60 : Sang Professor Gila

304 62 20
                                    

Barca yang berwujud Cyclops – makhluk bertubuh besar dengan masa otot yang menggelembung dan bermata satu, terlihat sedang melakukan sesuatu. Dari tangannya, keluar energi kuning kehijauan dan membentuk sebuah gada besar sehingga tampak seperti gada hologram. Sepertinya, dia sudah siap dengan senjatanya.

Sedangkan Agraha, yang sekarang berwujud Hekatonkheires – makhluk bertubuh besar dengan masa otot kekar yang ditumbuhi empat pasang lengat dan deretan kepala manusia melingkari lehernya, melesat dan melayangkan empat tinju tangan kanannya ke arah lawan.

Erix yang sejak tadi sudah bersiaga dengan pedang Excalibur di tangannya, langsung menghindar ke sampaing dan sekaligus memebalas keempat lengan tersebut. Namun, Barca datang dan menghalangi laju pedang Erix dengan gada hologramnya.

Di waktu bersamaan, Agraha meluncurkan empat lengan kirinya di saat Erix tidak siap akan datangnya serangan susulan. Pemuda itu terhantam dua dari empat tunju tersebut dan terhempas.

"Sial, pukulannya sangat kuat," ujar Erix yang mencoba kembali berdiri.

"Papa tidak apa-apa?" tanya Dera. Suara gadis kucing itu meresap masuk ke kepala Erix.

"Tidak apa-apa. Pukulan seperti itu tidak mungkin bisa mengalahkanku," jawab Erix sambil kembali bersiap. Ia hunuskan Excalibur ke depan.

"Papa, untuk sementar, berjuanglah sendirian. Aku merasakan energi besar dari dalam pabrik. Jadi, aku akan menyiapkan sesuatu dulu untuk situasi terburuk kelak," ujar Dera. Erix tidak tahu persiapan apa yang sedang direncankan Dera. Namun, untuk sekarang, Erix lebih memilih mempercayainya.

"Baiklah. Tapi jangan lama-lama," jawab Erix dengan nada suara pelan.

Hekatonkheires kembali melesat. Saat dirinya sudah agak dekat dengan Erix, ia meloncat ke depan untuk mempercapat gerakannya. Kali ini, delapan lengan itu, langsung dikerahkannya bersamaan. Delapan kepalan tangan meluncur seperti piston, memukul Erix secara beruntun. Segera Erix meloncat ke belakang untuk menghindar. Namun, gerakan itu sudah diprediksi Cyclops dan langsung menghantam lawannya itu dengan gadanya.

Erix langsung membenturkannya dengan pedangnya sehingga serangan Barca berhasil di tanah. Sialnya, dampak serangannya cukup besar membuat Erix sedikit terhempas.

Tidak puas dengan serangan sebelumnya. Agraha melesat ke tempat Erix dan menghantamkan kedelapan pukulan. Pemuda itu langsung memposisikan pedangnya untuk menepis semua pukulan. Namun, tidak semuanya berhasil di tahan. Serangan terakhir lawan mendarat telak di tubuhnya. Segumpal liur yang kebetulan berkumpul di mulut Erix, termuntahkan seketika dan ia kembali terhempas.

Kedua makluk berotot kekar yang sekarang menjadi lawan Erix, begitu hebat saat bekerja sama.

Hekatonkheires kembali melesat untuk melakukan serangan yang sama. Namun, Erix mengalirkan sedikit saja energi ke pedangnya membuat Excalibur terbakar. Dengan cepat ia ayunkan pedang tersebut membelah udara dan melepas api yang membakarnya. Kobaran menghantam Agraha dan tanah bersalju di sekitarnya. "Langkahmu cukup sampai di sana!" seru Erix yang sudah kesal.

Jeritan menyakitkan terlontar dari mulut Agraha. Ia mencoba meloncat mundur. Namun, api sudah melahabnya. Ia sekarang berguling di tumpukan salju sambil berteriak kesakitan.

Erix tidak tinggal diam. Ia lengsung melesat untuk menyerang lawan yang terbakar itu. Di waktu yang sama, Cyclops juga meluncur untuk melindungi temannya. Ia mengayunkan gadanya dan berniat menghantam pemuda itu.

Sayangnya, niat Erix untuk menyerang Agraha hanyalah tipuan. Hal itu ia lakukan untuk memancing Barca. Dan beruntungnya, semuanya sesuai rencana. Saat Barca melesat, Erix justru berbelok ke arahnya dan langsung menghujamkan Excalibur. Serangan itu begitu capat dan akurat. Saat ini, Excalibur sudah bersarang di tubuh berotot itu.

Dungeon Hallow 2Where stories live. Discover now