Salsa Depresi?

398 44 35
                                    

❤❤❤

Kita mungkin sama, namun sedikit berbeda
Kau yang ekstrovert, dan aku yang introvert
Meski begitu, kita tetap hidup untuk menggapai ridho-Nya

☆Pitaloka☆


     Davika menyusuri koridor IPA untuk mencari keberadaan Rara. Dia harus cepat-cepat menemukan Rara sebelum siang. Karena ada sesuatu yang harus ia bicarakan dengannya. Di depan kelas XII MIPA 1, terlihat Rara dan teman-temannya tengah bersantai-santai sambil nikmat mengghibah. Langsung saja Davika mengatakan niatnya.
    
"Eh, Ra, sore ini ikut gue nyari Salsa!"

"Untuk apa? Gue nggak ada urusannya ya sama temen lo yang sok kecakepan itu!"

"Lo bilang, lo nggak ada urusan? Heh inget, lo lagi dihukum sama Bu Ryani kalau lo lupa!"

"Dan gue harus ngejalanin hukumannya gitu? I'm sorry, kasta gue terlalu tinggi untuk ngelakuin itu. So, lo sendiri aja! Guys cabut!"

     "Jangan sombong lo jadi orang!" peringat Davika. Rara seolah tak peduli dan berlalu begitu saja. Tak ia hiraukan teriakan Davika yang menggema di sepanjang koridor. "Lo yang sabar, yah!" Davika langsung menoleh mendengar ucapan seseorang yang begitu ia rindukan, yang belakangan ini menghilang dari hidupnya.

"Salsa, ini elo? Gue nggak lagi mimpi, kan?" tanya Davika sambil memastikan mimpi atau tidaknya dengan menepuk-nepuk pipinya sendiri.

"Iya, ini gue. Lo nggak lagi mimpi, kok," balas Salsa sambil tersenyum.

     "Ya ampun, gue seneng banget, Sa, akhirnya lo ketemu. Lo kemana aja sih dari kemarin?" girang Davika dan berhambur memeluk Salsa. Tak ia pedulikan mata orang-orang yang terus menatap dirinya dan sahabatnya.

"Ikut gue yuk, bakal gue ceritain semuanya!" ajak Salsa dengan tangan kanan yang menggandeng Davika.

     Di taman belakang sekolah, Salsa menceritakan semua perihal dirinya yang tiba-tiba menghilang. Ia mengatakan bahwa dirinya selama lima hari ini menjalani pemulihan jiwa. Sepekan yang lalu, Salsa mengalami depresi berat karena kedua orang tuanya yang hampir bercerai. Alasannya cukup familiar karena ada tuduhan bahwa ayah Salsa berselingkuh. Meski begitu, semua itu belum tentu benar sebab tak ada satupun bukti yang menguatkan tuduhan ibunya Salsa.

     Mulanya, ibu Salsa sempat curiga karena suaminya sering pulang terlalu malam. Bahkan, pernah lembur hingga tidak pulang. Jelas ibu Salsa penasaran dan mulai menyelidiki aktivitas suaminya di kantor. Hingga suatu ketika, ibu Salsa melihat suaminya sedang dirayu-rayu oleh karyawannya di ruang kerjanya. Ibu Salsa marah dan memaki karyawan itu. Lalu timbullah rasa ketidakpercayaan dirinya kepada suaminya. Saat itu pikirannya sedang kacau, namun ia malah menelepon pengacara untuk membantunya memenangkan kasus ini. Ia menggugat cerai suaminya di kemudian hari. Suaminya tak terima karena ia masih memikirkan nasib putri semata wayangnya. Ia tak ingin putrinya terkena dampak dari keegoisan masing-masing orang tua.

     Selang beberapa hari, orang tua Salsa bertengkar hebat. Sehari kemudian, mereka bertengkar lagi. Pertengkaran mereka terlihat oleh Salsa. Tidak hanya sekali, namun berkali-kali. Tidak mengenal waktu apakah siang atau malam. Salsa yang sudah tak kuat menghampiri orang tuanya dan meminta jawaban mengapa mereka bertengkar. Kedua orang tuanya saling diam, hingga ibu Salsa membuka suara. Ibu Salsa blak-blakan saja jika ia dan suaminya akan bercerai. Mengetahui hal itu, Salsa pingsan di tempat. Ibu Salsa menjadi panik sementara ayah Salsa otomatis membopong anaknya dan ia bawa ke kamar sang anak.

     Dengan gusar, ayah Salsa memanggil dokter untuk datang ke rumahnya. Tak lama, dokter pun datang dan memeriksa Salsa. Dikatakan dokter bahwa Salsa harus banyak-banyak istirahat karena depresi. Ayah Salsa sangat kaget ketika mengetahui anaknya terkena depresi. Ia pun memikirkan cara untuk menyembuhkan anaknya dengan memasukkannya ke dalam rumah sakit jiwa. Ia pun tak asal-asalan dalam memilih rumah sakitnya. Ia pastikan rumah sakit yang bagus dan tentunya terverifikasi.

Ketika Introvert BicaraWhere stories live. Discover now