Perjodohan

376 33 27
                                    

❤️❤️❤️

Gerak jam tak bisa menghentikan langkah kakiku
Saat aku ingin bangkit melawan dunia
Dan menyuarakan isi hatiku
Bahwa sebenarnya aku sangat mencintai Ali

☆Pitaloka☆

"Duduk di sini!" titah Ardhito sambil menutup toples berisi peyek kacang.

Pitaloka tak mengerti, mengapa ayahnya menyuruhnya duduk di ruang tamu itu.

"Ayah, sebenarnya ada apa?" tanya Pitaloka dengan alis mengkerut.

"Tak perlu banyak tanya!"

Pitaloka segera mengatupkan bibirnya yang hendak mengajukan pertanyaan lagi.

"Nanti kamu juga tahu sendiri," tambah Ardhito.

Pitaloka memilih bungkam sambil mengamati beberapa makanan bertoples di atas meja. Deretan rengginang yang dimasukkan ke dalam toples wafer. Anehnya, orang Jawa sering melakukan ini.

Darah Jawa mengalir kental dalam diri Pitaloka. Apakah mungkin ia akan menikah dengan laki-laki dari suku lain? Sementara ayah dan ibunya-Widya, sama-sama orang Jawa.

Tok ... tok ... tok....

Pintu terketuk, menandakan ada seseorang yang datang.

"Ma, bukakan pintunya!" suruh Ardhito pada istrinya.

Dengan langkah cekatan, Widya segera berjalan ke pintu. Dibukanya pintu itu pelan dan tampaklah seorang remaja laki-laki yang tak asing bagi Pitaloka. Andra, mau apa dia ke sini? batin Pitaloka tak tenang.

"Assalamu'alaikum, Tante. Pitalokanya ada?" tanya Andra sambil tersenyum.

"Mau apa kamu ke sini? Ini hari spesialnya Pitaloka, jadi lebih baik kamu pulang aja!"

Hari spesial? Andra dan Pitaloka membatin bersamaan.

"Ya, udah sana!" usir Widya, lalu menutup pintu dengan tenaga.

Andra menghela napas kecewa. Ada apa lagi ini? Apa maksud dari pernyataan Widya tadi? Hari spesial apa yang dimaksud?

Andra tak segera pulang. Ia memilih bersembunyi di samping rumah Pitaloka tatkala ada sebuah mobil mewah yang memasuki halaman rumah Pitaloka. Mobil itu diparkirkan rapi di samping motor Iskandar. Para penumpang mobil itu segera turun dengan gaya orang-orang kota. Mereka berjalan ke pintu dengan membawa berbagai bingkisan. Lalu, salah satu dari mereka yang masih muda, berumur 20 tahunan, mengetuk pintu.

"Assalamu'alaikum," ucapnya sopan.

Widya merasa senang saat tamunya yang ditunggu-tunggu telah datang. Ia pun menyuruh Pitaloka untuk membukakan pintu. "Pitaloka, cepat buka pintunya!" titahnya. Pitaloka menurut.

Saat dibukanya pintu itu, Pitaloka kaget bukan main, dilihatnya Abdullah berdiri di ambang pintu. Tak hanya Pitaloka, rupanya Abdullah pun kaget. Ia membelalakkan matanya tak percaya.

"Biasa aja, Dek, natapnya!" tegur Halimah-kakak Abdullah.

Abdullah cepat-cepat menundukkan pandangannya. Tak enak juga pada abi dan uminya yang berdiri di sampingnya.

"Mari, silahkan masuk!" ujar Pitaloka sopan.

"Ma syaa Allah, apa ini calon menantu Umi?" tanya Zubaidah-umi Abdullah.

Ketika Introvert BicaraWhere stories live. Discover now