92 : Sesak Untuk Yang Kedua

228 49 83
                                    

Erix tampak tertekuk kesakitan. Ia mencoba menahan, tetapi rasa sakit itu di liar kemampuannya. Tubuhnya terasa remuk seakan ada sesuatu dari dalam yang mencoba untuk meledak. Reaksi sama yang pernah ia rasakan saat pertama kali menerima Rune Psilakiel dari Leknaat saat mencabut Excalibur waktu itu.

"Erix, kau tidak apa-apa, Nak?" seru sang ibu yang khawatir. Ia mengusap punggung anaknya berharap bisa meringankan rasa sakit yang diderita. "Apa yang terjadi pada anakku!?"

"Tenangkan dirimu." Sosok laki-laki jelamaan katana yang tadi keluar dari tubuh Erix dalam pancaran energi listrik, turun dengan perlahan menghampiri Erix. Ia sentuh punggung pemuda itu dan menyerap semua energi berlebih.

Secara perlahan, ras asakit di tubuh tuannya itu menghilang. Erix pun tampak lega dan dapat bernapas dengan bebas.

"Senang melihatmu kembali ke tubuh semulamu, Miroku Muramasa," ujar Leknaat. Ia tersenyum. Namun, tetap dengan mata yang tertutup.

"Sepertinya aku memang tidak bisa lepas darimu, Kuishin," sahut Erix yang merasa lebih baik. Rasa sakit itu sudah hilang sepenuhnya.

Aura keberadaan Miroku sangat berbeda dari sebelumnya. Energi listrik sesekali muncul dan mengalir di tubuh. Secara fisik, tidak ada perubahan pada diri Miroku saat Erix bertemu dengannya dulu. Namun, pakaian yang dikenakan jelas berbeda. Yukata yang dipakai sekarang terlihat lebih gagah dan berkarisma. Sangat berbeda dengan dulu yang lebih seperti gelandangan. Dan juga, rambut dan janggutnya tampak lebih rapi. Seperti habis dari salon kecantikan.

Kuishin tersenyum dan mengucak rambut bocah tersebut. "Apa tidak masalah memaksimalkan bintang miliknya dengan cara instan seperti ini? Aku rasa tubuhnya masih belum siap."

"Itu benar. Aku tidak mau putraku menderita," sahut ibu Erix.

"Aku mengerti apa yang kau khawatirkan. Namun, perang kali ini adalah perang akhir. Perang ini akan menjadi titik penentu siapa yang akan kalah. Seperti yang aku katakan sebelumnya, jika ini perjudian, aku menambah harga yang aku miliki," jawab Leknaat menyampaikan apa yang menurutnya benar. "Oleh karena itu Erix, beban yang ada di pundakmu bukanlah beban ringan. Nasib Leavgard bergantung pada kemampuanmu dalam memimpin."

"Aku mengerti. Lagi pula, tidak akan aku biarkan dunia kelahiran ibuku dihancurkan." Ibu Erix tersenyum mendengar jawaban putranya itu.

"Dan juga Erix." Gilgamesh menjelaskan, "Satan hanya bisa ditebas dengan Pedang Aculon. Pedang itu terbuat dari logam surga yang sangat mulia dan murni. Dengan pengendalian energi cahayamu, seharusnya kau dapat memaksimalkan kemampuannya."

"Bukannya pedang itu sekarang sudah menjadi sangkar yang mengurung Satan?" tanya Erix penasaran.

"Saat Satan bangkit, Kurungan Saqar akan kembali ke wujud pedang. Aku sudah menambahkan hak milik pedang pada salah satu bintang yang aku berikan. Jadi, kau hanya perlu mamanggilnya saja," jelas Leknaat.

"Terdengar lebih mudah," jawab Erix mengerti. "Dan juga, aku ingin bertanya satu hal. Suara yang didengar Jean D'Arc apakah itu suaramu?"

"Tentu saja bukan. Suara yang di dengar Jean adalah suara Dewa tertinggi, Dewa Lignum," jawab Leknaat.

"Benar juga. Kenapa pasukan dewa tidak membantu sama sekali untuk menghentikan pasukan iblis. Di mana mereka sekarang? Leavgard punya Dewa Perang, 'kan?" Pertanyaan yang selama ini ia simpan, akhirnya terucap dengan sosok yang terpat.

"Bukan tidak ada, pasukan itu ada. Namun, dari semua makhluk surga, hanya aku yang bisa turun ke dunia. Semua itu karena kehebatan Satan. Ia menutup jalur surga sehingga tidak ada satu malaikat atau dewa lokal yang bisa kembali ke dunia. Dia tahu betul cara menghalangi kami," jelas Leknaat. Ia mendongak ke atas untuk mengenang kembali ingatan lama yang tersimpan di sudut otak. "Marina, seorang gadis lugu yang sangat fanatik akan agamanya. Ia mengorbankan tubuhnya untukku dan mengikatnya dalam penjanjian suci. Ikatan itulah yang membuatku bisa kembali turun ke dunia.

Dungeon Hallow 2Where stories live. Discover now