117 : Mermaid Yang Jelek

169 34 95
                                    

Erix sekarang terbang di atas laut lepas. Garis horizon panjang yang seakan menunjukkan jarak tanpa batas itu, menjadi sahabat karibnya.

Tentu Erix bukan sedang berwisata sekarang. Dia mencari sarang para mermaid dan merman yang sudah ia selamatkan sebelumnya. Namun, bagaimana dia mencari dan dari mana dia memulainya itu menjadi tantangan tersendiri. Sialnya lagi, dia tidak tahu siapa orang yang bisa menunjukkan sarang makhluk tersebut. Leknaat dan Wasalu tidak bisa ia panggil lagi. Lagi pula, memanggil dewa secara paksa merupakan suatu tindakan yang tidak sopan.

Jika tidak salah ingat, saat para mermaid dan merman meninggalkan teluk, mereka berenang ke arah barat dari sisi Pulau Beku. Namun, seberapa jauh dan seberapa dalam tempat tingga mereka, Erix benar-benar buntu. Dia tidak tahu harus mengarah ke mana, hanya terbang pelan mengarungi samudra.

Teriknya sinar mentar menjadi lawan yang harus ditahan. Haus, tentu saja. Namun, Erix sudah cerdas sekarang. Tidak seperti sebelumnya yang selalu pergi tanpa persiapan. Dia menyimpan banyak stok air dari danau yang tidak sengaja ia ciptakan sebelumnya di body bag.

Tidak sengaja, di ujung horizon, Erix melihat ada banyak sekali burung terbang di atas area air laut. Ia penasaran dan terbang menghampirinya.

Di sana ada banyak sekali ikan sedang berkerumun di atas permukaan. Entah apa yang terjadi di lautan membuat mereka ketakutan sampai ke lapisan air paling atas.

Burung-burung aneh – yang berbentuk seperti bangau, tapi berbulu halus seperti kucing dengan satu kaki, tampak asik berpesta.

Namun, Erix merasakan firasat buruk jika terus berdiri di atas kerumunan ikan itu. Segera ia melayang mundur untuk menjauhi kerumunan burung tersebut. Dan benar saja, seekor paus raksasa meloncat tiba-tiba dari permukaan air menyantap semua ikan dan burung di tempat tersebut. Erix terkejut bukan kepalang dan reflek melempar Tombak Poseidon.

Saking terkejutnya ia sampai-sampai senjata yang tersimpan di body bag-nya itu keluar dari tubuhnya dan menghujam di bagian kepala paus hingga tembus. Tubuh ikan yang lebarnya mungkin sekitar sepuluh meter itu mati seketika. Sekarang mengambang di permukaan air dengan darah berceceran dan larut pada air laut. Ikan dan burung yang ia makan, terbebasa dari mulut dan segera pergi menjauh.

Erix bernecana menyimpan tubuh itu ke body bag-nya, karena tubuh paus memiliki banyak manfaat jika diolah dengan benar. Namun, tubuh besar itu seakan menolak untuk di masukkan. Bukan ukuran yang menjadi masalah tetapi syarat penggunaan body bag.

Ia berpikir sesaat. Benda yang tidak bisa masuk ke body bag hanyalah makhluk hidup. Berarti paus ini masih hidup, tetapi pemikiran itu langsung ia tepis mengingat Tombak Poseidon sudah membolongi bagian kepalanya. Paus sudah menjadi benda mati. Artinya, ada sesuatu di tubuh ikan ini yang masih bernyawa.

Ikan-ikan yang ia makan tadi sepertinya belum tercerna dengan baik dan masih hidup di perut paus tersebut. Mau tidak mau, dia menarik tubuh besar itu dengan energi cahaya dan kegelapannya – yang dia bentuk menjadi tangan besar – dan dibawa ke Pulau Roh Es.

"Fyuh, lumayan buat latihan," ujarnya sambil menyeka keringat di dahi setelah menyeret badan raksasa itu ke bibir pantai.

Sekarang ia berjalan ke bagian depan tubuh ikan dan masuk ke dalam mulut paus tersebut. Gambaran seperti lorong gua raksasa dipenuhi lendir menjadi pemandangan yang Erix lihat, dan juga bau. Terpaksa ia menutup mulutnya dengan kain.

Benar dugaan Erix, di sana ada banyak sekali ikan hidup yang meloncat-loncat mencari air. Dengan pedang Excalibur, ia memotong ikan-ikan itu sampai tak bersisa. Dan dia simpan di body bag sebagai cadangan makanan.

"Lumayan untuk stok makanan," ujarnya dengan senyum semringah. Setidaknya dia tidak takut kelaparan sekarang.

Menggunakan pedang tingkat legenda untuk memotong ikan, otak konyol Erix memang tak kenal apa pun.

Dungeon Hallow 2Where stories live. Discover now