Tenang, Hujanmu Akan Reda

631 55 34
                                    

❤❤❤

Tak bisa kulukiskan hati
Meski tersayat seribu perih
Beribu duka datang
Tinggal bagaikan teman sejati

Di kegelapan malam
Tertutup tulang-tulang rusuk
Kutautkan hati ini pada-Nya
Yang tak pernah lalai dalam membimbingku ke jalan-Nya

☆Pitaloka☆


     Pitaloka kembali menjadi bintang pembullyan Andra dan kedua temannya. Kali ini, Andra membuat sebuah jebakan untuk Pitaloka. Ia memasang sebuah ember berisikan air sabun di atas pintu kamar mandi sekolah. Lengkap dengan tali yang siap kapan saja digerakkan.

     Pitaloka melangkahkan kakinya masuk ke kamar mandi. Pada saat itulah, Andra menarik tali yang mengikat ember itu hingga membuat ember itu tumpah dan membasahi Pitaloka.

"Aduuuuhhh ... seger banget nih, Mbak, siang-siang begini mandi di depan toilet!" ledek Andra sambil mencolek pipi Pitaloka.

     Pitaloka tertunduk diam. Sebenarnya dia sangat marah, namun ia mencoba untuk bersabar. Bagaimana tidak marah? Setiap hari ia selalu dibully, baik oleh Andra maupun Rara. Apalagi sebentar lagi Pitaloka akan mengikuti kelas olahraga. Tentu saja akan sangat banyak menghabiskan tenaganya.

"Marah ya, Mbak?" tambah Andra.

"Awas Ndra, bentar lagi singanya mau meraung dan nerkam lo!" ujar Lakeswara sambil tertawa-tawa melihat Pitaloka yang menurutnya sangat lucu.

"Iya, Ndra. Tuh lihat, tanduknya udah keluar tuh!" ledek Hattala seraya menunjuk kepala Pitaloka.

     Jujur saja, Pitaloka sudah kehabisan kesabaran. Ia ingin berusaha bangkit dan melawan pria-pria kurang kerjaan itu. Hanya saja, bibirnya terasa kelu.

"Dasar Cewek Bisu! Marah dong sekali-kali! Masa dari dulu sabar melulu. Ya nggak, Cuy?" ledek Andra yang semakin menjadi-jadi.

"Yoi, Ndra. Dasar cewek aneh! Jangan-jangan dia punya gangguan mental lagi, Ndra," sahut Hattala seraya menyiram Pitaloka dengan air jeruk panas yang baru saja ia sambar dari adik kelasnya yang melintas.

"Atau jangan-jangan, nyokap lo waktu ngandung lo kebanyakan pikiran, terus dia stress gara-gara bokap lo jarang pulang!" celetuk Lakeswara.

"Iya, nyokap lo stress, makanya anaknya ikut nggak normal!" tambah Andra.

"Bro, gue punya rumus matematika baru nih!
Stress+stress=gila. Gila-gila=bisu.
Bisu×bisu=luar biasa!
Harusnya nih anak masuk SLB dong!" ujar Lakeswara yang membuat Andra dan Hattala sontak tertawa.

"HAHAHAHAHA!" tawa Lakeswara, Andra, dan Hattala kompak.

"Nggak ... nggak ... gue tahu kondisi nyokapnya yang sebenarnya!" ujar Andra yang membuat kedua temannya berhenti tertawa.

"Apaan, emangnya?" tanya Hattala yang ingin tahu.

"Nyokapnya tuh seorang pedangdut yang suka berpakaian tapi telanjang, sedangkan bokapnya pengemis di jalanan!" ujar Andra yang langsung disambut tawa kedua temannya.

     Pitaloka sudah berada di ujung batas kesabaran. Ia tidak bisa terus-terusan mendengar ocehan Andra yang menghina kedua orang tuanya. Bagaimanapun perlakuan mereka terhadap Pitaloka, Pitaloka tetap menghormati mereka.

     "Cukuuuuppppp!!!" Satu kata mencelos dari mulut Pitaloka.

"Waaaaaww! Ternyata lo bisa ngomong juga!" sindir Andra sembari bertepuk tangan meriah.

Ketika Introvert BicaraWhere stories live. Discover now