jam telah menunjuk pukul setengah sepuluh malam. Manajer gilanya kembali membuatnya bekerja lembur bagai kuda. 'Sialan'.

Ada beberapa orang yang ikut menunggu seperti Tenten. dia benar-benar lelah. Akhirnya bus yang dia tunggu datang. Dia hampir tertidur dikursi.

Sebuah pekikan kecelakaan membuat mata Tenten terpenjat kaget seketika, hilang sudah rasa kantuknya. Kecelakaan itu terjadi didepan matanya. Kendaraan roll Royce hitam menghantam bagian belakang bus dengan keras. Bus sampai terpental maju beberapa meter jauhnya.

Tenten dan beberapa orang ditempat berlari hendak melihat mobil yang sudah hancur bagian depannya. Beberapa laki-laki berusaha mengeluarkan penumpang didalamnya.

Tenten masih diam termagu memperhatikan ditempat, beberapa orang mulai panik berteriak melihat asap yang mulai mengepul dari mesin mobil.

"sial, tangki bensin bocor! Cepat tarik mereka",

Tenten sempat mendengar seseorang mengatakannya dengan lantang. Dia memperhatikan mobil yang mengeluarkan asap dan percikan api dari mesinnya. Dia merasa tidak asing dengan mobil ini, sepertinya dia pernah melihatnya, tapi ... dimana?

Disaat dia tengah menggali Ingatannya, dua orang korban tengah dikeluarkan dari dalam mobil. Mata Tenten membelak terkejut melihat salah satu dari mereka. Orang-orang mengangkut keduanya menjauhi dari mobil, beberapa saat kemudian terjadi ledakan cukup besar, membuat mobil terbakar hangus.

Jantung Tenten berdebar keras, antara kaget dan takut. Badannya bergetar dingin. Orang-orang berteriak disekitarnya. Fokus Tenten kembali pada korban kecelakaan yang telah diamankan orang-orang. Dengan cepat dia berlari membelah kerumunan, matanya tertuju pada pria berambut panjang dengan luka serpihan kaca dimana-mana, darah mengucur dari lubang hidung, mulut hingga telinga. Tenten bergidik ngeri.

"Neji!", dia menyerukan namanya.

Kedua korban tidak sadarkan diri.

Tak lama ambulance datang mengangkut keduanya. Tenten yang didapati mengenali salah satu dari keduanya diminta untuk ikut serta kedalam ambulance.

Keduanya langsung diangkut keruang UGD rumah sakit untuk mendapatkan penanganan pertama. Tenten duduk dikursi tunggu depan ruang UGD. Pikirannya linglung. Perasaannya nano nano. Tangannya bergetar halus.

'apa yang kulakukan disini?', sebuah pertanyaan muncul dikepalanya. Dia menyugar rambut coklat miliknya.

'kami-sama, apa yang kulakukan disini, harusnya sekarang aku pulang dan berendam di bak mandi air panas, tidur lelap. Bukannya terjebak disini', Seperti orang bodoh dia duduk mengantuk dikursi. Dia melihat jam tangan yang sudah menunjuk pukul setengah sebelas malam.

Belum ada tanda-tanda orang keluar dari dalam ruang UGD. Terbesit sedikit rasa khawatir dihatinya. Bertanya-tanya bagaimana keadaan mereka. Memori otaknya terus memutar kejadian tabrakan barisan. Dia merasa butuh pskiater setelah pulang dari sini. 'ya tuhan', dia kembali mendesah lelah.

Seorang suster menghampirinya, dia bertanya mengenai kedua korban kecelakaan yang baru saja dibawa ke ruang UGD. Tenten menjawab sebisanya. Beruntung kartu identitas keduanya ditemukan jadi tidak banyak pertanyaan.

Belum selesai perkara, dua orang polisi mendatanginya menyanyakan kejadian perkara. Tenten harus menjelaskan kembali kejadian tabrakan tadi. Suaranya sudah lirih serak.

Kedua polisi itu mengangguk mengerti, mereka mengucapkan terima kasih dan pergi. Tenten diberi tahu jika ada sesuatunya nanti dia akan dijadikan sebagai saksi mata atas kecelakaan ini.

DAMN, I'M 23Where stories live. Discover now