142 : Perpisahan Kedua

125 32 35
                                    

Erix nampak bersantai di sebuah taman bunga yang luas. Di atas semacam bukit kecil, terdapat sebuah pohon yang rimbun dan hijau. Di bawah pohon tersebut ada sebuah kain piknik yang terbentang. Bahkan di atas kain itu sudah ada beberapa makanan yang tampak lezat.

Namun, bukan itu yang Erix perhatikan sekarang. Kedua matanya tertuju pada seorang gadis cantik yang sibuk menyiapkan semua makanan. Rambut hitam panjangnya, sesekali dibelai angin membuatnya tampak anggun dan memukau. Erix jatuh cinta lagi padanya.

"Erix!" panggil wanita itu dengan lambaian tangan nan lembut. Senyuman di wajahnya membuat Erix tak peduli akan apa pun.

Senyum di bibir Erix ikut merekah dan segera dia hampiri gadis tersebut. "Haruka!" Langkah lebar dia kerahkan dan dalam waktu singkat, dia sudah berhadapan dengannya.

Kedua sejoli itu saling tatap sesaat, membuat rasa yang besar di dalam hati mereka tumbuh dan berkembang menjadi cinta.

Erix mengusap pipi Haruka dengan lembut. "Kau sangat cantik."

Wajah Haruka seketika memerah dan dia tampak malu. "Kau terus merayuku, apa tidak bosan?"

"Aku tidak akan pernah bosan mengagumi kecantikanmu karena kau begitu sempurna."

Haruka meraih tangan Erix yang membelai pipinya dan dan ia usap-usap ke tangan kekasihnya tersebut. "Terima kasih. Aku sangat senang."

"Aku akan selalu membahagiakanmu, Haruka. Selalu. Karena kau begitu spesial bagiku."

Haruka langsung memeluk Erix. Menenggelamkan wajahnya ke dada pemuda itu. "Kau tidak akan meninggalkanku, 'kan?"

"Tentu saja aku tidak akan meninggalkanmu." Erix membalas pelukan Haruka.

"Kau akan selalu di sini bersamaku, 'kan?"

"Ya. Kita akan selalu di sini dan bahagia bersama." Erix merapatkan pipinya ke kepala Haruka dengan begitu lembut dan kasih sayang. Aroma harum setiap helaian rambut Haruka membuat hati Erix terasa tenang.

"Janji?"

"Ya. Aku janji." Erix mengecup dahi kekasihnya.

Haruka pun melepas pelukannya. "Aku memasak banyak makanan untukmu. Apa kau mau mencicipinya?" tanya Haruka.

"Tentu saja!" jawab Erix cepat. "Masakanmu adalah favoritku."

Haruka mengambil sepotong biskuit dan diarahkan ke mulut Erix. "Aaaa ...."

Erix tersenyum dan ia memakan biskuit tersebut. Rasa manis dan renyah lumer mulutnya. "Ini enak sekali!"

"Kau berlebihan, itu hanya biskuit biasa."

Erix pun tertawa. "Tapi ini enak."

Senyuman Haruka, tawa Haruka, aroma Haruka, lembut pipi Haruka dan setiap helaian rambut hitam Haruka membuat Erix merasa sangat bahagian. Dia tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya membuatnya tak ingin kehilangan momen tersebut.

Atmosfir merah jambu yang membalut dan aura kebahagiaan yang terus terpancar membuat Erix terlena dan larut di dalamnya. Bahkan, kenyataan kalau Haruka sudah mati, dia kubur di hati terdalam sebagai mimpi buruk yang tak pernah terjadi.

Kebahagiaan sejati ada di depan matanya sekarang. Haruka hidup dan tersenyum, bahkan menyuapinya biskuit renyah dan manis.

Hati kecil yang mencoba menyangkali, pun tidak dipedulikan. Dia sudah membutakan diri dengan kenyataan, dan menulikan diri dengan realitas yang ada. Kebahagiaan yang ia rasakan sekarang, tidak akan pernah dia tinggalkan.

... Erix Arthur! Sebuah seruan menggil namanya terdengar oleh Erix. Suara laki-laki itu cukup asing dan dia tidak mengenalinya. Namun, karena ada yang memanggil, Erix pun terusik.

Dungeon Hallow 2Where stories live. Discover now