Ch. 31 : Luka

388 75 22
                                    

Malam itu, malam yang sangat gelap. Ditemani oleh derai hujan dan bunyi guntur, semua orang bergelung dalam kehangatan selimut mereka masing-masing—oh, atau mungkin selimut mereka bersama. Hal ini dilakukan oleh semua orang, tanpa terkecuali Ryuu dan Reiji.

Di tengah gelapnya malam itu, anak berambut pirang itu mendadak membuka matanya perlahan. "Ah, sial. Kenapa tiba-tiba aku ingin buang air kecil?" Dengan tergesa-gesa, Reiji menyibak selimutnya dan berlari menuju kamar mandi untuk menuntaskan urusan daruratnya. Akan tetapi, begitu ia hendak kembali tenggelam di dalam selimutnya, ia mendengarkan bunyi derit jendela kayu kamarnya. Hal itu membuatnya spontan berteriak, "siapa itu?"

Jendela kayu terbuka perlahan, menampilkan sesosok manusia yang tertatih-tatih memasuki ruangan. Baru beberapa langkah berjalan, sosok tersebut jatuh terbaring dengan posisi telungkup, membuat Reiji tidak tahu apa yang harus dia lakukan. "Permisi, mungkin saudara ini memasuki ruangan yang salah?"

Saat Reiji berusaha mengguncangkan tubuh orang tersebut, Reiji mencium sesuatu yang amis. Reiji melihat ke arah tangannya dan saat petir menyambar, "Darah!" Reiji tidak bisa menahan seruannya.

Anak tersebut cukup terkejut. Ia sempat tertegun sejenak, sebelum akhirnya berlari menaiki tangga ranjang dan mengguncang tubuh Ryuu dengan tangannya yang penuh darah. Reiji memanggil-manggil nama Ryuu, namun anak berambut perak itu tidak kunjung membuka matanya. Padahal, hari-hari biasanya, hanya dengan menyentuh lengan atau memanggil namanya, Ryuu akan langsung membuka matanya.

"Ryuu! Tolong bangunlah!" Reiji dengan cemas mengguncang tubuh Ryuu lebih keras, bahkan menepuk-nepuk wajah Ryuu tanpa memikirkan bahwa tangannya dipenuhi oleh darah. Alhasil, pipi putih Ryuu terbercaki warna darah yang sudah sedikit pudar karena sudah lebih dulu menyentuh selimut Ryuu.

Beberapa saat kemudian, ketika Reiji mulai meringis karena takut orang yang masuk tadi kehabisan darah dan Ryuu yang tak kunjung bangun seperti telah diberikan obat tidur berlebihan, Ryuu perlahan membuka matanya. Awalnya, Ryuu ingin memarahi Reiji karena mengganggu tidurnya sekaligus berterima kasih karena membangunkannya sesaat sebelum mimpi buruk menerjangnya. Namun niat tersebut langsung sirna kala melihat Reiji menangis.

"Hei, hei, kenapa menangis? Apa yang terjadi?" Ryuu dengan cepat membuat dirinya duduk dan menatap Reiji yang berdiri di tangga ranjang dengan intens. "Apa kau juga bermimpi buruk?" Reiji menjawab di sela-sela tangisannya, "Da-darah..."

Ryuu mengernyitkan keningnya sebelum akhirnya menyalakan bola lampu kristal pemberian gurunya. Alangkah terkejutnya ia melihat selimutnya dan tangan Reiji yang dipenuhi darah. "Reiji, darah siapa ini? Apa seseorang menerobos masuk ke kamar kita?"

Reiji menunjuk ke arah seseorang yang masih terbaring dengan genangan darah di bawah. Ryuu yang terkejut tanpa basa-basi langsung melompat dari ranjang menuju lantai dan membuka jubah hujan orang tersebut. Ia memiliki dugaan kasar tentang orang ini, namun setelag dibuka, ia menjadi lebih yakin. Ia ingat warna dari jubah hujan yang diambil oleh teman sekamar menyebalkannya, yakni Daisuke Katsuki.

"Dasar bodoh. Apa yang sebenarnya ia lakukan setiap malam, sih?"

Ryuu, dengan bantuan Reiji, memapah Katsuki menuju ranjang tidurnya. Setelah itu, Ryuu mengambil kotak obat dari tas penyimpanannya, mengambil pil penghilang rasa sakit dan beberapa salep. Ryuu mengeluarkan kompor Mana miliknya yang diberikan oleh gurunya pula untuk memasak makanan di alam liar. Namun ia tidak pernah menyangka bahwa inilah kegunaan pertama dari kompor tersebut, memasak air.

"Reiji, tolong bantu aku mengambil air bersih dari kamar mandi dan handuk kecil juga. Jangan lupa cuci tanganmu dulu dan berhentilah menangis. Orang ini tidak akan mati." Ryuu menghela napas. Ia dengan samar mengingat bahwa Ayah Reiji pernah mengatakan bahwa Reiji cukup takut dengan darah. Sebenarnya, hal ini cukup wajar mengingat isianya masih sepuluh tahun. Hanya saja, jika dibandingkan dengan Ryuu yang merupakan anak-anak jejadian, hal itu menjadi sangat terlihat inferior.

Re : Overlord [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang